2. Pertemuan
Hancur!
Hidup tanpa adanya cahaya, entah kenapa dia merasa hidupnya sekarang sudah tidak ada artinya. Seperti saat ini, kata papanya sekarang ia tengah berada di taman rumah sakit. Tapi dia tidak bisa melihat apa apa, hanya tawa anak kecil dan suara orang orang yang dapat Aksa dengar. Kenapa saat itu ia tak mati saja? Kenapa keadaannya harus seperti ini?. Kenapa, kenapa harus dia yang Mengalami hal seperti ini? Semua karena dengan bodohnya dia dalam masalah percintaan. Demi apapun Aksa sangat benci dengan masalah cinta dan dia tidak akan sekali pun merasakan itu lagi.
"Sa, papah ke toilet dulu ya sebentar. Nanti papah balik lagi" Aksa tidak menjawab dia hanya diam dan pandangan lurus ke depan.
Mendapat respon seperti itu, Adrian hanya menghela nafasnya kemudian berlalu
"Kenapa saat itu gue nggak mati aja?" Gumam Aksa.
"Seharusnya kamu bersyukur, Tuhan masih baik memberi kamu kesempatan kedua untuk hidup" celetuk orang di belakang Aksa.
"Siapa anda?" Desis Aksa.
Alicia. Ya, Orang yang berada di belakang Aksa adalah Alicia. Alicia mendekat maju ke arah Aksa. "Siapa saya, itu tidak penting. Harusnya kamu itu bersyukur masih bisa hidup sampai sekarang."
Aksa mendengus. "Tau apa anda tentang saya? Anda berbicara seperti itu karena anda tidak pernah berada di posisi saya!"
Alicia semakin mendekat ke arah Aksa dan berjongkok di sebelah kursi roda Aksa. "Saya memang tidak pernah berada di posisi kamu. tapi coba kamu pikir, Gimana perasaan keluarga kamu kalau kamu pergi ninggalin mereka?" Aksa terdiam menatap kosong ke depan.
"Saya sendiri pernah ngerasain gimana rasanya ditinggal pergi untuk selamanya. Dan itu sangat menyakitkan bagi saya. Jadi tolong, jangan egois. Pikirkan perasaan orang yang kamu sayang" Aksa terenyuh dengan omongan orang yang ada di sebelahnya.
Ting!
Alicia mendapat pesan dari omnya yang terus mencarinya. Karena tadi dia izin kepada omnya untuk ke toilet.
Setelah membalas pesan omnya, Alicia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku blezer. "Saya harus pergi. kamu memang tidak bisa melihat pakai mata, tapi kamu punya hati. Ikuti kata hati kamu. Jangan egois, masih banyak yang sayang dan peduli sama kamu."
Setelah itu Alicia bangkit dan perlahan berlalu dari Aksa yang sedari tadi terdiam mendengar ucapan demi ucapan Alicia.
"Tunggu! Jangan pergi dulu!"
Itulah kalimat yang terus diucapkan oleh Aksa, tangannya menggapai udara berusaha mencari seseorang. Tapi nihil, orang itu sudah pergi.
"Sa? Kamu nyari siapa nak?" Adrian datang dan melihat anaknya yang sedang mencari seseorang. "Pah, apa papah ngeliat perempuan yang habis dari sini pah?" Aksa memegang tangan papahnya.
"Perempuan? Perempuan yang mana sa? Papah nggak tau. Disini banyak perempuan Sa” Aksa berdecak. "Aku harus cari perempuan itu pah. Pokoknya aku harus cari dia"
"Perempuan siapa sih Sa? Papah nggak tau. Memangnya dia kenapa?"
"Dia yang udah ngerubah jalan pikiran Aksa pah,” gumam Aksa.
.............................................................
Adrian sangat bingung, istrinya sedari tadi selalu menelfonnya supaya ia menjemputnya untuk melihat keadaan Aksa.
Namun di sisi lain, Adrian tak mungkin mungkin meninggalkan Aksa sendiri.
“Yaudah, papah jemput mamah aja. Aku bisa kok sendiri,” ujar Aksa.
"Masa papah harus ninggalin kamu sendiri? Nanti kalau kamu butuh apa apa gimana?” Aksa hanya diam, Adrian sudah biasa mendapat respon seperti itu dari Aksa.
"Biar Aksa saya yang temani pak" tiba tiba ada suara seseorang dari belakang mereka. Adrian menoleh, disana ada Alicia yang tengah tersenyum hangat.
"Maaf saya menguping pembicaraan kalian, saya kebetulan seorang dokter di rumah sakit ini" Adrian mengerjapkan matanya kemudian ia mengangguk. "Apa saya...tidak merepotkan anda?" Alicia menggeleng. "Tidak masalah"
Adrian menghela napas lega. "Yasudah kalau begitu, saya harus segera menjemput istri saya"
Adrian menepuk pundak Aksa pelan. "Papah pergi dulu ya, ada dokter yang bakal nemenin dan bantuin kamu. Kalau kamu ada apa apa" Aksa tak menjawab ucapan papahnya. Adrian mengehela napas berat, setelah itu berlalu dari sana.
Alicia perlahan mendekati Aksa dan berdiri di samping kursi rodanya. "Seharusnya kalau orang tua bicara sama kamu tuh jawab" Aksa mengernyitkan keningnya. Ia merasa tak asing dengan suara perempuan di sampingnya ini.
"Kamu..."
"Iya, aku perempuan itu. Perempuan yang menghampiri kamu saat di taman tadi. Sama halnya dengan sekarang, kenapa sih kamu suka banget ke taman rumah sakit?"
"Nama kamu siapa?"
Alicia terkekeh. "Itu bukan jawaban yang aku mau"
"Tapi aku nanya sama kamu"
"Aku juga nanya sama kamu, dan kamu belum jawab pertanyaan aku"
"Please, jawab pertanyaan aku dulu" Alicia terdiam sejenak. Lalu ia menjawab. "Caca.." gumam Alicia. Namun dapat di dengar oleh Aksa.
Aksa menganggukkan kepalanya. "Nama yang bagus".
