Pustaka
Bahasa Indonesia

Pregnant With Mr Gay

74.0K · Tamat
Ififah75
50
Bab
8.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Shaila Delova perempuan berusia 25 tahun yang merupakan lulusan terbaik di kampusnya. Tetapi hal itu tidak menjamin kehidupannya akan jauh lebih baik. Kebutuhan ekonomi membuatnya harus mau tidak mau menjual dirinya selama semalam. Dengan tawaran uang yang tidak main-main. Siapa yang tidak tergoda kala kantong kering meronta-ronta. Shaila menerima ajakan temannya untuk melacurkan dirinya selama semalam dan menerima uang untuk menyambung hidupnya di London. Tawaran uang yang menggiurkan membuat Shaila iya iya saja. Tanpa memikirkan kelanjutannya. Terlalu polos adalah kata yang tepat untuknya. Mudah terjebak dan tak memikirkan mungkin akan terjerembab. Ikuti kisahnya sekarang juga ya *-*-* "Aku... Ingin pulang" ucap Shaila terbata dan sebuah senyuman muncul di sudut bibir Mr. Floyd. "Kau tidak tau aturan mainnya, Shaila" ucapnya lagi yang membuat kernyitan terlihat di kening Shaila. Mr. Floyd melangkahkan kakinya mendekati Shaila dan berhenti satu langkah di depannya. Dengan sedikit menundukkan tubuhnya wajah Mr. Floyd dan Shaila hanya berjarak beberapa senti. Shaila sama sekali tidak memiliki ruang gerak. Walaupun untuk melangkahkan kakinya ke belakang satu langkah. Tubuhnya benar-benar terkurung di antara tubuh Mr. Floyd dan dua pengawal di belakangnya. "Kau kubayar mahal bukan untuk satu malam. Melainkan kau kubeli untuk waktu yang tak ditentukan" bisik Mr. Floyd yang membuat Shaila seakan dihantam oleh air dingin. *-*-* Image cover by pinterest - Kemungkinan banyak sama ya -

RomansaTeenfictionBillionairebadboyOne-night StandMengandung Diluar NikahPernikahan

Chapter 1

"Belum bayar sewa dua bulan" ucap Shaila dengan menggigiti kukunya yang tidak terlalu panjang tersebut.

Keresahan terlihat jelas di wajahnya yang pucat tanpa make up. Tetapi semua temannya mengatakan jika Shaila akan tetap cantik walaupun tanpa menggunakan Make up sekalipun

Berterima kasihlah pada kedua orang tuanya nya yang memiliki wajah yang juga sempurna. Hal tersebut menurun pada Shaila dan membuatnya sempat menjadi primadona kampusnya.

"Shail! Astaga! Kenapa kau baru mengatakannya. Jika sekarang aku tidak memiliki uang sama sekali" ucap Grace yang merupakan sahabat karibnya sejak Senior High School juga terlihat resah.

Mereka saat ini sedang berada di apartemen Shaila yang sudah terlihat reot termakan usia. Setidaknya ruangan mungil ini terlihat terawat semenjak Shaila yang menempatinya.

Awal pertama Shaila tinggal di sini. Tempat ini tidak bisa dikatakan tempat yang layak huni. Begitu kotor dan penuh sampah.

Kejadian tersebut masih teringat jelas di ingatannya. Tetapi memang hanya tempat inilah yang sanggup di sewa Shaila semenjak lulus kuliah.

Tempat ini juga yang menjadi saksi banyak tempat pekerjaan yang sudah dilamar oleh Shaila. Tetapi tidak satupun yang memanggilnya untuk interview hingga sekarang.

Menyedihkan bukan ? Shaila merupakan lulusan terbaik di kampusnya tetapi tidak memiliki jenjang karir hingga sekarang.

Memang semuanya tidak menjamin hidupnya akan lebih baik. Tetapi Shaila juga tak terpikirkan jika hidupnya akan separah ini.

"Lalu harus bagaimana? Maaf, Grace. Tapi kau tentu saja tidak bisa memberikanku pinjaman. Aku perlu kerja. Astaga! Aku hampir gila" ucap Shaila mengusap wajahnya kasar.

Sedangkan Grace berdiri di depannya dengan wajah bingungnya juga. Tatapannya terus terarah kepada Shaila.

