Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

1. Mantan

Alicia menoleh ke samping, dimana ponselnya berdering menandakan adanya panggilan masuk. Ia menghela napas berat, saat mengetahui siapa penelfon yang menelfonnya itu. Alicia mengambil ponselnya dan mengangkat telefonnya.

“Apa?”

“Lo kemana? Gue cariin nggak ada,” ujar temannya yang berada di seberang telfon.

“Gue pulang. Ini lagi di jalan,” jawab Alicia.

“Kok pulang?! Tadinya kan gue mau bareng sama lo”

Alicia menghela napasnya. “Udah dulu ya Dil, gue lagi di jalan nih”

Tuut!

Alicia mematikan panggilan secara sepihak, ada alasan sebenarnya ia pergi begitu saja dari pesta ulang tahun teman satu angkatannya itu. Ia pergi karena ia melihat laki laki yang dulunya adalah mantan pacarnya, tengah merangkul mesra perempuan lain.

Jujur, hatinya masih sakit melihat laki laki yang sudah mempermainkannya itu.

Rendi. Laki laki itu telah membuatnya merasakan indahnya jatuh cinta, dan laki laki itu juga yang membuatnya merasakan bagaimana sakitnya jatuh cinta.

“Lo bodoh Alicia! Lo bodoh! Lupain dia!" Alicia memukul stir mobilnya dengan cukup kuat. Ia sangat benci dengan perasaannya yang masih mencintai laki laki semacam Rendi.

.............................................................

“Bagaimana keadaan anak saya dokter?" Tanya Adrian, papahnya Aksa.

“Sebentar lagi pasien akan sadar, tolong jangan buat dia tertekan akan bidang apa yang sedang ia alami sekarang. Dan biasanya mereka yang mengalami ini, memang awalnya tidak bisa menerima. Saya mohon kepada anda untuk tetap menenangkannya,” jelas sang dokter.

“Baik dok, tapi tolong carikan donor secepatnya ya, dok"

“Kami akan semaksimal mungkin untuk itu pak,” jawab dokter.

“Baik, kalau begitu, saya permisi.” Adrian berlalu keluar dari ruangan dokter dan kembali ke ruangan Aksa, ia tak menyangka kalau Aksa akan mengalami hal seperti ini.

Adrian duduk di samping brankar Aksa, ia menatap sendu wajah putranya itu. Namun beberapa detik kemudian, mata Adrian terbuka lebar saat melihat pergerakan kecil dari Aksa.

“Pah..." gumam Aksa. "Iya sayang, ini papah" Adrian menggenggam tangan putra sulungnya itu.

Aksa mengernyitkan keningnya, Aksa berulang kali mengerjapkan matanya. Namun nihil, hanya warna hitam yang dapat dilihatnya. "Pah, apa Aksa udah sadar? Kenapa disini gelap pah? Papah dimana? Nyalain lampunya pah!"

“Aksa, tenang sayang" Adrian memegang pundak aksa.

“Pah, papah ada disini? Kenapa disini gelap pah?

“Aksa, kamu harus terima kenyataan nak" Adrian mati matian menahan tangisnya. Jujur, dia tidak sanggup melihat anak yang sangat ia sayangi harus menanggung semuanya. Aksa menautkan keningnya. "Kenyataan? Maksudnya apa pah?" Adrian terdiam.

“Pah! Jawab pertanyaan aku pah!" Aksa meraba raba keberadaan papahnya.

“Kamu buta aksa"

................…………………………………………

Alicia menutup mulutnya saat ia menguap. Jujur, saat ini ia sangat mengantuk. Om nya itu sungguh keterlaluan, padahal Alicia baru saja tiba dari Singapur.

Tapi ia malah harus tetap bekerja, padahal Alicia ingin berjalan jalan bersama Dilla.

Alicia mengernyitkan keningnya bingung, kala mobilnya tiba tiba saja mati.

Alicia berdecak kesal. “Kenapa lagi sih?! Padahal kan bensinnya full” Alicia keluar, untuk mengecek keadaan mobilnya. Ia membuka kap mobilnya, Alicia bukanlah seorang yang ahli dalam bidang mesin.

Makanya ia sangat bingung, Bagaimana cara mengetahui keadaan mobilnya.

“Mana gue nggak ada nomor bengkel lagi.” Alicia mendengus kesal.

Ia melihat keadaan sekitar, berusaha meminta pertolongan. Namun nihil, sangat sedikit kendaraan yang melewati jalan tersebut.

Namun tiba tiba saat ia tengah mencoba menghubungi omnya, ada seseorang yang memanggil namanya.

Alicia menoleh, ia tertegun kala mengetahui siapa orang yang memanggilnya.

“Rendi?”

Ya, orang yang memanggilnya itu adalah Rendi. Rendi tersenyum padanya, laki laki itu menghampirinya.

“Mobil kamu kenapa?”

Alicia mencoba untuk bersikap biasa saja pada laki laki itu. Alicia menggeleng kecil. “Enggak tau. Pas lagi nyetir, tau tau mati”

“Boleh aku cek?” Alicia mengangguk, ia tak punya pilihan. Omnya itu pasti akan marah kalau dia telat.

“Mobilnya belum di servis ya?”

Alicia menggeleng. “Kayaknya belum deh”

“Kamu mau kemana?” Tanya Rendi.

Alicia mengernyit heran, Laki laki itu terkekeh kecil.

“Jadi gini, aku sebenernya nggak ngerti masalah mesin mobil gitu. Tapi aku punya temen orang bengkel, jadi nanti mobil kamu biar di benerin sama orang bengkel aku. Dan kamu...kalo kamu nggak keberatan, bisa aku anter”

Alicia terdiam sesaat, ia sangat bingung sekarang. Alicia mencoba menoleh, mencari keberadaan taksi. namun jalanan sekitar situ sangat sepi. Jangankan taksi, kendaraan yang lewat pun hanya beberapa.

Akhirnya Alicia terpaksa meng iya kan ajakan Rendi, mau bagaimana lagi? Tidak mungkin bukan, perempuan itu berjalan kaki sampai ke rumah sakit milik keluarganya.

Dalam perjalanan, keadaan di dalam mobil Rendi hening. Tak ada yang berniat membuka suara satu sama lain, sampai akhirnya Rendi yang membuka suara terlebih dahulu.

“Jadi kamu kerja di rumah sakit itu?”

Alicia menoleh sekilas pada Rendi. “Iya, rumah sakit itu punya keluarga aku”

Rendi terlihat kaget dengan apa yang dikatakan Alicia. “Jadi kamu anaknya Dokter Darren?”

Alicia menggeleng. “Aku ponakannya, papah aku sama om Darren adik kakak” Rendi mengangguk paham.

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di rumah sakit milik keluarga Alicia

“Loh? Kamu jadi dokter, disini?” Tanya Alicia, melihat Rendi yang ikut keluar dan membawa jas dokternya.

Rendi tersenyum seraya mengangguk. Alicia merutuki dirinya, seharusnya ia sudah sadar kalau Rendi bekerja di rumah sakit itu. Karena tadi Rendi membicarakan om nya, yang berarti ia kenal dengan om Darren.

Astaga!

Ia hampir lupa, kalau sekarang ia harus segera menemui om nya.

“Ren, makasih ya. Tapi kayaknya aku harus duluan”

Rendi mengangguk. “Oke, nggak apa apa”

Alicia tersenyum sekilas, setelah itu ia berlalu dari hadapan Rendi.

Laki laki itu tersenyum, menatap kepergian Alicia.

“Gue janji, gue bakal berusaha buat dapetin lo lagi Alicia”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel