Chapter 6
Shaila mengernyitkan keningnya ketika mendengar sedikit keributan di luar kamar ini. Bahkan bayangan orang yang berdiri di depan pintu juga terlihat.
Dengan perlahan Shaila beranjak dari ranjang dan berjalan mendekati pintu kamarnya. Sudah dua hari Alden tidak kembali dan tak menemuinya.
Oh bukan maksudnya mengatakan jika ia merindukan Alden. Hanya saja Shaila berpikir jika yang membuat keributan di luar sana adalah Alden.
Tetapi pikirannya itu langsung sirna ketika pintu tiba-tiba terbuka dan memunculkan seorang pria tampan dengan kulit putihnya.
Pria itu tak kalah terkejut dengan Shaila yang memandangnya. Belum sempat Shaila mengatakan sesuatu. Suara teriakan pria itu membuat Shaila menutup telinga
"Brengsek! Kenapa ada perempuan di sini ?" Maki pria itu cepat dengan menoleh kearah pelayan yang baru saja mengambil piring kotornya.
Pelayan tersebut kelihatan kebingungan dan rasa takut terlihat jelas terbayang di wajahnya. Shaila mengola semua adegan di depannya dengan cepat.
Belum sempat pria itu menoleh kearahnya. Shaila langsung bergerak menyerang maju. Mengangkat kepalan tangannya dan mengarahkan dengan gerakan acak kearah wajah pria tersebut.
Serangan tiba-tiba sukses membuat Lucas terkejut. Belum lagi rasa sakit langsung terasa di hidungnya. Bahkan Lucas dapat menyakini jika hidungnya patah.
Tubuh Lucas limbung dengan keras menghantam tembok di belakangnya. Melihat keganasan Shaila. Pelayan tersebut langsung lari terbirit-birit dan berteriak heboh.
Memanfaatkan keadaan Shaila langsung melesak keluar ke tempat yang diyakini sepertinya ruang tengah di rumah ini.
Tanpa perlu memperhatikan sekitar Shaila langsung bergerak maju. Suara tegas menggelegar di kamarnya. Sepertinya suara pria yang baru di sodoknya tadi.
Itu bukan hal penting. Saat ini yang terpenting adalah mencoba peruntungannya. Rumah ini terlihat sepi seperti tidak ada penjaga sama sekali.
Rasa senang langsung membuncah ketika Shaila menatap pintu besar yang merupakan pintu utama di rumah ini.
Mengumpulkan sekuat tenaganya Shaila berlari menuju pintu tersebut. Hingga tiba-tiba pintu tersebut terbuka dan memunculkan tiga sosok pria yang masuk ke dalam rumah.
Salah satunya pria yang sudah dua hari ini tidak di temuinya. Shaila yang kehilangan keseimbangan karena tidak bisa menghentikan lajunya langsung menghantam tubuh Alden
Mereka berdua langsung terjatuh ke lantai dengan suara yang keras. Lebih tepatnya tubuh Alden yang menghantam keras karena Shaila berada di atas pria itu dan tangan Alden memeluknya erat.
Shaila langsung memberontak cepat ingin membebaskan diri. Tetapi tangan Alden memeluknya erat. Shaila melirik wajah Alden yang memerah dan terlihat menakutkan.
Shaila dengan gencar menendang kakinya dengan cepat berharap jika dirinya akan terbebas dari belenggu Alden. Namun dugaannya salah. Tangan Alden semakin kuat memegangnya.
"Gadis kecil sialan!" Maki Alden yang membuat Shaila langsung menjerit.
"Lepaskan aku brengsek! Kau yang sialan! Pria tua sialan!" Teriak Shaila yang memang disengaja tepat di telinga Alden.
Sesuai dugaannya Alden langsung mendorongnya jauh. Angin segar langsung melingkupi harapan Shaila untuk kabur.
Tetapi semuanya langsung pupus ketika tangan kekar penjaga Alden langsung menariknya. Bahkan pria itu menahannya dengan sekuat tenaga. Mengorbankan jiwa dan raganya memastikan jika Shaila tidak akan lahir.
Alden mendengus melihat hal itu dan berdiri dari posisinya. Beberapa anak buah terlihat mengumpul di sekitar mereka. Mungkin karena keributan yang dibuat oleh Shaila.
"Kau akan mendapat hukuman, Shaila" ucap Alden yang langsung merubah mimik wajah Shaila.
Suara derap langkah membuat Alden menoleh dan menemukan Lucas mendekatinya dengan hidung yang terlihat memerah.
Belum lagi pria itu memegangi tisu yang terlihat bercak darahnya. Kernyitan di kening Alden semakin dalam melihatnya.
"Kenapa denganmu, Lucas ?" Tanya Alden langsung yang membuat Lucas mengangkat tangannya.
"Perempuan ini. Perempuan ini pelakunya. Dia yang membuatku seperti ini, Al. Sakit sekali"
Kini giliran Shaila yang mengernyitkan keningnya ketika pria di depannya ini mengeluarkan suara seperti di perlembut.
