Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3. Gosip

Seorang perempuan dengan pakaian elegannya menuruni mobil dengan perlahan. Dia memasuki kafe dan menjadi pusat perhatian karena wajahnya yang cantik dan bodynya yang sangat diidamkan para hawa.

"Heyyy babyy, i miss you both" perempuan itu menghampiri salah satu meja yang ditempati oleh pria yang tak lain adalah pacarnya.

Perempuan itu mengecup sekilas pipi pacarnya, Sedangkan pacarnya hanya memandangnya dengan datar.

"Kenapa sih babe, mukanya kok ditekuk gitu?" Perempuan itu duduk di kursi hadapannya.

"Alicia kembali" Dua kata itu sontak membuat perempuan itu menatap dalam pacarnya sekarang.

"Alicia si cupu?" Rendi menganggukan kepalanya. Ya, pasangan yang berada di kafe itu adalah Rendi dan Vanya.

"Terus? Kalo dia kembali, kamu mau balikan gitu sama dia?" Ujar Vanya dengan nada tidak sukanya.

"Dia anak pemilik rumah sakit tempat aku kerja" Rendi menatap Vanya dalam.

"Kamu tau maksud aku kan?" Lanjutnya.

"Jadi kamu mau manfaatin dia?"

"Menurut kamu?" Rendi tersenyum sinis.

"Aku tau pacar aku itu orang yang sangat pintar" Vanya tersenyum dan menggenggam lembut tangan Rendi. "Thanks, babe" Rendi pun mengecup lembut tangan Vanya.

"Babe, i'm bored here! Ayo jalan jalan"

"Selagi itu pacar aku yang minta, aku nggak akan bisa nolak" ujar Rendi sambil tersenyum pada Vanya. Setelah membayar minuman yang Rendi pesan, mereka pun berlalu dari kafe itu. Namun saat mereka baru ingin keluar dari kafe itu, tiba tiba Vanya menabrak seseorang yang ingin memasuki kafe tersebut.

"Eh sorry, gua nggak seng__" seseorang itu pun melihat secara bergantian pada Rendi dan Vanya.

"Rendi...Vanya?"

Rendy menegang kaku menyadari siapa pemilik suara itu. "Dilla? Kok lo..bisa ada disini?"

"Jangan sampe Dilla tau kalo gue sama vanya masih pacaran." Batin Rendi.

Dilla melirik sekilas ke arah Vanya. “Harusnya gue yang nanya sama kalian, Kalian ngapain disini?! Ini kafe gue"

Rendi mengangkat kedua alisnya. “oh, kafe lo"

"Ternyata rumor tentang hubungan putus kalian itu cuma hoax ya"

"Hah?! Hoax?"

Dilla mengangkat sebelah alisnya.

“Engga kok, kita emang beneran udah putus! Ya, kebetulan aja kita ketemu disini dan__"

"Oh, ketemu abis itu balikan lagi ya? Bisa Sampe lengket gitu tangannya" Dilla memutar kedua bola matanya.

Rendi langsung menghempaskan tangannya dari genggaman Vanya. "Enggak...tadi si Vanya mau jatoh. Ya gue tolong, emang salah?"

Dilla mengangkat sebelah alisnya. "Kalo masih pacaran kenapa segala bilang putus ke orang orang? Tar putus beneran aja nangis ceweknya,” sindir Dilla.

Wajah Vanya merah padam mendengar ucapan Dilla. "Maksud lo apaan ngomong gitu?! Kok ribet banget sih jadi orang?! Suka suka gue sama Rendi lah mau nyebarin status kita kayak gimana pun dan lo nggak berhak ngatur semua itu!"

Dilla tersenyum remeh. "Ngatur?! Gue nggak merasa ngatur tuh! Gue cuma mengingatkan! Lo nya aja tuh yang baperan!" Vanya sudah ancang ancang ingin mencakar wajah Dilla, namun cepat dicegah oleh Rendi.

"Kamu ngapain ngehalagin aku sih?! Mulut dia tuh bener bener harus di cabik Ren!”

"Gue duluan ya Dil.” Dilla hanya melirik malas dan berdecih pada Vanya.

Rendi menarik paksa Vanya masuk ke dalam mobilnya. "Kamu apa apaan sih?! Gimana kalo Dilla ngasih tau ke Alicia kalo kita masih pacaran?!"

Vanya menggeram kesal. "Lagian dianya nyebelin! Terus kamu bukannya belain aku! Aku takut omongan Dilla tuh bener.”

"Omongan apa?!"

"Tadi kamu nggak denger apa?! Dia nyumpahin kita beneran putus!"

Rendi menghela napas berat. "Yaudahlah, nanti rencana kita nggak berhasil. Lain kali kamu tahan emosi kamu.” Vanya hanya diam tak peduli, karena dia masih sangat marah.

.............................................................

Alicia melepas kaca matanya kala pekerjaannya sudah selesai, saat ini sudah waktunya pulang. Tapi ia sangat malas untuk pulang, makanya ia mencoba untuk menghubungi Dilla supaya sahabatnya itu mau menemaninya jalan jalan terlebih dahulu.

Alicia mengangkat kedua alisnya saat melihat adanya panggilan masuk dari Dilla, ternyata sahabatnya itu lebih dulu menelfonnya.

“Ada apa Dil?” Tanya Alicia, setelah ia mengangkat telfon dari sahabatnya itu.

“Lic! Ada suatu hal yang mau gue omongin ke elo,” ujar Dilla heboh.

“Suatu hal? Apaan?” Tanya Alicia.

“Serius Lic, tadi tuh gue liat Rendi sama Vanya ada di kafe gue. Dan mereka tuh kayak deket banget gitu.” Jelas Dilla. Alicia tak mengerti, kenapa Dilla membicarakan tentang Rendi dan Vanya padanya?

“Ya terus, urusannya sama gue apa Dil?"

“Ya...lo nggak cemburu gitu?”

Alicia terkekeh. “Buat apa gue cemburu coba? Lagian gue udah nggak ada hubungan apa apa sama mereka”

“Iya sih...tapi nih ya, lo tau nggak...si Vanya__”

“Udah dulu ya Dil, gue ada kerjaan. Bye!”

“Eh Lic, tapi__”

Tuut!

Alicia memutuskan panggilan secara sepihak. Alicia menggelengkan kepalanya, dia tak habis pikir dengan sahabatnya itu. Mengapa selalu mencampuri urusannya, jelas jelas dia sudah tidak mau membahas tentang Rendi dan Vanya lagi.

Memang Dilla itu kalau sudah membicarakan orang suka lupa waktu, sehingga Alicia harus mengalihkan pembicaraan. seperti sekarang, dia harus pura pura ada kerjaan supaya Dilla tidak melanjutkan tentang pembicaraannya mengenai Rendi dan Vanya yang membuat kupingnya panas. Padahal ia ingin mengajak Dilla jalan jalan, tapi karena omongan Dilla tentang Rendi dan Vanya tadi membuatnya jadi tidak ada mood untuk jalan jalan.

Alicia merenggangkan otot ototnya. Ia segera membereskan barang barangnya dan berlalu dari sana. Memang lebih baik ia pulang dan menenangkan diri di rumah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel