Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10

Thalita tengah mengajak main kedua anaknya di kamar kedua anaknya sambil melipat pakaian anak-anaknya."maaf nyonya, ada yang mencari anda dibawah" ujar bi Siti membuat Thalita menengok ke ambang pintu.

"baiklah bi, saya akan turun"

Thalita beranjak menuruni tangga menuju ruang tamu. Langkahnya terhenti saat melihat siapa yang datang. ‘berani sekali dia datang ke rumah ini’. batin Thalita.  Farel berbalik ke arah Thalita saat mendengar suara langkah mendekat. Thalita masih berdiri di ambang pintu penghubung ruang tamu dan ruang keluarga. “halo sayang” Farel berjalan mendekati Thalita hendak mengecup kening Thalita tetapi Thalita berjalan mundur untuk menghindar.

“Jaga sikap kamu, mas. Ini rumah suamiku” gumam Thalita dingin membuat Farel tersenyum sinis.

“cih,, suami” kekeh Farel meledek membuat Thalita geram. "kamu yakin Dhikamu itu setia sama kamu sampai detik ini" ujar Farel dingin dan mampu membuat Thalita tersentak kaget.

“Apa maksudmu?" Tanya Lita. "aku sangat percaya padanya"

"jangan terlalu percaya pada pria, Lita. Terkadang di balik keromantisan dan kebaikannya, dia mengkhianati kamu" ujar Farel berjalan menuju sofa dan duduk dengan bertumpang kaki membuat Lita semakin geram melihat sikap arrogant Farel.Thalita merasa tak paham dengan apa yang di katakan Farel, kenapa Farel tiba-tiba datang dan mengatakan ini padanya. Apa maksudnya??

"tidak, aku sangat percaya pada Dhika. Bahkan dia menjaga kesetiaan cintanya padaku selama 10 tahun" Lita menjawab dengansangat yakin, dan tawa Farel pecah seketika.

“apa kamu tau apa alasanku sebenarnya menahanmu selama 10 tahun ini. Apa kamu tau kenapa aku begitu membenci pria yang kamu cintai itu” Thalta masih terdiam menunggu jawaban dari Farel. Farel kembali berdiri dan berjalan mendekati Thalita yang masih mematung kaku di tempatnya.

“karena suamimu yang telah menghancurkan hati dan hidupku. Dia merebut wanita yang aku cintai dan menghancurkan hubungan kami berdua” bisik Farel membuat Thalita terpekik kaget. Farel mencengkram kedua lengan Lita dengan kuat membuat Thalita meringis kesakitan.“itulah alasanku kenapa aku ingin sekali membunuhnya dari sejak 9 tahun yang lalu. Tetapi dia beruntung karena wanita yang begitu mencintainya, rela menyerahkan hidupnya untuk pria brengsek itu” ucap Farel membuat Thalita menatapnya takut.

“aku tidak percaya Dhika melakukannya” gumam Thalita dengan sangat yakin.

“sebegitu yakin kamu padanya? Kalau begitu, selidikilah hubungannya dengan Claudya Ananda Lauwrent” bisik Farel

“do-dokter Claudya?” Thalita  mengernyitkan dahinya bingung.

“waktumu hanya tinggal satu bulan lagi, dan dua minggu lagi aku akan membawakan surat gugatan ceraimu untuk suami tercintamu itu” tambah Farel

“mas !!!” pekik Lita menghempaskan cengkraman Farel dan berjalan menghindari Farel. “jangan mencampuri urusan rumah tanggaku, aku akan meninggalkan Dhika dengan caraku sendiri” ujar Lita dengan mata yang sudah berkaca-kaca

“haha, Lita Lita. kamu pikir aku tidak tau akal bulusmu itu. Sudah cukup kebaikan yang aku berikan padamu. Sekarang aku akan siapkan surat cerai kalian dan aku akan menjemputmu setelah persidangan pertama kalian selesai” ucapan Farel membuat hati Thalita semakin tersayat-sayat.

“aku tidak mau !!!” jawab Thalita sekuat tenaga dengan mengepalkan kedua tangannya.

“kalau begitu, jangan salahkan aku kalau besok kau melihat jasad Vino di depan gerbang sekolanya dan juga jasad suami tercintamu itu, Thalita sayang”

Deg…. Ucapan Farel mampu membuat Thalita semakin ketakutan dan tertekan, Thalita tau kalau Farel tak pernah main-main dengan ucapannya.  “dan ingat juga dengan kedua anakmu itu, sayang” ucap Farel dengan seringai iblisnya.

            “Jangan macam-macam, kamu !!” pekik Thalita sudah menangis ketakutan.

            “kalau begitu turuti keinginanku, sayang. Karena akulah yang menentukan takdirmu. Takdirmu bukan dengan pria bajingan itu, tetapi hidup selamanya bersamaku. Calon istriku sayang” Farel tersenyum manis seraya membelai pipi Thalita tetapi segera Thalita tepis tangan Farel dari pipinya.

Thalita menunduk menahan tangisnya, hatinya hancur sangat hancur. Kenapa takdirnya harus terjebak dalam situasi seperti ini. Apa yang terjadi antara Farel – Claudya – Dhika.

"assalamu'alaikum" salam dari seseorang membuat Farel dan Thalita terkesiap. Keduanya langsung menengok ke ambang pintu dimana Okta tengah berdiri disana dengan menggendong bayi.Thalita mengucapkan syukur dan mampu bernafas lega, Farel terlihat merapihkan jas bagian depannya.

"baiklah Lita, mas pergi dulu" Farel beranjak pergi melewati Okta yang masih berdiri di ambang pintu.Thalita mendadak lututnya terasa sangat lemas, pandangannya kosong.

"Lita, bisa tolong susui Datan lagi? Si Nela masih sakit dan air susunya belum keluar banyak. Kasian Datan dari semalam nangis terus minta di susui" Okta berjalan ke arah Lita. Tetapi Lita tak mendengarkannya, Thalita masih mematung dengan pandangan syok dan tegangnya.

Aku akan membunuh Vino dan Dhikamu itu....

"Lita" Okta menyentuh pundak Lita membuat Lita tersentak."Lita ada apa?" Tanya Okta heran karena Lita terlihat tegang tetapi seketika Thalita menangis dalam diam. “siapa pria barusan?” Tanya Okta bingung sekaligus penasaran. "loe kenapa?" Okta kaget melihat Lita yang tiba-tiba saja menangis. "loe nangis karena gue minta loe susui Datan?" Lita menggelengkan kepalanya. "lalu kenapa, Lita? loe sakit? Loe laper? Loe kangen sama Dhika?" ceroscos Okta.

"bukan Gator" jawab Lita masih terisak.

"lalu kenapa? Loe mau permen? Gue beliin deh biar loe diem"

"gue serius gator, jangan melawak disaat begini" ujar Lita kesal

"guetidak melawak, Lita. Gue bukan sule yang suka melawak, gue hanya Oktavio yang selalu tampan dan unyu. Gue datang untuk meminta air susu loe buat anak gue" ujar Okta membuat Lita mencibir. Thalita segera menghapus air matanya, lalu Thalita kembali menatap kearah Okta.

"Okta, gue mau minta bantuan loe. Gue mohon loe jangan pernah jauh-jauh dari Dhika, loe harus terus ada disisi Dhika. gue mohon" ujar Lita memelas menatap Okta.

"ogah ah, nanti di kira gue simpanannya lagi. Lagian kenapa harus deket-deket sih, loe sudah mau berbagi suami loe sama gue? Loe sudah ikhlas nerima gue jadi kekasih gelapnya si Dhika sekarang?" Thalita menepuk keningnya sendiri dan menghela nafas. Memang yah berbicara dengan sang aligator satu ini membuatnya lelah, tidak pernah serius. Thalita melihat kearah pintu memastikan kalau Farel sudah berlalu pergi.

"Dengerin” Thalita menarik kerah baju Okta dan membisikkan sesuatu ke telinga Okta. “ada yang berniat membunuh Dhika, Gator" bisikLita karena Okta membuatnya pusing sendiri dan bisikan itu berhasil membuat Okta melongo kaget. Tetapi seketika Okta tertawa puas hingga kiniThalita yang mengernyitkan dahinya bingung."kenapa tertawa?"

"lucu saja. Astaga Lita, loe masih saja parnoan sama suami loe, denger yah Lita. si Dhika sudah gede, bahkan sudah bangkotan. Dia bahkan masternya dalam ilmu bela diri, tidak akan ada yang berani membunuhnya. Yang ada orang itu dulu yang akan Dhika bunuh" jelasOkta tertawa merasa ucapan Lita sangat lucu.

"orang yang berniat membunuhnya itu orang terdekat yang tidak disangka-sangka, gator. Dia, dia seorang psychopath" gumam Lita dan itu mampu membuat Okta berhenti tertawa.

"Loe gak lagi drama kan?”