Menimang sesuatu yang memang sudah dipikirkannya sejak lama

"Sebenarnya aku punya ide. Tapi aku tidak yakin kau menerimanya" ucap Grace yang membuat Shaila langsung mendongakkan kepalanya.

"Kau pikir dengan keadaanku seperti ini aku akan pilih-pilih?"

"Apa idemu ? Kuharap tidak seburuk itu" ucap Shaila yang membuat Grace menghela napas dan mengibaskan tangannya ke udara.

Sebelum berjalan mendekati Shaila dan ikut duduk di atas sofa kumuh yang mereka beli second di salah satu aplikasi online.

Shaila menatap penasaran ketika Grace duduk di sampingnya dan memegang tangannya.

"Katakan! Jangan membuatku semakin berdebar, Grace"

"Begini. Aku pernah melakukannya, sekali, dulu. Temanku menyediakan lowongan untuk gadis-gadis muda yang membutuhkan uang dan ya aku pernah mencobanya"

Kernyitan di kening Shaila muncul ketika Grace mengatakannya dengan nada yang terdengar berputar-putar.

"Kau berbelit-belit, Gracia! Katakan dengan jelas" paksa Shaila yang membuat Grace mengumpat.

"Kau bisa menjual dirimu selama satu malam. Gaji yang ditawarkan benar-benar besar. Aku pernah mencobanya. Itu bisa membantumu untuk saat ini" jelas Grace yang sukses membuat Shaila merasa shock setengah mati.

"Urusan kau akan men-sensusku nanti saja. Sekarang kita cari jalan keluar untukmu" ucap Grace langsung saat Shaila sudah membuka mulutnya ingin mengajukan berbagai pertanyaan.

"Hanya satu malam! Lagian tidak ada gunanya kau simpan keperawananmu. Calon suamimu pasti tidak perjaka" ucap Grace yang membuat Shaila menahan tawanya.

Katakan jika ia kolot karena masih perawan hingga kini di tengah hiruk pikuk kota London. Tetapi Shaila tidak ada waktu untuk memikirkan hal seperti itu.

"Kau benar-benar sialan!" Ucap Shaila yang membuat Grace mengibas-ibaskan tangannya.

"Kau tidak menolak jadi kuanggap kau setuju. Aku akan menghubungi temanku untuk menyediakan slot untukmu malam ini"

Grace beranjak pergi dari sofa meninggalkan Shaila yang terlihat melongo dengan keputusan yang diambil Grace.

Hatinya menyuruh untuk menghentikan semua ini. Tetapi otaknya menahan dan mengatakan jika memang tidak ada cara lain.

Lagipula apa lain yang bisa diusahakan ? Shaila cantik, lekuk tubuh indah. Apakah memang ini waktunya untuk memanfaatkan berkah dari Tuhan untuknya ?

Shaila menghela napas berat dan menarik napas kembali.

Hanya semalam, Shaila.

*-*-*

"Grace, kependekan" bisik Shaila kala Grace membawanya menyusuri kerumunan manusia yang terlihat asik dengan dunia mereka.

Grace berdecak pelan dan memegang tangan Shaila semakin erat. Temannya mengatakan jika akan menunggunya di samping meja Bar. Sebelum Shaila akan di bawa menuju tempat pemilihan.

Seperti yang pernah dilakukannya dulu. Beberapa perempuan akan diajarkan dan dipilih satu persatu.

Layaknya lelang dan semakin perempuan itu menarik. Semakin besar harga yang bisa ditawarkan.

"Tentu saja! Kau pikir aku akan memberimu long dress berdada tinggi. Kau harus menyombongkan asetmu saat ini" teriak Grace supaya suaranya bisa membelah kerasnya musik.

Shaila melirik dadanya yang benar-benar diumbar oleh mini dress yang dikenakannya. Gaun ini jauh dari kata sopan!

Tetapi Shaila tidak bisa menampik jika Shaila merasa bangga dengan tubuhnya. Shaila sendiri sempat memuji wajahnya yang terpoles yang terlihat cantik sekaligus ehm... Menantang? Entahlah

Grace benar-benar membuatnya terlihat binal dengan menggunakan pakaian seperti ini. Entah darimana sahabatnya itu menemukan mini dress seperti ini.

Grace menariknya menuju meja bar. Di sana terlihat seorang perempuan dengan pakaian tak kalah seksinya terlihat berdiri. Di belakangnya ada dua orang pria berbadan besar yang terlihat menjaganya.