Alden terlihat menghela napas dan melototi Shaila. Tetapi Shaila sama sekali tidak menunjukkan wajah takutnya.
Saat ini yang melingkupi hati Shaila adalah rasa kesal. Kesempatannya untuk kabur. Jika sudah begini Shaila cukup yakin jika Alden akan memperketat penjagaan untuk dirinya.
"Dia siapa ?! Kau sama sekali tidak pernah mengatakan padaku tentang perempuan ini. Kau berniat selingkuh ?" Ucapan pria bernama Lucas itu sukses membuat Shaila terkejut.
Rasa mual benar-benar terasa di perutnya. Ingatan Shaila berputar pada malam dimana Shaila dan Alden tidur pertama kali. Shaila sempat mengangkat panggilan yang ditujukan pada Alden
Bahkan wajah Lucas mirip dengan sosok pria yang foto berangkulan dengan Alden. Rasa mual terasa bergejolak di perut Shaila.
Belum lagi wajah Alden yang menatapnya dan Lucas secara berganti. Sebelum pria itu menghela napas berat.
"Dia yang akan melahirkan anak untukku" ucap Alden yang langsung membuat Lucas menolehkan kepalanya cepat.
Untung saja leher pria itu tidak terasa sakit karena gerakan yang secepat itu. Wajah terkejut terlihat jelas di wajah Lucas kala menatap Shaila.
"Sialan! Jadi kau ingin menghamiliku untuk kau rawat dengan pasangan gay mu" teriak Shaila murka yang membuat Alden langsung menoleh padanya.
Senyuman di wajah Lucas langsung terpampang ketika menatap wajah Shaila yang terlihat marah.
Bahkan jika saja kedua tangannya tidak di pegang erat-erat. Lucas cukup yakin jika Shaila akan menerjang maju dan menikam Alden.
"Oh jadi begitu. Ehm... Tidak masalah, sayang. Wajahnya tidak terlalu buruk jadi kurasa anakku tidak akan sejelek itu" respon yang diberikan Lucas sukses membuat Shaila mengeluarkan suara mualnya.
Alden terlihat terkejut dan bergerak maju. Tetapi Shaila mengangkat tangannya sekuat tenaga karena lengannya di pegangi oleh pengawal.
"Jangan mendekat. Aku sangat mual" ucap Shaila dan Alden mengernyitkan keningnya.
"Aku bebas menyentuhmu" ucap Alden langsung dan Shaila mengangkat tangannya semakin tinggi sebelum menutup mulutnya lagi.
Tangan Shaila menepuk lengan pengawal yang masih berdiri setia di belakangnya.
"Antarkan aku kembali ke kamar. Aku mual sekali" ucap Shaila dan pria itu terlihat menatap Alden terlebih dahulu sebelum menganggukkan kepalanya.
Biarkan saja semua orang menatap Shaila dengan pandangan gelinya. Shaila yang memutuskan untuk kabur dan Shaila sendiri yang memutuskan untuk kembali lagi.
Bahkan menyuruh pengawal tersebut mengantarkannya. Shaila berjalan dengan patuh dengan pengawal tersebut menggiringnya. Tidak ada paksaan sama sekali dan Shaila dengan gontai patuh masuk ke kamarnya.
Meninggalkan Alden dan Lucas yang menatap pintu kamar Shaila yang langsung tertutup.
*-*-*
Shaila menghela napas berat dan memegang perutnya. Rasa kram terus menyerangnya. Ketika ia kembali ke dalam kamar.
Perutnya sudah terasa tidak enak. Seperti kembung di tambah dengan rasa mual. Oh mungkin rasa mual itu disebabkan oleh pasangan gay tersebut.
Kedua pipi Shaila terasa mengencang ketika mengingat hal tersebut. Shaila membalikkan tubuhnya agar terlentang dan menatap langit - langit kamar.
Alden gay. Menjijikan sekali dan pria itu sudah menyentuhnya dan atas hingga bawah. Rasa geli dan ngeri langsung menyebar di tubuhnya.
Alden gay ?
Alden gay ?
Alden gay ?
Brengsek. Bagaimana itu bisa terjadi. Oh jelas saja sudah terjadi. Bahkan Lucas secara gamblang memanggil pria itu sayang dan Alden sama sekali tidak membantahnya. Menandakan jika mereka benar-benar sepasang kekasih.
Belum lagi wajah Alden yang terlihat berbeda ketika Lucas menanyakan siapa Shaila sebenarnya. Seolah panik ?
Shaila menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya mengusir bayangan tentang hal tak senonoh yang mungkin dilakukan Lucas dan Alden.
Tidak mungkin! Shaila mengingat dengan jelas bagaimana reaksi Alden ketika mereka bersama. Ketika tangan pria itu menyentuhnya di berbagai tempat.
Merabanya dan menggoda setiap sisi. Sialan! Bagaimana bisa pria itu Gay!
Shaila mengerang kesal dan memejamkan matanya dengan pertanyaan yang melingkupi otaknya.
Suara kunci terbuka di susul dengan knop pintu yang terbuka membuat Shaila langsung menolehkan kepalanya.
Menemukan Alden masuk dengan baju yang masih sama seperti tadi. Pria itu terlihat sangat terkejut saat melihat Shaila masih terbangun.
Tetapi sudah kepalang tanggung. Alden memutuskan untuk masuk dan tak lupa mengunci pintu kembali.
"Kenapa kau belum tidur ?" Tanya Alden dengan bergerak perlahan mendekati ranjang.
Hal tersebut dimanfaatkan Shaila untuk memperhatikan dan menilai penampilan Alden. Sialan! Perempuan Lesbian saja mungkin akan beralih haluan jika menatap Alden
Begitu pria gay! Sialan! Jelas saja Lucas berminat pada Alden. Dilihat dari segi manapun sangat mengejutkan jika Alden memiliki kelainan.
Oh My God!
"Bukan urusanmu" ucap Shaila dengan memiringkan tubuhnya.
Menarik selimut untuk menutupi tubuhnya hingga ke leher. Shaila mengabaikan Alden yang berjalan menuju ranjang bagian sampingnya.
Disusul dengan gerakan kasur di samping Shaila kala Alden ikut bergabung di atas ranjang.
Shaila berusaha diam saja dan menunjukkan jika ia sama sekali tak terpengaruh dengan kehadiran Alden.
Tetapi semuanya langsung terbantahkan ketika Shaila merasakan lingkaran tangan Alden yang menelusup di pinggangnya.
Shaila ingin beranjak menjauh. Tetapi dengan cekatan Alden langsung menahannya. Bahkan kaki Alden ikut menahannya agar tidak bisa bergerak.
Hembusan napas terasa di telinganya sebelum kecupan terasa di pipinya. Shaila langsung menggelengkan kepalanya cepat karena hanya itu yang bisa dilakukannya untuk menghindari ciuman Alden
Benar saja pria itu langsung menghentikan kegiatannya dan sepertinya menatap Shaila dengan tatapan kesalnya.
"Aku tidak bisa tidur denganmu" ucap Shaila langsung dan dengusan terdengar dari Alden.
"Tentu saja aku bisa. Kau milikku sepenuhnya. Aku sudah membelimu" ucap Alden yang membuat Shaila memejamkan matanya.
"Bisakah kau tidak mengatakannya lagi ? Itu sangat menyebalkan di telingaku" bisik Shaila seperti syarat akan rasa sakitnya.
Bayangan jika Grace sudah menipunya benar-benar melukai hatinya sampai ke tulang-tulang. Sedangkan Alden selalu mengatakan hal tersebut secara gamblang berulang kali.
"Aku hanya ingin kau mengerti posisimu" Ucap Alden dengan melanjutkan kegiatannya lagi dengan memberikan kecupan di pipi Shaila.
Namun lagi-lagi Shaila menggelengkan kepalanya dan decakan kesal langsung terdengar.
"Kau ini kenapa ? Apa yang kau mau ?" Hardik Alden yang langsung membuat Alden membalikkan badannya dan melototi pria itu lebih garang .
"Brengsek! Yang kumau kau jangan menyentuhku. Aku sedang datang bulan dan perutku sakit. Bisakah kau tidak mencari ribut ?" Maki Shaila dengan kencang.
Alden terlihat mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum umpatan kali ini keluar dari bibirnya.
Pria itu tiba-tiba beranjak dan memilih keluar dari kamar. Shaila terkejut dengan hal tersebut dan rasa panas langsung menyerang di sudut matanya.
Sialan! Shaila paling benci jika tamu bulanannya hadir. Perasaannya akan kalang kabut dan sikapnya akan berganti seratus persen.
Shaila akan mudah menangis dan merasa sedih dengan berbagai macam alasan.
Saat ini yang menjadi alasannya ingin menangis adalah Alden meninggalkan. Shaila mungkin pria itu akan menemaninya.
Tetapi itu hanya di bayangannya. Pria itu mengunjunginya untuk mencari kepuasan sekaligus berpikir untuk menghamilinya.
Saat ini Shaila tengah datang bulan tentu saja tidak ada alasan yang membuat Alden harus bermalam di sini.
Mungkin saja pria itu akan menghabiskan waktunya untuk Lucas.
Shaila mengusap air matanya kasar dan memaki dirinya sendiri karena menangis hanya karena alasan Alden meninggalkannya.
Beberapa saat kemudian suara pintu terbuka membuat Shaila buru-buru mengusap matanya dan menarik selimut lebih tinggi.
Berpura-pura untuk tidur mengabaikan siapa yang masuk ke dalam kamarnya.
Kasur yang melesak tidak membuat Shaila gentar untuk membalikkannya badan. Shaila masuk mempertahankan posisinya.
Hingga sebuah tangan melingkari pinggangnya kembali. Tetapi kali ini dengan rasa hangat yang melingkupi perutnya.
Kedua mata Shaila langsung terbuka lebar ketika merasakan benda apa yang sedang di tempelkan Alden di perutnya.
"Ehm... Kata pelayan ini bisa mengurangi rasa sakitnya"
*-*-*
