
Ringkasan
Novel ini mengisahkan kehidupan seseorang anak yang kehadirannya sangat dinantikan setelah sekian tahun. Do'a kedua orangtua nya akhirnya memang di kabulkan oleh Sang Khalik. Namun tak semua apa yang diharapkan berjalan dengan mulus, begitupun yang di alami oleh keluarga Rakha Nathaprawira ketika anak itu lahir, ada haru yang berujung pilu, ada duka yang berganti tawa, ada derita yang tak di sengaja. Semua kebahagiaan keluarga kecil Rakha Nathaprawira hanya sesaat. Sebuah tragedi yang menimpa anak dan istrinya, hingga mengakibatkan nyawa anaknya ter-renggut di usia yang masih belia, hal itu membuat Rakha dan istrinya hampir dikatakan gila hanya karena tak menerima kematian anaknya, tapi dengan segala upaya, akhirnya Sang Kuasa memberi kesempatan kedua kalinya pada keluarga Rakha Nathaprawira. Namun sayangnya, lagi-lagi semua tak berjalan seperti yang di harapkan, anak itu tumbuh dengan perangai yang berbeda dan selalu berubah menjadi sosok yang mengerikan disaat dirinya dalam keadaan terdesak, amarahnya menciptakan kebengisan yang tiada ampun bagi siapapun yang berani mengusiknya. Keadaan itu membuat Rakha dan istrinya merasa sangat aneh bahkan frustasi, bingung apa yang harus dilakukan menghadapi perangai anaknya yang terkadang seolah menjadi sosok lain yang bukan karakter asli dari anaknya, entah apa yang terjadi pada anak kesayangan nya, hingga anaknya menginjak masa remaja, keganjikan itu semakin terlihat. Kegelisahan Rakha semakin menjadi dan membuatnya semakin bertekad, harus bisa memecahkan tabir misteri ini bagaimanapun caranya, dan mengungkap tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada anaknya, ada kesalahan apa, dan apa penyebabnya? ________________________ Bagaimana kelanjutan kisah nya? Mampukah Rakha menyingkap sebuah tabir teka teki misteri pada kehidupan anaknya? Jika penasaran, yuk kita simak kisah selengkapnya. Jika ada hal buruk dalam kisah ini, mari jadikan pelajaran! Tapi jika ada hal baik nya, mari kita ambil hikmahnya dari setiap kejadian kisah yang tertulis di novel ini. NB: Novel ini sudah terbit cetak di bulan November tahun 2021 melalui penerbit Rasibook. dengan nama penulis IYAN WIYANTI/CIBUNGSUAELAH
BAB1 | Pernikahan Dua Adat
***
Pada tanggal 20 April tahun 1987, ada sebuah pesta pernikahan yang di gelar oleh keluarga Tionghoa dan keluarga Sunda di sebuah gedung di kota Priangan. Disana tampak seorang gadis memakai pakaian pengantin dengan hijab yang terlihat begitu cantik nan anggun sedang berjalan menuju ke pelaminan. Gadis itu diiringi dua anak kecil yaitu sepupunya sebagai -pagar ayu- sang mempelai wanita.
Mayleen .. dan biasa di panggil May adalah seorang gadis keturunan Tionghoa dari keluarga Fhengyin, yang kini tengah melangkah dengan anggunnya disertai senyumannya yang terlihat sangat bahagia. Bagaimana tidak, kini dia sudah melepas masa gadisnya demi membina rumah tangga bersama lelaki pujaan hatinya.
Meskipun awalnya hubungan mereka sempat di tentang oleh keluarga besarnya, tapi karena Mayleen adalah anak bungsu perempuan satu-satunya di keluarga fhengyin yang tentunya sangat disayangi oleh kedua orangtua dan kedua kakak laki-lakinya, pada akhirnya kedua orang tua May merestui hubungan mereka demi kebahagiaan putri tercintanya itu.
Sementara itu di kursi pelaminan, tengah duduk dengan gagahnya seorang pria tampan berdarah sunda yang bernama Rakha Nathaprawira. Seorang anak dari Rangga Nathaprawira -pengusaha perkebunan teh yang sangat sukses di daerah Bandung.