Dari atas sampai bawah perempuan itu terlihat sangat berkelas dan mahal. Tidak seperti perempuan pinggir jalan yang pernah di lihat Shaila.

"Charlotte, ini temanku yang kukatakan padamu tadi sore" ucap Grace ketika mereka sampai di depan perempuan tersebut

Perempuan bernama Charlotte itu menatap Shaila dari atas hingga bawah dengan tatapan datarnya. Sebelum senyuman puas terlihat di wajahnya.

"Sempurna! Kujamin dia berharga mahal" ucap Charlotte yang membuat Grace tersenyum menahan Shaila.

Grace memegang tangannya begitu erat. Seakan-akan sahabatnya itu akan tau jika Shaila akan memilih berlari saat ini juga. Jika saja Grace melepas tangannya.

"Baiklah, aku akan membawanya. Siapa namamu ?" Tanya Charlotte yang membuat Shaila meneguk ludahnya.

"Shaila" jawab Shaila pelan dan Charlotte menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, kau ikut denganku. Kau harus rileks okay, aku tidak menjual papan setrika. Jadi kau harus tampil menarik"

"Kau membawa kondom dariku ?" Bisik Grace yang membuat Shaila menganggukkan kepalanya.

Grace sudah mempersiapkan segalanya. Sahabatnya itu menyuruhnya untuk membawa kondom. Berjaga-jaga pria yang akan ditemani malam ini tidak membawanya.

Grace juga menegaskan jika Ia harus tegas tentang kondom. Tentu saja agar mereka sama-sama terjaga. Terlebih lagi untuk menjaga Shaila.

Tentu saja Shaila juga tidak ada niatan untuk hamil anak hasil perbuatan malam ini.

Membayangkannya saja tubuh Shaila merasa meriang.

Shaila menghela napas berat. Sudah nanggung jika harus menyesal saat ini. Semalam Shaila. Hanya semalam.

*-*-*

Shaila berdiri kaku bersanding dengan jajaran perempuan lainnya yang terlihat berdiri dengan menatap lapar pada para pria yang terlihat memandangi semua perempuan tak kalah lapar.

Di ruangan ini sekitar ada 8 pria yang duduk anggun di sofa empuk. Ruangan ini cukup besar dengan lampu remang-remang yang mendukung suasana semakin terlihat panas dan menggoda.

Jangan ditanya bagaimana tatapan para laki-laki tersebut memandang perempuan-perempuan ini. Bahkan Shaila sendiri merasakan tubuhnya meremang ketika para pria menatap tubuhnya silih berganti.

Shaila menahan kakinya agar tidak lari saat ini juga. Namun sepertinya memang tidak ada kesempatan sama sekali untuk lari.

Dua orang pria yang berdiri di belakang Charlotte tadi. Terlihat berjaga di belakang pintu. Menegaskan jika tidak ada kata mundur jika sudah memasuki ruangan ini.

Dari semua perempuan. Terlihat jelas jika hanya Shaila yang terlihat canggung. Perempuan ini terlihat berdiri dan berpose layaknya siap di santap.

Oh Tuhan! Tentu saja Shaila tidak bisa bertingkah seperti itu. Terkutuklah jika ada orang-orang ini menyuruhnya seperti itu.

Shaila sudah memikirkan semuanya. Ini hanya semalam dan setelah itu lupakan segalanya. Tidak perlu memikirkan apapun. Hanya untuk malam ini.

Seorang pria mengangkat tangannya yang membuat Charlotte tersenyum dan memberikan arahan untuk berbicara.

"Mr. Stevan. Adakah yang ingin kau tanyakan ? Atau kau mau langsung membungkus salah satu ?"

"Apa kelebihan mereka ? Kudengar malam ini spesial. Kurasa mereka terlihat biasa saja" ucap pria bernama Mr. Stevan dengan tak tau malu.

Rasa dongkol terasa di dalam dada Shaila ketika mendengarnya. Jelas sekali pria itu mengatakan itu semua dengan nada penghinaan.

Tetapi tidak ada satupun yang terlihat tersinggung. Bahkan Charlotte terlihat tersenyum lembut mendengarnya.

Sialan sekali! Shaila tidak mau di beli pria itu!

