Bab 5
2 Bulan Kemudian
Dhika dan Thalita begitu kompak mengurusi kedua buah hatinya dengan Vino yang terlihat excited dengan kelahiran Leonna dan Leon. Thalita berusaha mengurusi dan menjaga ketiga anaknya sebaik mungkin dan mengurus Dhika dengan sebaik mungkin karena waktunya mungkin tak akan lama lagi. Bom waktu itu akan segera meledak.
Sedangkan Claudya, hidupnya seakan selalu di hantui oleh bayangan devil itu. Hidup Claudya tak tenang dan selalu merasa di awasi membuatnya semakin takut sang Devil itu kembali lagi dan mengusik hidupnya seperti dulu.
Saat ini Okta tengah mendorong brangkar bersama suster dan dokter yang ada disana, dengan Chacha yang terbaring di atas brangkar dengan keadaan merintih kesakitan. “crocodile” panggil Chacha lemah
“iya love? Bertahanlah sebentar lagi ya” Okta sudah khawatir setengah mati.
“jaga dan sayangi anak kita”
“pasti love, tanpa kamu minta”
Tetapi seketikagenggaman tangan Chacha keOkta terlepas begitu saja saat Chacha sudah memasuki ruang ICU. Okta menunggu diluar ruangan sambil menghubungi semua sahabatnya. Tak lama Dhika datang dengan sedikit berlari mendekati Okta.“bagaimana nela?” Tanya Dhika dengan masih memakai jas formalnya.
“Gue gak tau, mereka masih memeriksa kondisinya” Okta sudah sangat kalut.Dhika duduk di kursi tunggu bersama Okta yang sudah sangat kalut.
“Gator,,,” brotherhood couple datang bersama tanpa membawa anak mereka minus Elza.“gimana Chacha?” Tanya Serli dan Ratu
“gue gak tau, kenapa dokter itu lama sekali sih” ujar Okta dan tak lama Thalita datang dengan membawa jinjingan makanan.
Oek oek oek
Tangisan bayi memecah keheningan di ruang persalinan membuat semuanya saling pandang dan tersenyum puas. “anak loe, gator” Daniel langsung menepuk pundak Okta dengan sangat bahagia. Akhirnya sepupu nakalnya ini sekarang sudah menjadi seorang ayah dan menemukan kebahagiaannya. “selamat yah gator” ucap semuanya senang membuat Okta terkekeh puas.
“anak gue” kekeh Okta sangat bahagia dan masih tak menyangka dirinya menjadi seorang ayah sekarang.
Tak lama dokter Riri asisten Chacha keluar dengan menggendong seorang bayi mungil yang sudah di bersihkan dan di bedong. Riri menyerahkannya ke gendongan Okta. “selamat pak Okta, bayi anda seorang laki-laki” ujar Riri membuat Okta tersenyum senang. Yang lain langsung mengerumuni Okta untuk melihat bayi tampan di gendongan Okta. Oktapun mulai mengadzani bayi itu.
“aku ingin bertemu istriku” ujar Okta senang
“itu-“ Riri terlihat kebingungan.
“ada apa Riri?” Tanya Okta heran
“sebenarnya, dokter Clarissa mengalami pendarahan yang hebat. Mungkin juga dokter Clarissa sudah mengetahuinya, makanya dia meminta kami untuk menyelamatkan putranya.”
Deg…Semuanya mematung dengan tatapan tak percaya. “bohong kamu !!” pekik Okta kaget dan Serli segera mengambil alih bayi di gendongan Okta. “katakan kalau itu bohong !!” Okta mencengkram kuat kedua lengan Riri yang sudah berkaca-kaca.
“maafkan kami, pak Okta. Tapi kami hanya bisa menyelamatkan salah satu dari mereka. Kami sudah berusaha menyelamatkan keduanya, tetapi dokter Clarissa kehilangan banyak darah dan kami tidak bisa menolongnya” penjelasan Riri membuat tubuh Okta bergetar dan melemas hingga Okta mundur selangkah dan limbung kalau tidak di tahan Angga dan Dhika. Pandangan Okta kosong dengan air mata yang sudah memenuhi pelupuk matanya.Pandangan Okta mengarah ke pintu ruangan persalinan. Hatinya hancur…
Tanpa berkata apapun, ia langsung menerobos masuk kedalam ruangan dan terlihat Chacha yang terbujur kaku diatas brangkar dengan wajah pucat. Dua orang suster tengah melepas beberapa alat medis dan menutup wajah Chacha dengan kain putih. “berhenti !! dia belum meninggal !!”
Okta berjalan tertatih mendekati brangkar. Semua sahabatnya ikut masuk dan sangat syok melihat jenazah Chacha. Para perempuan sudah menangis histeris karena sahabat mereka lebih dulu pergi. Okta membuka kain yang menutup wajah Chacha dan terlihat jelas wajah Chacha yang sangat pucat. Dengan segera Okta mengangkat kepala Chacha ke dalam pelukannya. “nelaaaa,,, hikz…hikz…hikzz….!!” isak Okta.
“nela bangun, aku mohon, love. Buka mata kamu sayang,, bukaaa…hikzz….hikkzz……”
Okta menciumi seluruh wajah Chacha yang tak bereaksi.“nela kenapa kamu mengambil keputusan ini sendiri? kenapa kamu ninggalin aku, nela…bangunn….hikzz….hikzz…” Okta semakin menangis histeris membuat yang lain ikut bersedih.“kamu gak boleh mati,, bukankah nenek lampir itu umurnya panjang dan gak pernah mati?Jadi bangunlah nela sayang.. love, ku mohon demi aku buka lah matamu sayang… ku mohon,,,hikzzzz…ku mohon jangan lakukan ini,, ku mohonnn nelaaaa….hikzzzzz” isakanOkta semakin histeris dan menyayat hati menatap wajah Chacha yang masih dalam rengkuhannya.
“kenapa kamu lakukan ini,,hikzzz… lalu bagaimana denganku? Bagaimana anak kita?hikzzz…hikzz… buka mata kamu, kembalilah nela,, kembalilah Clarissa…hikz” Okta merebahkan kembali kepala Chacha di atas bantal dan beranjak menatap para sahabat-sahabatnya.
“lakukan sesuatu, Dhikaa…. Lita… Angga !!!!!” pekik Okta kesal. “kalian bertiga bukankah seorang dokter, hah???? Lakukan sesuatu, kenapa diam saja, hah? Balikin nela gue,,, balikin nenek lampir kesayangan gue !! ” bentak Okta tetapi semuanya hanya bisa terdiam. Mereka tak bisa melakukan apapun karena Chacha sudah meninggal dunia. Thalita hanya bisa menangis sejadi-jadinya di samping Dhika.Okta terduduk di lantai dengan bertumpu pada kedua lututnya.Kakinya seakan tak mampu lagi berpijak. Pandangannya terarah ke bayi dalam gendongan Serli, Okta semakin menangis tersedu-sedu.
“hikz…hikzz…hikzzz… lakukan sesuatu,, gue mohon !! gue memohon pada kalian bertiga sekali ini saja, tolong balikin nela gue..hikzz…hikzz…” ujar Okta dengan suara yang sudah melemah, isakan menyakitkan keluar dari mulutnya. “gue gak bisa hidup tanpa dia, gue gak bisa kehilangan dia..hikzz…hikzzz...” isak Okta
Crocodile,, jaga dan sayangi anak kita…
Ucapan Chacha sebelum memasuki ruangan Persalinan terngiang begitu saja di telinga Okta. Membuat Okta paham maksud dari ucapan Chacha itu yang menandakan dia tak akan bersama dengannya lagi.
“NELAAAAA...hikzzz…hikzzz….NELAAAAAA!!!” teriak Okta sangat terpukul membuat Dewi beranjak memeluk tubuh Okta sambil menangis terisak. “tolong bangunkan Chacha, Wie. Gue mohon,, pasti dia mau dengerin loe. Dia hanya marah sama gue karena kemarin gue gak nurutin maunya yang ingin ke Bandung bertemu papanya. Bangunin dia,, gue mohon..hikzzz…hikzzz…” ujar Okta di pelukan Dewi
“tenang, gator. Tenangkan diri loe,, Chacha sudah tenang di alam sana” SeketikaOkta mendorong tubuhDewi membuat Dewi terjengkang kebelakang.
“apa maksud loe??? nela gue masih ada disini, di alam yang sama dengan gue !!” pekik Okta
