BAB 3 | Tragedi
***
Waktu bergulir begitu cepat. Sembilan bulan sudah May mengandung dan tiba lah waktunya melahirkan. Tak ada kendala yang aneh dalam masa kehamilannya, bahkan saat melahirkan pun terbilang sangat lancar dan mudah proses persalinannya. Karena May dan Rakha selalu melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an di setiap habis sholat fardu dan memohon doa agar selalu diberi keselamatan dan dimudahkan dalam proses melahirkan dan selamat -ibu serta bayi yang di kandungnya.
"Selamat ya, Rakha .. anak kamu telah lahir dengan selamat dan berjenis kelamin laki-laki dengan berat 3,5 Kilogram, dan panjang 55 Sentimeter," ucap dokter Yuda setelah keluar dari ruang bersalin.
"Alhamdulillah. Terimakasih, ya Allah. Engkau telah memberiku seorang putra," seru Rakha berucap syukur yang di ulang-ulang sambil memeluk ayah tercintanya. Semua keluarga dari dua belah pihak pun ikut serta menanti kehadiran sang buah hati dari Rakha dan May.
"Bagaimana dengan keadaan ibundanya, Dok?" tanya ibunya Rakha dengan raut cemas.
"Alhamdulillah .. ibu May dalam keadaan sehat, dan sekarang sedang istirahat sambil menanti bayinya yang sedang dibersihkan oleh suster," jawab dokter Yuda dengan senyum yang mengembang. Dia pun merasa ikut bahagia melihat keharuan keluarga besar dari pasiennya.
Setelah dua hari May dan bayinya di Rumah Sakit, akhirnya mereka sudah diperbolehkan untuk pulang. Betapa gembiranya May karena dia sungguh tak betah berlama-lama berada di Rumah Sakit.
Akhirnya, Putra yang di idam-idamkan selama ini sungguh tampan, dengan darah campuran -Sunda dan Tionghoa- bermata sipit mirip bundanya, dan berhidung mancung mirip ayahnya. Namun kulitnya berwarna putih kecoklatan seperti kulit tropis pada umumnya. Sungguh perpaduan yang membawa kesempurnaan tersendiri bagi bayi mungil yang di beri nama 'Cavero Daffin Nathaprawira' oleh kedua orang tuanya dengan panggilan sayangnya -Daffin. Nama itu memiliki arti tersendiri yaitu -anak pertama yang dapat di percaya, penyayang dan berhati tulus. Nama itu sendiri adalah gabungan dari dua marga dan adat yang berbeda.
Daffin tumbuh dengan pesatnya. Pertumbuhannya sangat sehat dan ceria, hingga kelucuannya yang begitu menggemaskan menjadi penghias dalam keluarga di rumah mewah tersebut.
Namun .. saat usia Daffin menginjak bulan ke enam, keceriaan itu seakan sirna akibat sebuah tragedi yang menimpa keluarga kecil Rakha. Sehingga memudarkan canda tawa dan kebahagiaan dalam keluarga kecil mereka.
***
Di hari Sabtu pagi, May mengajak Daffin jalan-jalan ke sebuah taman yang di tengah-tengahnya terdapat danau buatan di tengah pusat hutan kota Bekasi. Sedangkan Rakha tidak bisa menemani mereka karena ada meeting di kantornya.
Pagi itu cukup ramai karena menjelang hari libur, banyak yang bermain disana. Apalagi ketika hari Minggu yang biasanya ada Car Free Day di taman kota Stadion Patriot Candrabagha, Bekasi. Pasti akan sangat ramai di penuhi oleh pejalan kaki yang mengajak keluarganya olahraga pagi sambil jalan-jalan.
Ketika sedang asyik mendorong kereta bayinya, May menghirup udara sejuk pagi itu. Terasa segar di tenggorokan, ditemani sang buah hati yang terus ceria melihat apapun yang dihadapannya.
Beberapa saat kemudian, ada seseorang yang pengguna sepeda yang entah datang darimana, tiba-tiba saja menubruk May dengan sangat kencang, dan orang tersebut langsung kabur entah kemana.
Nahasnya .. May yang tertubruk menjadi limbung. Dia terhuyung dan ambruk. Tanpa sengaja, May menubruk troli bayinya yang mengakibatkan troli tersebut meluncur bebas dan terpelanting menuju ke tengah danau buatan. Daffin yang berada di dalam troli masih terikat tali pengaman, hingga dirinya ikut tercebur ke dalam danau.
"Tidaaakk .. Dafiiinnn .." May berteriak histeris saat melihat anaknya tercebur ke danau.
Tanpa menunggu waktu lagi, dan tanpa menghiraukan pinggang dan lutut serta sikutnya yang sakit akibat kejadian yang menimpanya tadi, May langsung meloncat ke dalam danau dan berusaha mengejar anaknya. Begitupun dengan orang-orang di sekitar yang melihat kejadian itu langsung saling membahu mencoba membantu May yang berusaha menyelamatkan bayinya.
Sekitar setengah jam pencarian, akhirnya Daffin berhasil diselamatkan dengan keadaan dia yang masih terikat di troli. Entah sedalam apa danau buatan tersebut hingga membutuhkan waktu pencarian yang cukup lama. Aneh memang. Padahal banyak sekali warga yang ikut membantu, bahkan ada warga yang memanggil tim SAR untuk terjun dalam pencarian.
Daffin ditemukan dalam keadaan tubuh yang sudah mulai membiru dan kembung, tapi beruntungnya dia masih bernafas. Tim SAR berusaha memberi pertolongan pertama sambil menunggu ambulance datang. Sayangnya, hanya sedikit air yang keluar dari mulut mungil Daffin.
May sangat syok dan terus menangis histeris melihat kondisi anaknya. Dia sangat lemas dan tenaganya pun telah terkuras karena menyelam cukup lama tanpa alat bantuan apapun. Dalam isak tangisnya .. May terus berdoa meminta pertolongan pada Tuhan untuk keselamatan anaknya. Bahkan dia rela mengorbankan dirinya asalkan anak semata wayangnya itu selamat.
Ambulans melesat melawan arah yang membawa Daffin di dalamnya. Tak berapa lama, ambulance pun sampai di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi, dan langsung menuju ke ruang ICU.
"Ibu tunggu disini, ya .. anaknya biar kami periksa," ujar salah satu perawat yang ikut mendorong brankar hingga masuk ke ruang ICU sambil terus mencoba menahan May yang memaksa menerobos masuk.
"Tidak bisa, suster. Saya harus ikut masuk .. saya ibunya. Tolong ijinkan saya menemani anak saya!" pekik May memohon pada suster. Dia sudah tak peduli akan bajunya yang basah kuyup. Namun lagi-lagi perawat itu menghalangi May dan melarangnya untuk masuk.
"Biarkan kami memeriksanya terlebih dahulu. Ibu tenang, ya?" ucap perawat itu dengan lembut sambil menahan tubuh May yang terus meronta ingin ikut masuk, tapi apalah daya ... pintu ruang ICU itu sudah tertutup dengan rapat.
"Bagaimana saya bisa tenang, suster? Anak saya sedang sekarat, dia butuh saya. Apa kamu tidak mengerti bagaimana rasanya jadi seorang ibu saat anaknya dalam kondisi seperti ini, hah?" tanya May yang tiba-tiba emosinya meledak dan meluapkan kekesalannya pada perawat yang sejak tadi berusaha menahannya.
"Saya mengerti, Bu. Karena saya juga memiliki anak. Saya tahu perasaan ibu, tapi saya mohon .. biarkan tim medis melakukan tugasnya untuk menolong anak ibu agar segera terselamatkan. Yang anak ibu butuhkan saat ini adalah doa dari ibu," tutur perawat itu dengan lembut sambil memeluk tubuh May yang mulai melemah dan merosot hingga bersimpuh di lantai dalam dekapan sang perawat. Tangis May menggema di lorong ruang tunggu tersebut. Begitu pilu dan menyayat hati bagi siapapun yang mendengarnya.
"Bunda, apa yang terjadi pada Daffin? Tadi tetangga kita menelpon Ayah dan mengabarkan bahwa kalian kecelakaan di taman. Bagaimana keadaan Daffin sekarang, Bun?" Rentetan pertanyaan dari seorang pria yang tiba-tiba menghampiri May yang masih bersimpuh dalam pelukan sang perawat. Ya .. pria itu adalah Rakha. Mendengar suara suami tercintanya, May perlahan mengangkat wajahnya yang penuh dengan air mata. Kemudian dia langsung bangkit dan menghambur ke dalam pelukan Rakha.
"Bagaimana keadaan anak saya, suster?" tanya Rakha dengan suara parau dan menahan air mata, tapi ia mencoba untuk tetap tegar.
"Anak bapak masih dalam penanganan dokter. Kami masih berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkannya. Lebih baik bapak dan ibu berdoa saja dulu, karena hanya doa yang akan menguatkan!" jawab perawat tersebut dengan lirih, kemudian dia pamit masuk ke dalam ruang ICU untuk membantu timnya dalam upaya penyelamatan anak May dan Rakha.
"Kalian yang sabar ya, Pak .. Bu! Kami disini ikut mendoakan untuk keselamatan Ananda Daffin," ucap seorang pria berkumis yang sejak tadi ikut dalam ambulance dan juga membantu dalam penyelamatan Daffin di danau.
Ada sekitar tiga pria yang ikut mengantar May dan putranya dalam ambulans. Baju mereka pun masih basah kuyup, tapi tak mereka pedulikan. Raut kekhawatiran terpampang jelas di wajah mereka yang merupakan tetangga keluarga Rakha.
Satu jam telah berlalu, tapi belum ada tanda-tanda keluarnya dokter ataupun perawat untuk memberikan kabar baik. Dengan panik dan gelisah, Rakha terus melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dia hafal, dan doa dari para tetangga pun tiada putus. Sementara May masih bersimpuh dalam pelukan sang suami. Isak tangisnya masih terdengar pilu, tapi sudah tak sehisteris tadi. Meski begitu, dalam hatinya menjerit memohon pada Ilahi untuk menyelamatkan putranya. Bahkan ia rela menukar nyawanya demi sang putra agar bisa selamat.
Tepat disaat adzan Dzuhur berkumandang, pintu ruang ICU terbuka. Dan tak lama kemudian keluar seorang dokter dengan wajah sendu dan tertunduk. Rakha dan May serta para tetangga langsung menghambur menghampiri dokter tersebut.
"Dokter Yuda, bagaimana kondisi anak saya?" tanya May yang sudah tak sabar ingin segera mengetahui keadaan anaknya. Namun dokter Yuda tetap bergeming, dan tertunduk. Sikap Dokter tersebut membuat Rakha gusar, tapi ia masih bisa menguasai emosinya.
"Yuda .. kenapa kamu malah diam? Tolong jawab, bagaimana keadaan anakku?" tanya Rakha yang berusaha menerobos ke dalam ruang ICU mengikuti sang istri yang sudah lebih dulu menerobos masuk.
"Tidaaakkk ...!!!"
Bersambung ...