"Tentu saja mereka memiliki kelebihan. Baiklah mereka bisa menerangkan apa kelebihannya"

Charlotte memberikan arahan untuk perempuan paling ujung untuk berbicara. Di sini Shaila berusaha menahan mualnya karena mendengar semua ucapan mereka satu persatu.

Mereka benar-benar pelacur. Bagaimana bisa mereka menerangkan hal-hal mesum dengan gamblang. Benar-benar menawarkan diri mereka.

Saat Shaila sibuk dengan rasa mualnya. Ia merasakan ada sorot mata yang tengah mengawasinya sejak tadi. Shaila menolehkan kepalanya dan bersitatap dengan pria yang terlihat diam sejak tadi.

Bahkan pria itu tak memberikan reaksi apapun. Berbeda dengan pria hidung belang lainnya yang terlihat tertarik dan menyeletuk hal-hal mesum mendengar jawaban semua perempuan.

Tetapi pria itu hanya diam. Menatapnya.

Charlotte memegang pundaknya yang membuat Shaila menoleh dan menemukan perempuan itu menatapnya dengan senyuman.

"Miss. Shaila coba katakan apa keistimewaan. Gaya apa yang kau bisa ? Tentu saja para pria tampan ini ingin mendengarnya" bujuk Charlotte yang sukses membuat Shaila mengantupkan bibirnya menahan mual.

Pegangan di pundaknya semakin terasa menekan ketika Shaila tidak kunjung menjawab. Sisa dirinya saja yang belum menjawab.

Shaila mengerjapkan matanya dan menatap sekitar ruangan dengan bingung. Sialan! Memang gaya apa yang di bisanya ? Gaya punggung ?

"Ehm... Aku perawan"

Shaila cukup yakin jika semua orang menatapnya dengan tatapan shock dan juga tak percaya. Bahkan beberapa perempuan yang ikut berjajar terlihat menolehkan kepalanya.

Riuh para pria mulai bersahutan. Menawar dirinya dengan harga yang mahal. Sukses membuat Shaila mengerjapkan matanya beberapa kali dengan shock.

Senyuman senang muncul di sudut bibir Charlotte sebelum kembali ke tempatnya semula.

"Aku ingin dia! 10.000 dollar" ucap pria dengan penawaran tingginya.

Shaila hampir saja terjengkang karena jumlah uang yang disebutkannya.

"Baiklah karena suasana sudah memanas mari kita mulai. Apakah ada yang menawar lebih tinggi daripada Mr. Smith ?" Ulang Charlotte yang membuat Shaila meneguk ludahnya dengan susah payah.

Semua tatapan perempuan itu menatapnya sekilas sebelum mereka kembali ke kegiatan mereka kembali.

Sedangkan jangan tanya apa yang dilakukan Shaila. Dirinya hanya diam bagaikan patung.

"15.000 dollar"

"Oh saya! 23.000 dollar"

Tawaran demi tawaran terus naik hingga menuju angka 30.000. jika saja bukan Charlotte yang memandu. Mungkin Shaila akan menganggukkan kepalanya dan menyetujui.

Agar segera selesai dan cepat semuanya berakhir.

"31.000 dollar. Bagaimana? Ada yang menawar lebih besar ?" Rayu Charlotte yang membuat Shaila menatap para pria yang terlihat saling melirik.

Berbanding terbalik dengan Mr. Stevan yang berbangga diri karena menawar paling tinggi. Sedangkan Shaila harus menelan pil pahit karena pria itu yang menawarnya lebih tinggi.

Apakah ia akan berakhir dengan Mr. Stevan itu ?

"50.000 dollar"

Sebuah suara serak muncul dan membuat semua orang beralih menatapnya. Keterkejutan terlihat jelas di mata semua orang termasuk Charlotte. Shaila terdiam ketika menatap pria yang terlihat menegakkan dirinya dari posisi bersandar.

Menatap Shaila dengan tatapan yang sulit di artikan. Pria tersebut adalah pria yang sama dengan pria yang menatapnya sejak tadi.

Kali ini Shaila dapat melihat jelas bagaimana penampilan pria itu. Tampan dan... Apa ya

Ehm... Menggoda.

Shaila menegukkan ludahnya dengan susah payah ketika merasakan tatapan pria itu yang di seakan mengulitinya satu persatu.

"50.000 dollar dan perempuan itu jadi milikku"

*-*-*