“memang muka gue keliatan sedang bermain drama?”

“iyakan, siapa tau. Kalau ternyata loe jago acting” ucapan Okta membuat Lita memutar bola matanya malas. “Tapi loe tau darimana Lita?" Tanya Okta mulai serius menyingkapi ucapan Lita.

"dia, dia mempunyai dendam pada Dhika, dia memperingati gue. Gator, dia terus mengawasi kita dan kapan saja bisa membunuh Dhika" gumam Lita takut Farel masih ada diluar.

"siapa?"

"guetidak bisa bilang, tapi yang jelas nyawa suami gue dalam bahaya. Gue mohon loe jaga Dhika, kalau gue yang bilang ke Dhika akanada korban lain lagi yang jatuh. Dandia pasti akan menyuruh gueuntuk tenang dan bilang semuanya akan baik-baik saja. Tapi tidak bisa seperti itu, gator" Thalita mulai gelisah.

"loe tenang dulu Lita, siapa tau itu cuma gertakan saja"

"tidak gator, gue yakin dia akan nekat. Sebelumnya dia juga pernah dua kali mencelakakan orang terdekatnya" ujar Thalita mulai menangis kembali.

"oke oke, gue akan selalu di dekat suami loe" Okta berusaha  menenangkan Lita yang kembali menangis.

Thalita meyakinkan dirinya kalau Oktalah orang yang tepat untuk membantu menjaga Dhika. Hanya ini yang bisa Lita lakukan. Thalita ingin memastikan Dhikanya dalam keadaan baik-baik saja."loe tenang saja, Lita. Gue yakin Dhika akan baik-baik saja, gue juga akan selalu awasin dia dan selalu berada di dekatnya"

"makasih, Gator" Thalita menghapus air matanya.

"tidak perlu berterima kasih, Lita. Gue juga menyayangi sahabat gue dan gue tidak akan biarkan semua sahabat gue dalam bahaya"ujar Okta terdengar sangat tulus dan Thalita mampu tersenyum lega.

"sini mana Datan?" Tanya Lita dan Okta menyerahkannya ke Thalita. Thalitapun beranjak menuju kamarnya dengan membawa Datan dalam gendongannya.

***

Sementara Thalita menyusui Datan di dalam kamar Twins, Okta duduk termenung di ruang tamu hingga bi Siti datang dan menyuguhkan kopi hangat untukOkta.Ia terus memikirkan siapa kira-kira orang terdekat yang berniat membunuh Dhika. "apa pria tadi? Tapi siapa pria yang tadi datang kesini?" Saat mengingat kedatangannya tadi, terlihat Thalita tengah bersitegang bersama pria yang tak di kenalnya.

"tapi apa alasannya?" tambah Okta hingga lamunannya buyar saat derap langkah seseorang terdengar mendekatinya membuat Okta menengok dan Thalita sudah turun dengan menggendong Datan yang terlelap.

"loe gak kerja?" Tanya Lita karena Okta terlihat hanya memakai kaos dan celana jeansnya.

"nggak, bosen di kantor mulu" jawab Okta dengan santai, Thalita duduk di dekat Okta dengan masih memangku Datan.

"gimana Chacha sekarang?" Tanya Lita yang terlihat lebih baik.

"begitulah, dia belum bisa banyak bergerak. Payudaranya sakit terus karena belum bisa memberi Datan ASI, tetapi asinya malahtidak keluar" jelasOkta sambil menyeruput kopinya.

"mungkin karena cukup lama tidak menyusui anaknya"

"iya, dan si Datan kagak mau minum susu formula. Kayaknya dia sudah demen disusui sama loe" kekehOkta membuat Lita ikut terkekeh mendengarnya.

"berarti Datan wajib manggil gue mama jangan tante"

"siaplah,Datan akan punya mommy, mama dan bunda metromini" ujar Okta membuat Lita terkekeh.

"ngomong-ngomong apa mereka sudah kembali?" Tanya Lita, karena sebulan yang lalu para Brotherhood tengah pergi mengunjungi Elza yang juga melahirkan.

"belum, betah bener mereka disana. Mana si Verrel dititip dirumah gue lagi" ujar Okta

"nggak apa-apa dong kan jadi rame rumah loe" ujar Lita membuat Okta mengangguk.

"rame sih, tapi semua barang-barang di acakin"

"namanya juga anak kecil, Gator. Oh iya gue penasaran sama nama anaknya kak Elza. Siapa namanya?" Tanya Lita.

"namanya Michella Dauglas"

"nama yang cantik" ujar Lita tersenyum. Keduanya terdiam sesaat, fokus dengan pikiran masing-masing.

"loe yakin soal yang akan membunuh Dhika?" Tanya Okta tiba-tiba membuat Lita menatap Okta.

"iya gator, kalau misalnya gue-“ ucapan Thalita terhenti membuat Okta mengernyitkan dahinya bingung.

“misalnya gue apa? Dan siapa laki-laki tadi?” pertanyaan Okta menyentakkan Lita, bahkan Thalita bingung harus menjawab apa. “Lita apa yang kali ini loe sembunyikan lagi?” Tanya Okta mencengkram kedua pundak Lita supaya Lita mampu menatap mata Okta.“katakan yang sejujurnya Lita, jangan melakukan ini lagi” paksa Okta

“gue,, gue tidak bisa” isak Lita

“Lita please, katakan semuanya. Apa ini ada hubungannya dengan pria yang tadi datang?” Thalita masih diam dalam kebimbangan dan dilemanya. “Lita, tatap mata gue” paksa Okta membuat Lita menatap mata biru terang milik Okta.

“kalau loe gak cerita, bagaimana gue bisa tau masalahnya” tambah Okta. “ini benar-benar buat gue bingung” Bukannya menjawab, Thalita hanya menundukkan kepalanya dan menangis.

‘haruskah aku mengatakannya pada Okta?’ batin Thalita

“gue akan cerita ke loe tapi gue mohon ini hanya antara kita berdua, gator" ujar Lita serius dan Okta mengangguk pasti.

"gue janji, Lita" ujar Okta dengan yakin

"ini hanya loe dan gue yang tau Okta, jangan sampai Dhika mengetahuinya. Gue cerita ke loe karena loe yang paling dekat dengan Dhika di antara yang lain" Okta mendengarkannya dengan seksama.Thalita menengok ke kanan dan kiri memastikan tak ada siapa-siapa. Lalu Thalita mulai menceritakan semua yang Farel katakan dengan sedikit berbisik membuat Okta melotot sempurna.

"L-loe gak bercanda kan, Lita?"

"tidak gator, gue serius. Dan Dhika benar-benar dalam bahaya sekarang"

“lalu bagaimana dengan loe? Apa loe akan meninggalkan Dhika?”

“gue gak tau” isak Thalita. “tapi gue tetap harus melakukannya” tambah Lita

“tidak Lita, loe tidak boleh ninggalin Dhika. Kita akan cari cara untuk menjebak tuh psyco” ucap Okta

“gue gak tau” Thalita menangis terisak membuat Okta tak tega, Okta menarik Thalita ke dalam pelukannya.

“gue akan bantu loe, kita hadapi dia bersama-sama” Okta mengusap punggung Lita, Lita sedikit lega setelah berbagi bebannya.

Dhika baru saja datang bersama Vino yang masih memakai seragam sekolanya. Tetapi langkahnya terhenti saat melihat Okta yang tengah memeluk Thalita yang menangis.

Khem… Deheman Dhika mampu menyadarkan mereka berdua, dan Okta langsung melepas pelukannya pada Thalita. Thalita dan Okta sama-sama terpekik kaget melihat Dhika berdiri di ambang pintu.“loe disini?” pertanyaan itu begitu saja meluncur dari mulut Dhika.

            “Dhik, gue datang buat minta Lita susui Datan” ucap Okta dengan hati yang bimbang karena takut Dhika salah paham.

            “kenapa kamu nangis?” kini tatapan Dhika mengarah ke Thalita

            “a-aku” cicit Thalita bingung, bagaimana kalau Dhika kembali salah paham padanya.

            “Vino, masuklah ke dalam kamar” perintah Dhika yang di angguki Vino dan beranjak menuju kamarnya.

            “si Lita sedih denger cerita gue tentang yang terjadi sama si Nela, iyakan Tha” ucap Gator yang langsung di angguki Lita. Dhika bukanlah tipe orang yang mudah di bodohi oleh siapapun, Dhika memiliki feeling yang kuat. Dia merasa ada yang salah antara Okta dan Lita.

            “oh begitu” ucap Dhika akhirnya tidak ingin mengintimidasi mereka berdua. “sayang aku ingin makan disini”

            “a-aku akan menyiapkannya” Lita segera beranjak setelah menyerahkan Datan ke pangkuan Okta.

            “loe mau makan juga?” Tanya Dhika

            “gue balik deh, duluan yah” Oktapun berpamitan pergi dengan membawa Datan dalam gendongannya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel