Bab 6
Ia langsung berdiri mendekati brangkar dimana jasad Chacha masih terbaring kaku disana.“nela,, sumpah ini gak lucu !!! bangun nela,,, guemohonn…gue akan turutin semua kemauan loe, asal loe bangun,,hikzzz,,,hikzzz.. gue mohon sekali ini. Bangunlah” Okta mengelus kedua pipi Chacha tetapi empat orang perawat datang dan hendak membawa jenazah Chacha keluar.
“mau dibawa kemana istri gue?? Dasar perawat sinting, Apa-apa ini” pekik Okta karena perawat itu menutup wajah Chacha kembali dengan kain putih. Okta masih berontak bahkan meninju seorang perawat laki-laki yang menghalanginya. Dhika, Daniel, Angga dan Seno segera menahan tubuh Okta yang terus berontak. Sedangkan brangkar Chacha di bawa keluar oleh keempat perawat itu. “lepasin gue, brengsek !! nelaaaa….hikzzz….nelaaa belum meninggal… lepasin gue!!” Okta terus berontak hingga brangkar Chachapun menghilang di balik pintu dan tubuh Okta kembali merosot kelantai, membuat cengkraman keempat sahabatnya terlepas.
Okta menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan kembali menangis histeris. “kenapa? Kenapa begini? Kenapa??hikzzzz…hikzz…” gumam Okta terisak. “maafkan aku yang gagal melindungi kamu, aku memang tidak becus menjadi kepala keluarga,,hikzz… maafkan aku nela, membuatmu harus berkorban sebesar ini..hikzzz” isakanOkta semakin memilukan membuat semuanya iba dan menangis melihatnya.“nela,, sampai kapanpun kamu adalah cinta terakhirku. Aku akan tetap menyimpan perasaan ini hingga ajal menjemputku dan kita akan bersatu kembali disana, tunggu aku, love. Aku akan segera datang” gumam Okta.
“NELAAAAAAAAAAA !!!”
Teriak Okta terbangun dengan nafas yang terengah, keringat membasahi sekujur tubuhnya dan pipinya terasa basah karena air mata. Okta menatap sekelilingnya ternyata ini di dalam kamarnya.
“kamu kenapa crocodile? Kenapa teriak-teriak” ujar seseorang membuat Okta langsung menengok kesampingnya
Bruk …Okta terpekik kaget hingga tubuhnya terjungkal ke lantai dari atas ranjang saat melihat sosok Chacha di sampingnya dengan wajah yang pucat dan rambutnya yang berantakan.
“kamu gak apa-apa, crocodile?”
Chacha kaget melihat Okta yang terjungkal ke bawah.Chacha segera turun dari atas ranjang dengan sedikit kesusahan karena perut besarnya dan berjalan mendekati Okta. Chacha duduk di hadapan Okta yang tengah menundukan kepalanya. Terdengar isakan kecil keluar dari bibir Okta. “crocodile,, apa yang terjadi? apa kamu terluka?” Chacha sangat khawatir melihat Okta yang menangis.
“ayo bangun” Chacha memegang kedua lengan Okta dan membawanya untuk duduk diatas ranjang. “kamu kenapa crocodile? Apa kepala kamu sakit? Atau lengan kamu ?” Chacha menyentuh kepala Okta dan badan Okta mencari luka yang membuat Okta menangis terisak begini. Okta menatap wajah Chacha yang sangat dekat dengannya dan terlihat sangat khawatir.
“hikzz…hikzzz…hikzzz…” hanya isakan yang keluar dari mulut Okta membuat Chacha kebingungan. Ini pertama kalinya Chacha melihat seorang Oktavio menangis. Seorang crocodile kesayangannya menangis,bahkan Okta yang biasanya selalu menampilkan cengiran menyebalkan dan keisengannya.
“ada apa crocodile, kenapa menangis?” Tanya Chacha semakin bingung seraya mengusap air mata di pipi Okta.Tanpa disangka-sangka Okta memegang tangan Chacha dan langsung menarik tubuh Chacha ke pelukannya.Okta semakin terisak, antara perasaan takut dan lega karena itu hanya mimpi buruknya saja. Okta menangis dengan terus menciumi pundak Chacha.Chacha yang masih bingung hanya bisa mengusap punggung lebar Okta dengan sayang. Membiarkan Okta meluapkan tangisannya di pelukan Chacha.“jangan tinggalin aku, nela” gumam Okta akhirnya membuat Chacha melepaskan pelukannya.
“apa maksud kamu, crocodile? Aku tidak pernah berniat sedikitpun untuk meninggalkan kamu. Aku mencintai kamu, walau kelakuan kamu jauh dari kata normal. Tapi aku tetap mencintai kamu apa adanya” ucapanChacha membuat Okta terkekeh dalam tangisnya. Okta menarik kedua tangan Chacha dan menciumnya cukup lama sambil memejamkan matanya hingga air mata kembali luruh membasahi pipi.
“aku sangat takut kehilangan kamu, aku tidak sanggup untuk hidup tanpa kamu” Okta membuka matanya menatap mata hazel milik Chacha. Chacha mampu melihat ketakutan di mata Okta, membuat Chacha ikut berkaca-kaca. Chacha sangat bahagia mendapatkan cinta yang selama ini tak pernah ia dapatkan. “kamu jangan ngomong yang aneh-aneh, aku tidak akan kemana-mana” Chacha mengelus pipi Okta dengan lembut.
“aku mimpi buruk, aku bermimpi kamu ninggalin aku dan jagoan kita. Kamu pergi meninggalkan dunia ini. Sungguh mimpi itu seperti nyata, aku bahkan masih merasakan sesaknya. Aku takut nela, aku tidak mau sampai kehilangan kamu. Aku sangat takut” isak Okta semakin menjadi membuat Chacha ikut menangis melihatnya.Chacha bahagia mendengar kata-kata dari Okta, selama ini Chacha selalu tertipu dengan yang namanya cinta. Cinta yang di dapatkannya selalu cinta yang kosong. Dan sekarang, sungguh Chacha sangat bahagia merasa dicintai dan ada orang yang begitu takut kehilangannya.
“berjanjilah, nela. Berjanjilah kamu tidak akan pernah pergi dariku, kamu tidak akan pernah meninggalkanku sendiri. Berjanjilah nela, ku mohon” Okta membelai kedua pipi Chacha yang sudah menangis. Ada ketulusan di mata Oktavio.
“aku berjanji sama kamu, crocodile. Aku berjanji” ujar Chacha. “sekian lama aku selalu tersakiti oleh cinta, dan sekarang aku mendapatkan kebahagiaan dan ketulusan dari cinta itu. Aku tidak akan membiarkannya begitu saja hilang dari hidupku, crocodile. Aku orangnya begitu egois, dan aku akan sangat egois kalau menyangkut kebahagiaanku sendiri dan orang yang aku cintai” Chacha memegang tangan Okta yang ada di pipinya.
“kamu jangan pernah takut lagi, aku berjanji akan menjaga diriku sendiri. Aku tidak akan pernah pergi dari kamu, aku tidak akan pernah meninggalkan kebahagiaanku sendiri” Chacha tersenyum. “dan berhentilah menangis, aku malah ngeri melihat kamu menangis” kekeh Chacha menghapus air mata Okta.
“ingusnya juga usapin” ujar Okta manja
“dasar jorok” kekeh Chacha tetapi tetap mengusap hidung Okta dengan sayang.“aku pikir kamu tadi kerasukan nyonya kunti, menangis terisak gitu sambil duduk dilantai. Menyeramkan” ujar Chacha bergidik ngeri
“ck,, aku hanya kerasukan rohnya romeo yang takut kehilangan julietnya” ujar Okta santai seraya menghapus air mata Chacha.
“aku tidak mau kisah kita seperti romeo dan Juliet, tidak juga sebesar kisah cinta Dhika dan Thalita. Aku hanya ingin kisah kita sesederhana mungkin. Kisah Crocodile dan Nela yang mencerminkan dirikita apa adanya. Kalau sikap kita sangat konyol dan gila, maka ayo kita buat hubungan kita se-absurd dan segila mungkin” ujar Okta merapihkan rambut Chacha membuat Chacha mengangguk senang dan memeluk tubuh Okta.
“aku sangat mencintai kamu, crocodile. Jangan pernah tinggalkan aku juga, aku pasti akan mati kalau sampai kehilangan kamu. Karena kamu adalah crocodile kesayanganku” ujar Chacha dengan manja
“aku juga sangat sangat sangat mencintai kamu, Nela. Kamu cinta terakhir di hidupku yang sudah mengusir para cabe-cabean di hatiku dan kamu juga sudah menggemboknya hingga tak akan pernah ada yang mencoba masuk kedalam hatiku. Bahkan untuk mengetuk pintunya saja mereka akan langsung lari terbirit-birit karena melihat ada nenek lampir sang penunggu hati aku yang sangat galak”
Chacha mencubit pinggang Okta mendengar ucapan Okta barusan.Tetapi Okta tetap memasang senyumannya dan mengelus punggung Chacha dengan sayang.
“aku berjanji akan menjaga kamu dan jagoan kita, aku tidak akan pernah membiarkan sesuatu terjadi pada kalian berdua” Saat kandungan Chacha berusia 6 bulan, Chacha sudah mengetahui kalau jenis kelamin bayinya adalah laki-laki. Dan kini usia kandungannya sudah memasuki bulan ke 8.
“yakin dengan janji kamu? gak akan ingkar?”
Chacha melepas pelukannya menatap Okta dan mencoba mencari kebohongan di mata Okta tetapi tak di temukannya.
“kamu meremehkan alligator sang rajanya buaya? Bahkan Franky dan Laura saja tunduk padaku, dan puluhan anak geng motor itu sudah aku sentilin satu satu sampai mereka tak berani lagi untuk datang” Okta membanggakan dirinya sendiri dengan gaya khasnya. Chacha terkekeh melihatnya. Crocodile kesayangannya sudah kembali, inilah crocodile yang selalu selengekan, narsis dan konyol. Saat menangis tadi sungguh Chacha tidak mengenal suaminya ini.
“hanya satu yang bisa membuatku bertekuk lutut dihadapannya”
“oya? Siapa?” Tanya Chacha penasaran
“Dia adalah nenek lampir titisan penyihir jahat dari negri dongeng” ujar Okta membuat Chacha terkekeh.
“dasar raja gombal” cibir Chacha.
“aku serius nela, aku sudah bukan penakluk wanita lagi. Sekarang aku sudah takluk sama satu wanita yang sangat galak”
“udah ah, sekarang bobo lagi. Aku ngantuk” ujar Chacha manja dan Okta langsung berangsur mundur memberi ruang untuk Chacha rebahan.Chacha berbaring dengan posisi memunggungi Okta dan Okta langsung memeluknya dari belakang dengan posesif.
“baca doa dulu sebelum tidur, biar gak mimpi buruk lagi”
“iya nela, dengan cium aroma tubuh kamu juga sudah cukup untukku bermimpi indah” ujar Okta tersenyum bahagia.
‘mudah-mudahan mimpi itu tidak akan pernah terjadi’
***
