Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Episode 3

Diam-diam Reyhan memperhatikan interaksi Rafa dan Risa dari balik pintu yang sedang membacakan dongeng.

"Sekarang Rafa tidur dulu, ya? Besok bangunnya kesiangan tar nggak bisa sekolah ketemu teman-teman,'' ucap Risa yang bersandar dipinggir ranjang sebelah tangannya berada dibelakang kepala Rafa dijadikan sebagai bantalan.

''Tapi Lafa belum ngantuk, masih mau dengerin cerita lagi,'' Rafa merajuk, menatap mata Risa sambil mengerjap beberapa kali. Membuatnya terlihat lucu.

"Baiklah, tapi habis ini Rafa tidur, janji?'' Rafa pun menganggukan kepala. Menautkan kelingking sebagai perjanjian. Belum selesai cerita yang dibacakan, Rafa sudah terlelap dalam tidurnya.

Membuat Risa tersenyum dan mengecup kening Rafa penuh cinta. Hati Reyhan terasa menghangat ada debar tak biasa bercokol di dalam dada melihat pemandangan di depan mata. Melihat Rafa yang terlihat begitu nyaman dengan orang asing.

"Pak Reyhan mau masuk?''ucap Risa yang melihat Reyhan mematung didepan pintu.

"Hah ... apa?'' tanya Reyhan yang mendadak gagu karena sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga tanpa sadar ada Risa berdiri di depannya.

''Pak Reyhan mau masuk?'' Risa mengulangi kembali pertanyaan sekali lagi.

''Oh, iya. Saya mau menemui Rafa sebentar,'' ucap Reyhan akhirnya setalah kembali pada kesadaran.

Risa melebarkan pintu dan baru beberapa langkah akan pergi Reyhan mencegahnya dan ingin mengajaknya berbicara. ''Boleh minta waktunya sebentar?''

"Tentu, Pak Rey.''

"Kamu bisa tunggu diluar, setelah aku menemui Rafa.''

Risa duduk menunggu diruang tengah duduk lantai beralasan karpet, sambil menatap layar plasma ditembok, tatanan rambut yang diikat ekor kuda menampakan leher jenjangnya yang indah, dengan bibir merahnya yang sedikit tebal di tambah bulu matanya yang lentik.

Membuat Reyhan sesak napas, saat menatapnya. Wajah Risa terlihat natural tanpa polesan make up berlebihan, meneduhkan.

Reyhan duduk di kursi single menatap Risa yang tertunduk.

''Kemarin Saya sempat ngecek CV, kamu. Kenapa mau jadi pengasuh Rafa? Padahal kamu memiliki ijazah dan nilai yang cukup bagus untuk melamar disebuah perkantoran?'' tanya Reyhan penuh selidik. ''Atau jangan-jangan, kamu seorang penyelundup, penculik anak dibawah umur?''imbuh Reyhan.

Risa yang mendengarnya, mengangkat wajah mendengkus kesal di tuduh sembarangan.

''Jangan nuduh sembarangan dong, Pak! Bisa timbul fitnah nanti.''

''Nilai akademik kamu bagus, dan baru lulus s-1, ngapain repot-repot jadi pengasuh, lagian tampang kaya kamu enggak cocok jadi pengasuh. Cocoknya jadi ....'' ucap Reyhan mengangtung, membuat Risa penasaran.

''Cocoknya jadi apa, Pak?''

''Sugar Baby,'' sahut Reyhan asal. Padahal niatnya bukan ngomong itu tapi kelepasan. Sungguh hati dan otaknya tidak sinkron wajar jika Risa marah mendengar perkataannya.

Risa yang mendengarnya menjadi kesal merasa direndahkan dan bangkit dari duduknya.

''Mau kemana, kamu? Saya belum selesai bicara!''

''Mau tidur. Saya males ngomong sama Pak Reyhan. Bapak ngeselin, suka ngaco, bisa darah tinggi lama-lama di sini ngomong sama Bapak!''

''Buruan duduk atau Saya pecat!'' gretak Reyhan yang mau tidak mau membuat Risa kembali pada posisinya dengan emosi tertahan dan mengepal tangan dibawah meja.

''Bapak enggak bisa pecat saya seenaknya, karena cuma Bu Susan yang berhak untuk itu! Saya duduk karena menghargai Pak Reyhan sebagai, Papanya Rafa.''

Kembali suasana menjadi hening hanya terdengar suara detak jam di dinding. Reyhan menghela napas panjang.

''Saya cuma butuh kejujuran, sebenernya apa tujuan kamu kerja disini?'' tanya Reyhan penuh penekanan.

''Bapak ini pinter enggak sih sebenarnya?'' Risa balik bertanya. ''Ya, jelas dong, Pak tujuan saya bekerja buat dapat uang. Mau apalagi emang?''

Reyhan menatap manik mata Risa mencari kejujuran disana, yang seperti tak ada keraguan dalam setiap ucapannya.

''Kenapa mesti jadi pengasuh? Masih banyak pekerjaan lain, 'kan yang mungkin bisa kamu dapatkan. Apalagi ditambah fisik, kamu yang seperti ini?''

''Enggak usah bawa-bawa fisik deh, Pak. Body sheming ini namanya. Kerja apa aja yang penting halal, 'kan?''

Skakmat.

