Bab 8
Dhika berlari menyusuri lorong rumah sakit, karena sejak tadi Okta terus menghubunginya sambil menangis dan memintanya untuk segera datang. Dhika sampai diluar ruang persalinan dan terlihat Okta berdiri disana dengan wajah yang kalut dan khawatir.
“gator” ujar Dhika membuat Okta menengok
“Dhika, gue mohon lakukan sesuatu. Si nela tadi gak sadarkan diri saat perjalanan kesini. Gue mohon sembuhkan dia, Dhika” ujar Okta yang sudah sangat kalut. Tangisannya sudah pecah, ketakutan akan mimpi buruknya itu terus terbayang-bayang di benak Okta.
“gator, tapi gue bukan dokter kandungan” ujar Dhika. “tenangkan diri loe, oke. Nela pasti akan baik-baik saja, apa dokter Hesti sudah datang? dia dokter kandungan yang tak kalah handalnya dengan Chacha di rumah sakit ini, tadi gue sengaja menghubunginya”
“iya sudah, tadi ada dokter yang masuk” ujar Okta.
“loe tenang gator, gue paham ke khawatiran loe. Tapi loe harus tetap tenang dan terus panjatkan doa agar Chacha dan bayinya selamat” ujar Dhika membuat Okta mengangguk dan mengusap wajahnya yang basah.Tak lama keluarlah seorang dokter wanita yang terlihat sudah matang.
“Dokter Dhika” ujar Hesti saat melihat Dhika.
“bagaimana istri saya?” Tanya Okta tak sabar.
“kondisi kehamilannya sangat lemah, dan telah terjadi pendarahan”
Ucapan Hesti membuat Okta semakin ketakutan.“kita akan melakukan operasi Caesar, tetapi kami perlu persetujuan anda tuan Oktavio. Siapa yang harus di selamatkan? Ibunya atau anaknya?”
Deg… Mendengar kata-kata Hesti sungguh membuat jantung Okta hampir keluar dari tempatnya. ‘apa mimpi itu sebagai pertanda? Tidak,,tidak mungkin’
“ kami akan berusaha menyelamatkan keduanya. Tetapi tetap harus ada salah satu yang menjadi fokus kami untuk menyelamatkannya” jelas Hesti
Ibu atau anaknya?
Penyataan itu terngiang di telinga Okta membuatnya terdiam dalam dilema.
“apa sangat sedikit harapan untuk menyelamatkan keduanya?” Tanya Dhika yang juga merasakan apa yang dirasakan oleh Okta.
“iya pak, harapannya sangatlah kecil. Dokter Clarissa mengalami pendarahan yang cukup hebat” ujar Hesti. Dhika hendak mengajukan pertanyaannya lagi tetapi tertahan saat mendengar suara Okta.
“selamatkan bayinya”
Okta mengatakannya dengan tatapan kosong membuat Dhika menengok ke arah Okta tak percaya dengan pilihannya.‘aku percaya dengan janjimu, nela. Aku yakin kamu tidak akan pernah meninggalkanku begitu saja, aku yakin kamu tidak akan begitu saja melepaskan kebahagiaan kamu’
“gator, loe serius?” Dhika yang kaget dengan keputusan Okta.
“gue percaya pada nela kesayangan gue. Dia gak akan begitu saja meninggalkan gue walau gue tidak memilihnya” ujar Okta penuh keyakinan membuat Dhika simpati dan kagum akan keyakinan Okta.
“siapkan operasinya dokter Hesti, dan berikan laporan medisnya kepada saya. Saya akan ikut turun membantu anda” ujar Dhika yakin membuat Okta menatap Dhika dengan berkaca-kaca dan terharu.
“kita harus selamatkan keduanya, dokter Hesti. Kamu fokus ke bayinya, biar dokter Clarissa menjadi fokusku” ujar Dhika semakin membuat Okta terharu.
“gue akan berusaha menyelamatkan nela loe” seruDhika tersenyum seraya menepuk pundak Okta.
“thanks, Dhik” Okta sangat bahagia mendengarnya dan sedikit mengobati keresahan dan ketakutan dalam hatinya.
***
Okta sudah sangat gelisah di luar, menunggu operasi istrinya selesai. Okta terus saja mondar mandir dan sesekali mengintip kedalam ruang operasi.“tenanglah gator, gue yakin nela akan baik-baik saja” ujar Angga.
“gue gak bisa tenang Angga” ujar Okta kesal.
Setelah lama menunggu, lampu di atas pintu operasipun berubah menjadi hijau. Tak lama Dhika keluar dari ruang operasi dengan hanya memakai pakaian operasinya. Okta bersama yang lain langsung menyambut Dhika.“Bagaimana?”
“anak loe baik-baik saja, dia sedang di bersihkan di dalam”
“Alhamdulillah” ujar semuanya merasa lega tetapi tidak dengan Okta
“lalu bini gue?” Tanya okta sudah berkaca-kaca. Seketika ekspresi Dhika berubah sedih dan terlihat bingung untuk menjelaskannya.“jawab Dhika !!” Tanya okta tak sabar.
“dia-“ Dhika terdiam sesaat dan menarik nafasnya seakan hendak mengatakan hal yang sangat berat.
“tidak mungkin,,,!! nelaaaaaaa….hikzzzzz” Okta langsung menangis seketika. Dan mundur hingga punggungnya menabrak dinding di belakangnya.“kenapa kamu mengingkari janji kamu, nela. Kenapa kamu meninggalkanku dan anak kita secepat ini” Okta bersandar ke dinding di belakangnya dan menangis dengan menundukkan kepalanya. “kenapa kamu harus pergi secepat ini, nelaa. Kamu sudah berjanji padaku” isak Okta membuat semua sahabatnya tertegun
“apa yang loe katakan, gator?” tanyaDhika berjalan ke hadapan Okta dan mencengkram kedua lengan Okta membuat Okta menatap kearah Dhika.
“nela gue sudah meninggal, iyakan?”
“siapa yang bilang? Nela loe masih hidup” Okta yang tertegun kaget mendengar penuturan Dhika.
“lalu kenapa ekspresi loe sedih tadi, seakan akan mau memberi kabar buruk?” amuk Okta seraya menepis cengkraman kedua tangan Dhika.
“gue belum selesai menjelaskan. Loe sudah mengambil kesimpulan sendiri. Dengar, nela loe baik-baik saja hanya keadaannya masih dalam masa kritis” jelas Dhika dan Okta langsung memeluk Dhika sambil menangis
“thanks, loe sudah menyelamatkan keduanya”
“jangan lebay,sudah hapus air mata loe. Gue ngeri lihat loe nangis” ujar Dhika menepuk punggung Okta dan melepas pelukannya.
“gue pengen cium loe” cicit Okta
“ogah !!” Dhika langsung menjauh dan yang lain terkekeh
“Gator loe benar-benar lebay” ujar Irene
“dokter Dhika, ini bayi nya” dokter Hesti keluar ruangan dengan menggendong bayi yang sudah di bedong. Dhika mendekati Hesti dan menggendong bayi laki-laki itu. Semuanya langsung mengerumuni Dhika.
“anak buaya sudah lahir” kekeh Seno
“mirip banget sama si gator” ujar Angga melihat bayi merah itu.
“awassssss, bapaknya yang unyu mau melihat dan mengadzaninya” ujar Okta setelah menghapus air matanya. Sang Alligator kembali seperti biasanya…
Okta mengambil alih bayinya dari gendongan Dhika dan memperhatikan wajah bayi yang terlelap itu. “loe bisa adzannya kan?” Tanya Daniel ragu
“ya bisa lah, apa sih yang alligator nggak bisa” ujar Okta dengan bangga membuat yang lain terkikik.
“gini dong, kan lebih terlihat tampan dan unyunya di banding tadi mewek mewek” ujar Dewi membuat Okta terkekeh
“gue juga kan punya hati dan emosi jiwa” celetuk Okta.“ssssttt diam semua,, Oktavio Adelio Mahya akan beradzan”
“baiklah, silahkan pak Oktavio” ledek Serli dan Oktapun mulai mengadzani anaknya tepat di telinga anak laki-lakinya itu.
“selamat yah gatorrrrr !!!” seru semua sahabatnya serempak setelah Okta selesai mengadzani.
***
