Bab 9
Sebulan sudah berlalu, tetapi Chacha masih belum sadarkan diri. Okta sudah seperti mayat hidup yang tak mengurus dirinya sendiri, bahkan putranya belum dia beri nama. Semuanya memanggil anak laki-laki Okta dengan nama son.Son di rawat oleh Serli dan Daniel, dan son juga mendapatkan asi dari Thalita. Sekarang sudah tak ada lagi Okta yang suka selengekan dan menyebalkan, Okta sungguh berubah 180 derajat dari biasanya. Dia hanya melamun dan melamun kesehariannya. Tak hanya Okta, tetapi Thalita juga yang semakin menghindar dari Dhika. Thalita melakukan ini supaya saat dia meninggalkan Dhikanya. Dhika tak akan pernah merasa sakit hati lagi seperti dulu. Thalita hanya berusaha fokus pada kedua anaknya.
Claudya bersama Meliana dan Reza memasuki sebuah club yang cukup terkenal di Jakarta. Keduanya memilih duduk di meja yang agak jauh dari lantai dansa itu. Kebisingan musik mengusik gendang telinga mereka."ayo kita bersenang-senang sampai mabuk" teriak Reza sambil menggoyangkan badannya mengikuti irama musik.
"ini keren, sekarang tak ada lagi pasien dan ruang operasi" teriak Meliana setelah meneguk minumannya.Claudya langsung menyambar botol Vodka itu dan meneguknya hingga tandas. Rasa panas dan pahit bercampur memenuhi kerongkongannya membuat Reza dan Meliana melongo.
"Claudya, loe benar-benar ingin mabuk berat" seruReza menggelengkan kepalanya.
Setelah menghabiskan dua botol vodka, Claudya beranjak dari duduknya."mau kemana loe, Claud?"
"gue mau menari" ujar Claudya dan langsung menari di lantai dansa dengan beberapa lelaki mengerumuninya. Karena kecantikan Claudya tak bisa dipungkiri.
"astaga, pergi kemana Claudya? Gue tidak bisa menemukannya" keluhReza yang menelusuri seluruh area lantai dansa."Meliana, loe tunggu disini. Gue akan mencari Claudya" Melianapun mengangguk.
Claudya ditarik oleh seorang pria ke arah kamar mandi."hai cantik, sekarang kita sudah berdua. Kita bisa berbuat sesuka kita sekarang" ujar pria itu, Claudya terkekeh dengan wajah yang sudah memerah.
"kamu bicara apa? memangnya apa yang bisa kamu perbuat padaku, hah?" kekeh Claudya.
"kamu mau bukti?" seringai terpancar di bibir pria itu dan langsung merengkuh pinggang Claudya membuat tubuhnya menempel dengan pria di depannya.
"lepaskan, kau membuatku sesak" Claudya mulai berontak
"kamu membuatku sangat bergairah, sayang. Bagaimana kalau kita pesan hotel di dekat sini" ucap pria itu dengan nada menggoda.
"jangan bodoh, aku tidak mau bermalam denganmu" Claudya mencoba melepaskan rengkuhan pria itu walau sulit.
"lepaskan dia" suara bass dan tegas terdengar jelas di telinga mereka, membuat mereka berdua menengok.
"apa urusanmu? Dia bersamaku"
"kamu bilang dia bersamamu? Kalau memang begitu kenapa dia menolakmu" ujar pemilik suara bass itu membuat sang pria tadi geram.
"dia benar,, aku tidak mau denganmu" ujar Claudya mendorong tubuh pria itu untuk menjauh, dan berjalan kearah pemilik suara bass itu
Uweeekkk…Dan seketika Claudya memuntahkan isi perutnya hingga mengenai jas pemilik suara bass itu dan pakaian Claudya, seketika juga tubuhnya ambruk tepat di rengkuhan pria pemilik suara bass itu.Claudya menatap pria di hadapannya dengan kernyitandi dahinya."Farel" gumam Claudya hingga kesadarannya hilang.
Farel segera membopong tubuh Claudya dan membawanya pergi meninggalkan pria tadi keluar club.Farel membawa Claudya ke apartement miliknya.Farel membawa Claudya ke kamarnya, dan merebahkan tubuh Claudya di atas ranjang miliknya."kamu tidak pernah berubah sama sekali" gumam Farel beranjak melepaskan kedua sepatu Claudya. Dilepaskannya juga jas abu yang dia pakai.
Farel segera membersihkan dirinya di kamar mandi, setelah memakai pakaian santainya. Farel mendekati Claudya dan mulai melepas kemeja krem yang Claudya pakai bersama dengan roknya. Sehingga kini Claudya hanya memakai bra dan underware berwarna hitamnya.Farel tertegun melihat tubuh indah Claudya, gairahnya sudah sangat terpancing. Farel pria normal, dia sudah menduda selama 3 tahun lamanya. Walau dia sering melampiaskannya ke wanita penghibur tetapi tetap saja, melihat Claudya seperti ini membuatnya ingin segera menerjang Claudya. Apalagi Claudya adalah wanita yang dulu pernah mengisi hidupnya. Farel menahan dirinya sekuat tenaga dan menyambar kemeja putih miliknya dan memakaikannya ke tubuh Claudya."Dhika, Dhika," gumam Claudya tiba-tiba saat Farel tengah mengancingkan kemeja yang di pakaikannya. Ia tertegun di tempat mendengar gumaman Claudya. Ia langsung mengepalkan kedua tangannya kuat dan menggertakkan giginya karena emosi.
“Pria sialan itu…”
Claudya terbangun dari tidurnya, saat cahaya matahari menerobos masuk dari celah jendela.Berkali-kali Claudya mengerjapkan matanya menatap langit-langit kamar. Claudya memegang kepalanya yang terasa sangat pusing sekali. Di tatapnya kembali sekeliling kamar yang sangat asing baginya."dimana aku?" gumam Claudya dan segera bangun dari tidurnya. Claudya menunduk menatap pakaiannya yang sudah diganti dengan kemeja putih milik seorang pria.Claudya sangat resah, dan mencoba mengingat apa yang terjadi padanya semalam.Berkali-kali Claudya mencoba untuk mengingat kejadian semalam tetapi hasilnya nihil.
"kamu sudah bangun"ucapan seseorang membuat Claudya menatap ke sumber suara, Di depannya seseorang tengah duduk santai sambil menghisap rokok yang di selipkan di jari tangannya dan kedua kakinya di silangkan diatas meja.
"Farel"
"ada apa nona Nanda? Apa kamu kaget melihatku disini" Farel tersenyum sinis membuat Claudya ketakutan. Kejadian di masalalunya kembali terngiang di kepalanya.
"apa yang sudah kamu lakukan padaku? Dimana bajuku?" pekik Claudya kesal sekaligus takut.
"santailah Nanda, jangan kaget begitu. Bukankah kita sudah sering melakukannya" ujar Farel datar dan kembali menyesap rokok di tangannya.
"diamlah Farel, itu sudah berakhir 9 tahun yang lalu. Dan jangan pernah ungkit lagi" Claudya bangkit dari duduknya menuruni ranjang dan mengambil sepatunya.
Farel bangkit dari duduknya dan mematikan rokok yang ada di tangannya. Ia berjalan mendekati Claudya membuat Claudya berjalan mundur hingga tersudutkan ke dinding di belakangnya. Dengan sengaja Farel menyudutkan Claudya dan mengungkungnya dengan sebelah tangannya. Claudya mampu melihat irish mata abu milik Farel yang tajam."jangan macem-macem Farel !!!" ancam Claudya.
"kamu pikir kamu bisa lari begitu saja? Tidak akan pernah aku lepaskan kamu kali ini, Claudya Ananda Laurent" ujar Farel dengan tajam. “kejadian di masa lalu tak akan pernah terulang lagi. Aku tak akan pernah melepaskanmu kali ini”
"kamu mengancamku? Aku tidak takut padamu kali iniFarel" Claudya membalas tatapan tajam Farel membuat Farel menyeringai devil.Farel mencengkram kedua tangan Claudya dan menyimpannya disisi kiri dan kanan kepala Claudya. Claudya masih berusaha menyembunyikan rasa takutnya, dan membalas tatapan Farel dengan tak kalah tajam. Keduanya masih beradu pandang. Hingga Claudya memalingkan pandangannya dan mendorong tubuh Farel hendak beranjak, tetapi Farel langsung menahan lengan Claudya dan merengkuh tubuh Claudya. Farel mencengkram kuat pinggang Claudya membuatnya kesulitan untuk lepas.
"mau kemana kamu? tidak adakah kata terima kasih untukku?" Farel menaikkan sebelah alisnya
"jangan harap, aku tau kamu tidak berniat menolongku. Kamu menginginkan sesuatu dariku" jawab Claudya geram membuat Farel terkekeh ringan. Tangan Farel terangkat menyentuh wajah Claudya dan menelusuri garis wajah Claudya dengan jarinya membuat Claudya mulai menikmatinya. Tetapi tiba-tiba saja tangan Farel langsung mencengkram kedua pipi Claudya dengan sangat keras membuat Claudya meringis kesakitan."menikmatinya, nona? Katakan, apa kalian masih menjalin hubungan?" Tanya Farel tajam membuat Claudya ketakutan dan merasakan sakit di kedua pipinya.
"JAWAB !!!" bentak Farel mengencangkan cengkramannya membuat Claudya tidak bisa berpikir jernih, hanya ingin cepat-cepat keluar dari sini.
"i-iya"
Akhirnya Claudya menjawab dan seketika Farel melepaskan cengkramannya dan menghempaskan tubuh Claudya membuatnya sedikit terhuyung tetapi tidak sampai jatuh. Claudya melirik Farel yang terlihat mengusap rambutnya jengah. Claudya perlahan mengambil tasnya dan segera beranjak keluar apartement dengan sedikit berlari. Claudya tak perduli dirinya hanya memakai kemeja kebesaran milik pria, dia berlari menyusuri lorong apartement, takut Farel mengikutinya.'ya tuhan, dia masih tidak berubah. Dasar psychopath' batin Claudya segera menekan tombol lift. Claudya paham siapa pria yang di bahas Farel dan yang membuat accident itu terjadi. Dan Claudya tak ingin kembali lagi dalam situasi terpuruknya seperti dulu.
***
