Bab 11
Claudya berjalan keluar rumah sakit, untuk membeli makan siang. Tetapi saat hendak memasuki mobil handphonenya berbunyi. Claudya mengernyit menatap nomor yang tak di kenalnya. Iapun mengangkat telponnya. “Farel” gumam Claudya
Claudya menatap sekeliling mencari mobil yang di maksud Farel, hingga pandangannya menemukan sebuah mobil yang terparkir di depan area rumah sakit dengan kaca pintu pengemudinya sudah dibuka dan terlihat Farel disana tengah melambaikan tangan kearah Claudya membuat Claudya ketakutan mengingat tadi pagi apa yang sudah Farel lakukan. "cepatlah kesini, jangan hanya menatapku. Aku tidak suka menunggu" Claudya tersadar saat mendengar ucapan Farel dari telpon yang masih menempel di telinganya.
"Jangan harap aku akan naik ke mobilmu" Claudya langsung mematikan telponnya.
Bip bip
081321xxxxxx
Jangan membuatku kesal, Nanda. Kamu tau kan apa yang bisa aku lakukan kalau kamu tidak menurutinya.
Claudya menegang seketika membaca pesan dari Farel membuatnya bingung. Claudya celingak celinguk melihat ke kanan dan kirinya mencoba mencari pertolongan, hingga mobil Dhika terlihat melaju keluar dari area parkir para dokter petinggi dan dengan segera Claudya menghentikan mobil Dhika.Dhika kaget melihat Claudya tiba-tiba saja mencegatnya, Ia langsung mengerem mobilnya hingga berhenti tepat di depan kedua kaki Claudya. Dhika hendak membuka kaca pintunya untuk bertanya ada apa tetapi Claudya sudah melengos menaiki mobil milik Dhika di kursi penumpang dengan nafas yang tersenggal dan tegang."ada apa, Claud?" Tanya Dhika bingung
"jalanlah, kumohon" ujar Claudya ketakutan membuat Dhika kembali melajukan mobilnya keluar area rumah sakit dan pemandangan itu tak luput dari mata tajam milikFarel yang terlihat geram. Bahkan gertakan giginya terdengar dan tercetak jelas di rahangnya yang kokoh. Mata elangnya terus menatap mobil Dhika yang melaju pergi meninggalkan area rumah sakit.
"kamu mau kemana, Claud?" Tanya Dhika
"a-aku boleh ikut makan siang bersamamu?"
"aku akan pulang kerumah, aku ingin bertemu Leon dan Leonna.Thalita juga pasti sudah memasak makan siang untukku. Kalau kamu mau, ikutlah makan dirumah" ujar Dhika
"apa tidak apa-apa?" Tanya Claudya ragu-ragu
"santai saja, Thalita juga tidak akan marah kalau aku membawa rekan kerjanya kerumah" ujar Dhika tersenyum.
'bahkan menganggapku sebagai temanmu saja tidak, Dhika. Sekarang kamu menganggapku sebagai rekan kerja istrimu, kapan aku bisa berarti untuk kamu?' batin Claudya.
'dan maafkan aku, Dhika. Aku memanfaatkanmu untuk melindungiku dari psikopat itu, aku tidak tau harus meminta perlindungan kepada siapa lagi selain kamu' Claudya terus menatap Dhika yang terlihat fokus menyetir.
Hingga tak terasa mobil Dhika sudah memasukipekarangan rumahnya. Dhika mengajak Claudya untuk turun dan menuju rumahnya. "assalamu'alaikum" ujar Dhika dan Thalita langsung menyambutnya dengan tersenyum senang.
"wa'alaikum-"Thalita berhenti berjalan saat melihat Claudya berada dibelakang Dhika, senyum Thalita juga langsung memudar. "salam" gumam Lita meneruskan ucapannya.Dhika yang menyadari perubahan ekspresi Lita langsung merengkuh pinggang Lita dan mencium kening Lita di hadapan Claudya yang mematung di ambang pintu.
"Tadi aku bertemu Claudya di depan rumah sakit, dia datang untuk bertemu denganmu dan melihat twins" Dhika kembali mencium kening Lita dengan sayang karena Dhika menyangka Thalita cemburu. ‘apa benar, dulu di antara mereka pernah ada hubungan? Ataukah sampai sekarang juga?’ batin Thalita.
"kenapa melamun sayang?" Tanya Dhika membuat Thalita mengerjapkan matanya dan tersenyum ke arah Dhika.Claudya merasa sangat iri melihat kelembutan Dhika pada istrinya. Kapan Claudya akan merasakan hal seperti itu. Ia juga menginginkan kelembutan seperti ini, keinginan Claudya untuk memiliki Dhika semakin besar.
"Claudya, masuklah" Lita menyadarkan lamunan Claudya membuat Claudya melihat kearah Lita.Ternyata Dhika sudah berlalu pergi."kebetulan aku memasak banyak, ayo makan siang bersama"
"iya dokter Lita, apa aku mengganggu?" Tanya Claudya
"tidak, ayo masuklah" Thalita menarik Claudya ke dalam rumahnya menuju meja makan. Claudya duduk disana bersama Thalita dan tak lama Dhika datang dengan menggendong kedua anaknya.
"halo Leonna, Leonard" ujar Claudya tersenyum kearah Leon dan Leonna. Claudya bahkan berdiri dan menghampiri Dhika.Pemandangan itu tak luput dari pandangan Thalita yang masih penasaran dengan hubungan mereka berdua sebenarnya. Claudya mengambil Leonna dari gendongan Dhika dengan sesekali mencuri pandang ke Dhika. Claudya membayangkan kalau dirinya yang menjadi istri Dhika dan ini anak-anaknya, alangkah bahagianya dia. Thalita bisa melihat tatapan kagum penuh cinta Claudya ke Dhika.
'ternyata Claudya menyukai Dhika' batin Lita."ayo makan" ujar Lita seketika menyadarkan Claudya yang terus menatap Dhika. Dhika berjalan kearah meja makan sambil menggendong Leon dan duduk disana. Claudya mengikutinya dan duduk disamping Thalita. Thalita mengambilkan nasi dan lauknya untuk Dhika.
"terima kasih sayang" Dhika tersenyum hangat ke Thalita, Claudya terus memperhatikan interaksi mereka berdua.
sadarlah Claudya, Dhika bukan milikmu !!'
"ayo dimakan Claudya, masakan Thalita sangat enak lho. Dia bukan hanya berbakat di ruang operasi tetapi juga di dapur." puji Dhika membuat Thalita merona mendengar pujian Dhika.
"iya" jawab Claudya mulai mencicipi makanannya. Dhika bahkan terlihat bercanda dengan Thalita di depan Claudya. Claudya meruntuki dirinya sendiri yang memilih ikut kerumah Dhika, mungkin makan siang bersama psikopat lebih baik daripada makan siang disini dengan hati yang terbakar. Claudya memalingkan pandangannya kearah lain, mencoba menyuapkan makanan ke mulutnya walau terasa pahit dan perih seperti memakan duri.