Reyhan tak bisa berkata-kata lagi, baru kali ini ketemu cewek yang berani melawannya. Ia menelan ludahnya susah payah dan menyuruhnya untuk tidur karena waktu sudah malam, apalagi ketegangan mulai terjadi. Gak lucu kan malam-malam begini ribut gara-gara masalah sepele. Reyhan pun berinisiatif menyelidik latar belakang Risa tanpa perlu melibatkan orang lain agar tidak ada yang curiga. Reyhan tidak ingin kecolongan, kalau ada apa-apa dengan keluarganya siapa yang rugi? Pikirnya dalam hati.

''Ya udah sana, kamu boleh tidur.''

''Dari tadi kek. Ngantuk tau,'' seru Risa bangkit dari duduknya. Membuat Reyhan menggeram kesal, bisa-bisanya Susan dapat pengasuh bar-bar kaya dia.

.

Rasanya baru sebentar Risa memejamkan mata, bunyi alarm di nakas memekakan telinga, menekan tombol off dan bersiap bangun melakukan aktifitas pagi memandikan dan mengantar Rafa ke Sekolah.

'Andai keluargaku belum bangkrut pasti jam segini aku masih bergumul dengan selimut,' ucap Risa dalam hati.

Beginilah roda kehidupan kadang diatas kadang dibawah, aku yang terbiasa dengan kemewahan harus terhempas seketika terjatuh ke dalam fase kehidupan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Seperti apapun hidup aku harus kuat menjalani demi kedua orangtua dan adik-adikku.

Tiba-tiba Risa rindu keluarganya saat berkumpul dan bercanda bersama, sedang apa ya mereka? Menatap langit-langit kamar, tersadar dari lamunannya. Gegas ke kamar mandi menyambar handuk asal, mau tidak mau Risa harus mulai terbiasa dengan kehidupannya yang sekarang jauh dari kesan kemewahan.

Risa sadar jika hidupnya bukan seperti anak sultan lagi, gak ada waktu untuk bermalas-malasan bisa dipecat nanti. Apalagi mencari pekerjaan sekarang ini, susah. Ijazah s-1 yang ia miliki pun ditolak dibeberapa tempat entah apa alasannya. Jadi, ia memutuskan kerja apa aja lah yang penting halal dan bisa cepat dapat uang demi pengobatan Ayahnya.

Siapa yang sangka malah terdampar menjadi pengasuh anak, mungkin setelah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik Risa akan keluar dari pekerjaan ini. Untuk sementara waktu dijalani aja dulu, gajinya juga lumayan yang pasti ia tidak perlu memikirkan uang kostan dan makan karena semua sudah dijamin oleh Ibu Susan.

Gaji yang ia peroleh untuh hingga bisa membantu perekonomian keluarganya, meski gak banyak sih. Tapi setidaknya ada pemasukan tiap hari dari pada hanya berpangku tangan mengharap rejeki dari langit apalagi sampai dikasihani orang lain Big no.

Fighting! ucap Risa pada diri sendiri menatap pantulan wajahnya di cermin sebelum menjalani aktifitas.

Baru saja membuka pintu kamar Rafa sudah ada Reyhan yang sedang membangun kan Rafa. Sebenarnya ia masih kesal melihat sikap Reyhan apalagi kejadian semalam bikin moodnya buruk. Seenaknya menilai orang hanya dari penampilannya fisik aja. Untuk ada Rafa dan Bu Susan bisa gak betah kalau punya atasan seperti dia.

apa-apaan dia menyebutnya lebih cocok jadi sugar baby dasar duda gak ada akhlak!

''Ngapain berdiri disitu? Malah bengong. Kamu tuh digaji buat kerja, bukan buat ngalamun, mau makan gaji buta?'' ucap Reyhan menyindir saat melihat Risa berdiam diambang pintu.

''Ck! Kok bisa sih Ibu Susan punya anak nyebelin kaya gini? Jangan-jangan Pak Reyhan anak pungut, ya?'' ujar Risa tak kalah pedas.

''Ngomong apa barusan?'' Reyhan menghampiri Risa dengan tatapan tajam, mengukungnya ketembok dan mengikis jarak. Hingga napas hangatnya terasa menyapu. Tubuh Risa terasa menegang, ia tidak tau apa yang akan dilakukan Reyhan padatnya. Jangan tanya detak jantungnya saat ini yang terasa jumpalitan.

''Enggak, saya enggak ngomong apa-apa?'' kilahnya berbohong.

''Denger, ya, Saya belum tuli--'' Reyhan tak jadi melanjutkan ucapannya saat mendengar Rafa memanggil namanya. ''Hari ini kamu selamat, tapi tidak untuk lain kali!''

''Papa ....'' Rafa terbangun tidurnya terusik, mendengar kegaduhan yang terjadi.

''Iya, sayang,'' sahut Reyhan.

Risa menoleh menatap Rafa, sejenak bisa bernapas lega saat kungkungan Reyhan terlepas ia tidak tau apa yang akan Reyhan lakukan kalau tidak ada Rafa. Bisa habis dia diterkam manusia macam Reyhan.

''Gak usah senang dulu, ini belum selesai!'' ancam Reyhan. Wajah Risa yang sudah sedikit lega kini menegang kembali. Pandangan Reyhan kini beralih pada Rafa, berderap menghampiri ranjang membawanya menuju kamar mandi.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel