Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Andrew kehilangan kekuatan

“Ini tempat pekerjaan polisi?” tanya Anna.

Pada misi ketiga, Anna dan Darren menyamar sebagai anggota kepolisian yang baru saja datang. Misi yang dirasa Darren sedikit sulit, karena flashdisk yang dimaksud bahwa kita harus kembali ke masa lalu.

“Tugas kita adalah mengajak Digo kembali ke masa lalu, kemudian mengambil flashdisk yang berisi bukti rekaman cctv,” jelas Darren.

“Cctv apa?” tanya Anna tidak tahu.

“Nanti aku jelaskan, kita harus menemuinya lebih dahulu,” balas Darren.

Anna dan Darren masuk ke dalam kantor polisi, mereka berkenalan dengan sebuah tim di salah satu kepolisian.

“Aku Bagas, salah satu anggota tim ini. Dan, dia adalah ketua tim kita Pak Rama.”

“Hormat, Pak.” Anna yang melihat Darren memberi hormat, hanya mengikutinya saja.

“Darren, ikut saya untuk bertugas. Anna dan Bagas tetap di sini, karena nanti kalian akan dibutuhkan,” pinta Rama.

“Baik, Pak.”

Setelah Rama dan Darren pergi, Anna duduk di tempat yang sudah disediakan. Rasa canggung antara Anna dan Bagas, membuat dirinya ingin pergi dari sini.

“Anna,” panggil Bagas.

“Kamu bisa pakai komputer kan? Karena aku dan Pak Rama, mengetahui bahwa anggota baru bisa memakai komputer,” tanya Bagas.

Komputer? Batin Anna.

“Ah iya, aku bisa,” balas Anna berbohong.

“Aku keluar dulu, untuk ambil berkas. Ini ada flashdisk, aku minta tolong ke kamu untuk hapus semua isi file nya,” pinta Bagas.

Setelahnya, Bagas segera pergi meninggalkan Anna sendirian. Namun, Anna bingung bagaimana menggunakan komputer, ia menatap sebuah benda aneh dengan ada layar besar.

“Apa ini komputer?” pikir Anna.

Anna mencoba melihat ke bawah, terlihat sebuah CPU. Anna mencoba menekan salah satu tombol, kemudian sebuah tampilan muncul dari layar.

“Wah, bisa hidup juga,” kagum Anna.

Namun, setelah layar komputer menyala. Anna bingung kembali karena flashdisk yang ia pegang.

“Cara hapus file nya gimana? Dibakar?” heran Anna.

°°°

Nevadria menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya, setelah meninggalkan keluarganya dahulu. Nevadria memutuskan tinggal di dunia manusia, menjalin dengan seorang manusia dan menikah.

“Sayang, nanti aku pulang telat. Gak papa kan?” tanya sang suami.

“Gak papa, lagi pula aku hari ini di rumah. Nanti Alice biar sama aku,” balas Nevadria.

“Ma, buku sekolah aku sudah disiapkan?” tanya Alice.

“Sudah, Alice. Kamu tinggal berangkat sekolah,” jawab Nevadria.

Tak lama, suami dan anak Nevadria selesai sarapan. Berpamitan untuk berangkat kerja dan sekolah, Nevadria hanya tersenyum saat mengantarkan mereka berdua sampai di depan rumah.

“Dadah, Mama,” ucap Alice dari dalam mobil.

Setelah kepergian keduanya, Nevadria memutuskan masuk ke dalam rumah. Namun, panggilan Albert membuatnya mengurungkan niat untuk masuk.

“Nevadria,” panggil Albert.

“Ada apa ke sini?” tanya Nevadria.

“Anna tengah menjalankan tugas dengan cucuku, setelah selesai kamu bisa menemuinya,” ucap Albert.

“Aku belum siap menemui Anna, aku merasa bahwa telah menjadi Ibu yang buruk.”

Albert melihat tatapan sendu berasal dari Nevadria, memang Nevadria memiliki tekanan sebagai seorang Ibu. Kepergian dirinya dari Negeri Daisy karena sudah muak untuk dikekang oleh Ariana.

“Aku pikir tidak terlalu buruk untuk menemuinya lebih cepat, pasti Anna juga merindukan mu,” ungkap Albert.

“Biarkan aku berpikir lebih dahulu,” pinta Nevadria kemudian masuk ke dalam rumah.

Albert memutuskan pergi setelah membicarakan hal tersebut kepada Nevadria, harapan Albert adalah Nevadria mau memperbaikinya, setidaknya dengan Putri nya Anna.

Nevadria masuk ke dalam kamar, mengambil sebuah gaun yang dulu ia kenakan saat pertama kali datang ke dunia manusia. Teringat akan kenangan sebelum ia pergi menuju ke dunia manusia.

Flashback on.

“Ibu, aku ingin apel,” pinta Anna pada Nevadria.

Nevadria mengajak Anna berjalan-jalan di sekitar Kerajaan Vandoria, di dekat danau ada sebuah pohon apel. Nevadria memetik sebuah apel untuk putrinya ini, betapa senangnya Anna saat mendapatkan apel.

“Ini.”

“Terimakasih, Ibu,” ucap Anna.

“Sama-sama,” balas Nevadria.

Di tengah makan buah apel, Anna menatap Nevadria yang terlihat resah. Anna memegang tangan Nevadria dengan lembut.

“Ibu, bagaimana jika kekuatan aku belum muncul? Aku melihat semua sepupuku sudah memilikinya,” tanya Anna dengan wajah khawatir.

“Anna, kesabaran itu penting, mungkin belum sekarang kamu mendapatkannya,” ungkap Nevadria.

“Tapi, aku sedih. Semua anak-anak akan mengejek aku,” balas Anna.

“Siapa yang berani ejek putri Ibu? Kalau ada yang mengejek Anna, bilang sama Ibu, ya,” pinta Nevadria.

Anna mengangguk sebagai balasan, sementara pikiran Nevadria bertumpuk karena khawatir apakah harus pergi atau tetap merawat Anna.

Flashback off.

Setetes air mata mengalir dari mata Nevadria, mengingat Anna yang pastinya menderita karena sudah ia tinggalkan. Sekarang, ia hanya bisa mendengar bahwa Putrinya tumbuh dengan baik.

“Anna, maafkan Ibu,” lirih Nevadria.

°°°

Luna yang mendengar bahwa William berlatih dengan Charlos dan Andrew, membuat dirinya mengajak Terentia untuk melihat latihan mereka bertiga.

“Terentia, sejak kapan Charlos mengajak William berlatih bersama?” tanya Luna.

“Tadi malam, Pangeran Charlos terlihat begitu semangat saat berlatih dengan William.”

“Luna,” panggil Louis.

“Ayah, ada apa?” tanya Luna.

Louis yang mendengar latihan mereka bertiga, mencoba menghampirinya dan bertemu putrinya. Louis hanya memikirkan kapan efek itu berpengaruh pada Andrew, ia ingin menyaksikan bagaimana Andrew kehilangan kekuatannya.

“Ayah dengar, jika mereka bertiga berlatih. Siapa nama pengawal itu?” tanya Louis.

“Oh, dia William. Pengawal penjaga bawah tanah,” balas Luna.

“Bagus juga caranya berlatih,” ungkap Louis.

Luna yang mendengar ucapan Louis tersenyum, entah mengapa Luna ikut bangga saat William ikut latihan bersama sepupunya. Tiba-tiba, Andrew yang tengah berlatih merasakan lemas di tubuhnya.

“Andrew,” panggil Charlos.

“Aku...” Andrew mendadak pingsan dan kehilangan kesadaran.

“Andrew,” panggil Luna terkejut.

Louis yang melihatnya tersenyum tipis, kemudian berpura-pura membantu Andrew. Ia berlari dan menepuk pelan pipi Andrew.

“Luna, panggil peri penyembuh,” pinta Louis.

“Baik, Ayah.”

William yang melihat merasa ada yang aneh, sama seperti yang ia lihat saat kejadian Ratu Ariana pingsan. Namun, sekarang semua begitu panik akan keadaan Andrew.

“William, kamu lebih baik kembali. Aku harus menemani Andrew,” pinta Charlos.

“Baik, Pangeran.”

Sementara Andrew dibawa Louis menuju kamarnya, Charlos dan Terentia juga mengikutinya ke kamar Andrew. Tak lama, Luna juga membawa peri penyembuh untuk segera memeriksa Andrew.

20 menit kemudian.

Peri penyembuh keluar kamar dengan wajah kecewa, Luna bertanya lebih dahulu bagaimana kondisi Andrew. Ia khawatir akankah Andrew bernasib sama seperti Ratu Ariana, sementara Charlos yang melihat wajah khawatir Luna mencoba memenangkannya

“Kondisi Pangeran Andrew baik-baik saja, tetapi aku tidak bisa merasakan kekuatan Pangeran. Sepertinya, Pangeran Andrew meminum sesuatu yang dapat menghilangkan kekuatannya,” jelas peri.

Semua terkejut mendengar penjelasan sang peri penyembuh.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel