Bab 7 Misi kedua
Tok... tok... tok....
Terdengar suara ketukan pintu dari kamar Anna, sedangkan sang pemilik tengah sibuk membaca buku. Anna yang mendengarnya segera bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu.
“Terentia,” sapa Anna.
“Putri Anna, kenapa kamu kembali?” tanya Terentia.
Anna yang mendengar pertanyaan Terentia, akhirnya menyuruh Terentia masuk ke dalam kamar. Anna menceritakan mengapa ia kembali ke sini.
“Jadi, apa Putri akan menetap di sini?” tanya Terentia.
Kling....
Suara dari ipad yang dibawa Anna, membuat Terentia bingung. Apa benda di meja Anna.
“Putri, itu benda apa?” tanya Terentia.
“Oh, itu ipad, semacam jenis teknologi di dunia manusia. Sepertinya, aku akan ada klien,” jelas Anna sembari mengambilnya.
“Ipad? Teknologi?” heran Terentia tak paham.
Anna memeriksa ipad miliknya, sengaja ia bawa saat ke sini. Karena jika ada klien, Anna harus segera kembali ke dunia manusia untuk membantu Darren.
“Terentia, aku ada klien,” ungkap Anna.
Klien kedua untuk Anna, seorang pria bernama Digo berprofesi sebagai anggota kepolisian, difitnah sebagai pelaku pembunuhan. Misi untuk mencari sebuah flashdisk.
“Polisi? Flashdisk?” Anna tidak memahami maksud profil dari klien kedua ini.
Tok... tok... tok....
“Biar aku saja, Putri,” pinta Terentia membuka pintu.
Luna masuk ke dalam menghampiri Anna, kemudian tak sengaja melihat sebuah benda aneh yang dipegang Anna.
“Kenapa kamu bawa barang aneh seperti itu?” tanya Luna heran.
“Sepertinya aku harus pergi, kalian bisa bantu aku kan,” ucap Anna.
“Bantu apa?” tanya Luna.
Anna akhirnya menjelaskan rencana bahwa ia sementara akan ke dunia manusia untuk bekerja, kemudian Luna dan Terentia membantu Anna agar tidak ketahuan selama pergi. Anna menggunakan pena nya, kemudian menghilang menuju bumi.
“Dasar! Kenapa dia tidak menetap saja?” kesal Luna.
“Putri, lalu bagaimana?” tanya Terentia.
“Kamu berpura-pura menjadi Anna, tetap di kamar ini. Dan, biar aku yang jaga di luar,” balas Luna.
°°°
Darren yang tengah memainkan kekuatan air nya di dekat air mancur, merasakan kebosanan di hari ini tanpa Anna. Apalagi, Ella sudah tidur dan Erik yang tengah berpamitan keluar. Tiba-tiba, Darren terkejut akan kedatangan Anna di taman.
“Anna?” sapa Darren.
“Darren, kita ada misi,” ucap Anna menghampiri Darren.
“Oh ya, coba lihat,” pinta Darren.
Darren membaca profil klien dengan seksama, sedangkan Anna menatap Darren dari samping untuk bertanya sesuatu.
“Darren, polisi itu apa? Flashdisk itu apa?” tanya Anna.
“Oh, polisi itu sejenis pekerjaan seperti kita, membantu manusia atau lainnya. Kalau flashdisk itu sejenis perangkat seperti ipad ini hanya lebih kecil,” jelas Darren.
“Oh gitu, aku bela-belain ke sini, karena misi ini. Beruntung sih, ada kamu,” balas Anna.
Darren menatap Anna dengan tawa kecilnya, Anna terlihat lucu saat tidak tahu apa-apa. Namun, Darren baru menyadari bahwa ia tertarik pada wanita polos di depannya ini.
“Selesai misi, kamu bakal kembali?” tanya Darren.
“Iya, ternyata capek juga harus bolak-balik,” keluh Anna.
“Lebih baik kamu istirahat, besok kita akan berangkat untuk misi kedua,” pinta Darren.
Anna mengangguk dan masuk lebih dahulu, saat di dalam kamar, Anna segera beranjak untuk tidur. Rasa lelahnya hari ini, membuat Anna harus mengisi energi.
Di sisi lain, Pangeran Charlos ingin menemui Anna ke kamarnya. Namun, ia heran mengapa Luna berada di depan kamar Anna.
“Putri Luna,” panggil Charlos.
“Pangeran, ada apa ke sini?” tanya Luna.
“Kamu yang kenapa berdiri seperti pengawal?” tanya Charlos balik.
“Aku hanya sedang berpikir, dan tidak sadar bahwa di depan kamar ini,” balas Luna beralasan.
“Oh, aku ingin menemui Anna,” ujar Charlos.
Luna yang sudah waspada jika seseorang mencari, ia berusaha untuk membuat orang yang menemui Anna tidak akan bisa bertemu. Luna berpikir sebentar apa alasan yang tepat untuk Pangeran Charlos.
“Pangeran, sepertinya Anna tidak mau diganggu. Aku tadi ingin menemuinya, tetapi Anna bilang dia kecapekan,” ucap Luna.
“Oh ya, dia pasti kecapekan karena baru datang kemarin. Baiklah, aku akan mengunjunginya besok saja,” balas Charlos.
“Besok? Sepertinya lebih baik lusa, aku rasa karena itu waktu Anna senggang,” ujar Luna.
Charlos sebenarnya berpikir ada yang aneh, namun ia berusaha berpikir positif dan memutuskan pergi. Charlos menuju ke kamar Andrew, dan melihat Andrew seperti mengalami kegalauan.
“Kamu kenapa?” tanya Charlos.
“Aku takut jika kekuatan ku hilang lagi, sejak kecil aku selalu bergantung dengan kekuatan ini. Jika hilang, aku merasa lemah,” balas Andrew.
“Lalu, apa Anna juga merasa lemah saat tidak ada kekuatan?” tanya Charlos balik.
“Anna memang ditakdirkan tidak memiliki kekuatan, berbeda denganku yang sudah ditakdirkan memiliki kekuatan,” jawab Andrew.
Charlos merasa bahwa semua orang terlalu meremehkan sosok Anna, walaupun Anna tidak memiliki kekuatan. Tapi, Anna orang yang cukup kuat dan tegar. Tiba-tiba, terdengar suara seseorang sedang berlatih pedang.
“Apa kamu mendengar suara?” tanya Charlos.
“Iya, seperti orang berlatih pedang,” balas Andrew.
“Aku akan memeriksanya,” pinta Charlos.
Andrew yang melihat Charlos keluar, ia mengikuti nya juga. Saat mereka berada di luar, terlihat sosok pengawal asing tengah berlatih pedang.
“Siapa pengawal itu?” heran Andrew.
“Kamu,” panggil Charlos.
Pengawal yang tengah berlatih pedang, seketika menghentikan kegiatannya. Ia memberi hormat kepada kedua Pangeran.
“Maaf, apakah saya mengganggu?” tanya William.
“Nama kamu siapa?” tanya Charlos.
“William,” balasnya.
“Lain kali, berlatihlah saat siang hari. Bersama kita berdua, jika malam hari kamu mengganggu,” pinta Charlos.
“Benarkah?” tanya William.
“Iya.” Charlos menatap William dengan senyum tipis.
William memasukkan pedang miliknya, tak sengaja Charlos melihat lambang dari pedang William. Ia seperti mengenal lambang itu, namun Charlos sedikit lupa. Kemudian bertanya kepada William.
“Itu pedang milikmu?” tanya Charlos.
“Iya, ini pedang saya,” jawab William.
William memutuskan pergi dan tak lupa berpamitan, namun Charlos masih penasaran dengan pedang milik William. Andrew yang melihat Charlos terdiam ikut heran.
“Kamu kenapa?” tanya Andrew.
“Masuklah lebih dahulu, aku masih ada urusan,” pinta Charlos.
“Baiklah.”
Andrew masuk lebih dahulu, karena sudah malam ia ingin cepat tidur. Tak sengaja, Andrew berpapasan dengan Louis ayah dari Luna.
“Kamu darimana?” tanya Louis.
“Dari luar,” balas Andrew.
“Oh ya, bagaimana keadaan kamu setelah pingsan?” tanya Louis.
“Aku baik-baik saja, mungkin waktu itu aku hanya sedikit kecapekan,” jawab Andrew.
Louis yang melihat Andrew, terpikirkan untuk memberikan racun dari Wolfie. Menurut Louis, sepertinya Andrew orang yang tepat untuk dikalahkan lebih dahulu.
“Andrew, ini minuman kesehatan yang aku dapatkan dari peri penyembuh. Aku tidak mau kamu pingsan, apalagi saat melawan musuh,” ucap Louis.
“Terimakasih, Raja.” Andrew menerima minuman itu, dan berencana meminumnya di kamar.