Rakha tersenyum penuh kebahagiaan tatkala melihat bidadari cantik pujaan hatinya melangkah menuju ke tempatnya duduk, yang sebelumnya Rakha telah mengucapkan ijab qobul dan janji suci di depan penghulu atas nama Mayleen.
"Assalamualaikum, A?" sapa May yang kini tengah berada di hadapan Rakha dengan senyumannya yang menawan.
"Waalaikumsalam, Dek," jawab Rakha sedikit mengerjap.
Dia tidak menyadari kehadiran May di hadapannya karena pikirannya sedang melayang ke angkasa dengan rasa penuh syukur karena bidadari pujaan hatinya kini telah menjadi milik Rakha seutuhnya. Sementara May hanya mengulum senyum setelah melihat suaminya yang terlihat salah tingkah.
"Nak Rakha, kami titipkan anak kesayangan kami untuk engkau bahagiakan disisa hidupnya. Saya yakin kamu bisa menjaganya, Nak," ucap lirih seorang pria tambun bermata sipit yang sudah tak lagi muda, tapi masih terlihat energik dan segar. Dia lah Tuan Fhengyin atau biasa di panggil Tuan Fheng oleh karyawan di pabriknya.
"Insyaallah, Pah. Saya akan selalu berusaha menjaga dan membahagiakan May sebisa dan semampu saya, karena saya juga sangat mencintai May dunia dan akhirat," jawab Rakha dengan mantap atas janji yang dia ucapkan dihadapan ayah mertuanya.
"Jangan pernah kau buat May menitikkan air mata hanya karena perlakuanmu di kemudian hari ya, Nak! Karena May sungguh lah gadis yang manja," sambung lirih seorang wanita paruh baya yang kini memeluk mempelai wanita dengan penuh kasih. Dia lah Nyonya Lilian -ibu kandung May.
"Insyaallah, Mamih. Sebisaku akan kujaga air mata May supaya tidak tumpah. Kalaupun May harus meneteskan air mata, akan aku usahakan adalah air mata kebahagiaan," jawab Rakha seraya memeluk istri dan ibu mertuanya.
"Rakha .. May .. mulai besok kalian akan melangkah di jalan awal pernikahan. Tetaplah melangkah saling bergandengan agar kalian bisa bersama-sama menjalani bahtera rumah tangga yang pastinya tidak akan mudah untuk kalian lewati. Jangan pernah tinggalkan satu sama lain .. terus lah berdampingan dan berpegangan tangan untung saling menguatkan dan membantu berdiri kembali di saat salah satu ada yang tersandung dan terjatuh. Terus lah melangkah bersama meski dengan perlahan dan tertatih setiap kali kalian menemukan kerikil tajam yang menghadang di setiap langkahnya!"
Nasehat pak Rangga dengan panjang lebar danbijaksana, kemudian dianggukan oleh kedua mempelai tanda sebuah jawaban yang patuh.
Sementara Arum Nathaprawira -ibundanya Rakha- hanya memeluk anak lelaki pertamanya dengan penuh kasih. Di bibirnya terlukis senyum bahagia, tapi di matanya ada linangan air yang sesekali terjatuh. Bu Arum bukan sedang menangis, tetapi merasa terharu sebab anak yang dia timang sejak kecil .. kini sudah menjadi seorang kepala keluarga yang tentunya akan mengemban sebuah tanggungjawab yang tak mudah.
"Jika kelak dalam langkah kalian menghadapi kesulitan, maka bertanya lah pada ahli ulama. Supaya kalian di ajarkan meminta petunjuk pada Sang Illahi, agar kalian tidak salah jalan ya, Nak," bisik bu Arum dengan lirih di sela-sela isak tangis harunya. Lagi-lagi kedua mempelai hanya mengangguk secara bersamaan.
Suasana di atas pelaminan menjadi saksi bisu yang penuh haru dari kedua keluarga yang silih berganti memberi wejangan dan sedikit bekal buat kedua mempelai.
Tak sedikit para tamu undangan yang mendengarkan ikut terharu. Terutama saat pak Rangga yang memang di kenal sebagai cucu dari seorang ulama di kota Priangan itu memberikan nasihat yang langsung menancap di hati para tamu yang mendengarkan. Bahwasannya .. nasihat pak Rangga bukan hanya berlaku untuk pengantin saja, tapi juga berlaku bagi siapapun yang ingin menjalani pernikahan dengan mengharapkan akan sakinah mawadah warohmah di dalam rumah tangganya.
Tak lama kemudian .. acara pernikahan yang mengharu biru itu, kini telah berganti dengan pesta yang sangat meriah.
Setelah pesta pernikahan selesai, pengantin wanita di boyong ke sebuah kamar yang sudah disiapkan sebelumnya, karena kedua orang tua mempelai sudah sepakat menyewa gedung untuk menggelar pesta yang ada tempat menginapnya supaya tidak capek perjalanan setelah acara selesai.
Keesokan harinya, pengantin baru pamit pada orang tua Rakha untuk pindah ke rumah milik Rakha pribadi di daerah Bekasi. Rumah itu adalah hasil jerih payah Rakha yang ia kumpulkan sejak masih lajang. Dia sengaja membuat istana kecil buat keluarganya nanti.
Sesampainya di rumah baru mereka, May sangat antusias saat memasuki halaman rumah nan asri yang akan menjadi tempatnya bernaung. Rumah semi minimalis bergaya modern berlantai dua terlihat sangat menawan dan elegan dengan hiasan taman kecil dan sebuah air terjun mini buatan di depan teras, membuat siapapun yang melihatnya akan merasa betah bersantai berlama-lama disana.
***
Tahun demi tahun pun telah berganti ...
Rakha dan May menjalani rumah tangga mereka dengan penuh kebahagiaan. Keduanya saling melengkapi dalam kekurangan masing-masing. Mungkin ini lah yang disebut cinta sejati yang saling menerima, karena semua manusia tak sama akhlak dan sifatnya, begitupun dengan hal lainnya.
Namun di tengah kebahagiaan itu, jauh di hati kecil keduanya merasa kesepian. Bagaimana tidak? Mereka sudah menikah tujuh tahun lamanya, tapi belum juga di karuniai seorang anak.
Suatu malam, May ditemukan sedang menangis dalam sujudnya disepertiga malam. Dia tengah mengadu pada Sang penguasa langit dan bumi. Dia memohon dalam rintihnya, agar segera dikaruniai seorang anak.
"Sabar ya, sayang. Kita terus berdoa dan berusaha, semoga kelak doa kita di kabulkan oleh Allah," ucap Rakha menguatkan istri tercintanya yang masih tergugu di atas sejadah.
"Tapi aku takut Aa meninggalkan aku, karena aku belum bisa memberimu keturunan," lirih May disela-sela isak tangisnya.
"Jangan lah engkau ragu dan bimbang akan cintaku padamu, May. Aku tak akan meninggalkanmu, meskipun kau belum bisa memberikanku keturunan," ungkap Rakha sambil mengecup lembut penuh kasih kening sang istri yang kini bersimpuh dalam pelukannya.
***
Sementara di tempat lain .. di daerah Mangga Dua kota Metropolitan, Nyonya dan Tuan Fheng sedang berdoa di sebuah Kuil. Mereka memohon pada Tuhannya, agar anaknya segera di beri keturunan. Setelah mereka selesai berdoa, mereka lalu pergi kesebuah toko kue.
"Ayok kita ke rumah May. Aku ingin memberikan kejutan pada putriku, Pah. Hari ini adalah hari ulang tahunnya," ajak Nyonya Lilian yang dianggukan oleh Tuan Fheng.
Di tengah perjalanan, Nyonya dan Tuan Fheng merasa gusar karena tidak sabar dengan keadaan macet yang teramat parah. Dari kejauhan terdengar suara sirine Ambulance mendekat memekakkan telinga.
"Sepertinya ada kecelakaan," ucap Tuan Fheng dengan nada penasarannya, terlihat dari gerakan kepalanya yang celingukan ke kiri dan ke kanan mencoba mencari tahu apa yang terjadi di depan sana.
"Kenapa tiba-tiba hatiku merasa gelisah, ya?" batin Nyonya Lilian yang tiba-tiba merasa resah.
Akhirnya, Nyonya dan Tuan Fheng sampai di rumah putri tercintanya saat sudah menjelang malam. Mereka pun berencana untuk menginap semalam di rumah putrinya dikarenakan sangat lelah dengan perjalanan yang cukup jauh, di tambah ada kemacetan yang di akibatkan oleh sebuah kecelakaan.
Bersambung...
