Episode 12
Mata Risa mengerjap beberapa kali setelah tautan bibirnya terlepas, ia tak percaya dengan apa yang dilakukan Reyhan padanya semua seperti mimpi terjadi begitu cepat. Deru napasnya memburu, debar jantungnya seperti menggila berdetak tak beraturan. Ada rasa marah menghinggapi seenaknya saja mengambil firt kissnya. Mengusap kasar bawah bibirnya seperti kebas dan berkedut.
''Masih marah, heemm?'' tanya Reyhan menatap lekat membuat Risa makin geram dan menatap tajam.
Dasar kulkas!
''Bapak apa-apaan, sih? Cium-cium orang sembarangan, Bapak ngeselin tau nggak!'' Bibir Risa mengerucut memalingkan wajahnya.
Reyhan menghembuskan napas dalam.
''Saya, 'kan udah minta maaf barusan? Apa itu belum cukup?'' Risa bergeming tak menanggapi ocehan Reyhan.
''Liat saya, Risa! Saya sedang bicara sama kamu, bukan sama patung!'' ucapnya penuh penekanan.
''Apa?'' Risa mendengkus kesal. ''Dasar ngeselin! Balikan first kiss, saya!'' sahut Risa tak kalah tajam, Reyhan tersenyum miring, melihat Risa yang marah-marah membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Dia polos atau apa sih.
Reyhan kembali mengikis jarak menarik tengkuknya, membuat Risa gelagapan hingga terpojok ke pintu.
''Bapak mau, ngapain?'' Risa menahan dada Reyhan. Matanya membulat mengerjap beberapa kali.
''Katanya minta di balikin first kissnya dengan senang hati, saya kembalikan.'' Reyhan menaik turunkan alisnya, hingga jarak kembali terkikis beberapa senti, napas hangat kian menyapu, harum aroma mint terasa menguar dari bibirnya.
''Stop! Bapak bener-benar, ya? Enggak gini juga caranya. Dasar mesum!'' Risa mencebik, masih dengan menahan dada bidangnya.
''Emang ada cara yang lain Hemm? Harusnya bersyukur kamu bisa--''ucapan Reyhan berhenti saat Risa memukulnya bertubi tubi, tanpa ampun. ''Tolong-tolong saya mau diperkosa.''
Risa menghentikan aksinya melotot tajam.
''Siapa juga yang memperkosa? Bapak ngeselin banget, sih!'' Risa beringsut membekap mulut Reyhan.
''Tapi ngangenin, 'kan?''
''Enggak!'' seru Risa dengan mata berkaca-kaca, tak sadar air matanya luruh seketika. Reyhan yang melihatnya menjadi iba dan merasa sudah kelewatan.
''Maaf saya kelewatan saya enggak ada maksud begitu kok.'' Reyhan membingkai wajah Risa menghapus air mata yang membasahi pipi. Merengkuh Risa kedalam pelukan, menyalurkan kedamaian meski awalnya sempat meronta tapi akhirnya ia menyerah dan terisak di dada bidang miliknya. Membasahi kemeja yang ia kenakan dengan cucuran air mata.
''Ayo pulang?''
''Pestanya?''
''Kamu mau masuk lagi ke sana? Dengan kondisi seperti ini?'' Risa menatap pantulan wajahnya lewat kaca spion, rasanya tak memungkinkan lagi untuk kembali masuk ke dalam gedung. Apalagi dandanannya terlihat berantakan, maskara luntur, rambut acak-acakan. Ahgt sungguh hari yang buruk untuknya.
Reyhan melajukan mobilnya, melesat membelah jalanan kota aura kecanggungan semakin teras saling diam tanpa suara. Hingga sampai didepan halaman rumah, gegas Risa segera turun dari mobil dan berlalu secapatnya.
Ia masih marah dan males ketemu Reyhan yang menyebalkan kalo bisa tidak usah bertemu untuk sementara waktu. Risa naik ke atas tempat tidur duduk bersila meninju bantal berkali-kali seolah adalah Reyhan hingga rasanya ia lelah dan menjatuh tubuhnya di kasur. Menatap langit-langit kamarnya hingga tak sadar ia pun terpejam dengan memakai baju pesta yang belum sempat berganti baju
.
Perlahan Risa membuka matanya saat mendengar suara ketukan pintu berkali-kali, gegas ia menyibak selimut tanpa memperhatikan penampilannya dan membuka handel pintu.
''Papa ... Nenek ....!'' teriak Rafa melihat penampilan Risa yang terlihat seram efek wajahnya yang cemong bekas sisa make up yang lupa dibersihkan semalam. Susan yang sedang berada di ruang makan, tak jauh dari sana berlari menghampiri Rafa. Takut ada sesuatu yang buruk terjadi.
''Ada apa, Rafa? Kenapa teriak-teriak?'' tanya Susan.
''Ada hantu, Nek.'' Rafa menunjuk Risa yang berdiri di ambang pintu. Susan menoleh menatap penampilan Risa pagi ini yang berantakan.
''Ya ampun, Ris. Wajah kamu kenapa bisa belepotan gini. Ini juga bajunya dari kemarin belum ganti, 'kan?'' ucap Susan menilai penampilan Risa dari atas ke bawah.
Risa yang baru sadar menatap penampilannya sendiri dan berlari masuk ke dalam kamar, malu. Apalagi untuk pertama kalinya ia bangun ke siangan.
Ya ampun dosa apa aku ini? Kenapa bisa sial begini dari kemaren, sepertinya nasib baik sedang tidak berpihak padaku. Gara-gara Reyhan hidupku berantakan. Mau taro di mana wajahku? Boleh enggak sih untuk sementara aku amnesia aja. Sial! umpatnya saat di berdiri di depan wastafel membersihkan sisa make up semalam dan melanjutkan rutinitas paginya, mandi.
Risa keluar kamar dengan kondisi yang sudah bersih dan wangi berniat untuk meminta maaf atas kekacaun kecil yang terjadi apalagi sampai membuat Rafa ketakutan. Berkali-kali Risa menghembuskan napas merasa lalai karena sudah telat bangun. Berharap semoga saja ia tidak dipecat. Mau nyari kerja dimana lagi kalo sampai dipecat apalagi jaman sekarang engga mudah mencari pekerjaan. Ditambah setutusnya sebagai mahasiswa yang belum selesai skripsi.
Hell!
Risa menghampiri Susan yang tengah menenangkan Rafa yang sedang merengek ingin pergi ke Mall, tapi Susan tidak bisa menemani karena ia ada janji arisan dengan teman-temannya. Kegiatan rutin setiap bulan sekaligus pergi ke panti asuhan untuk melakukan santunan.
''Maaf, Bu saya telat bangun,'' ucap Risa tak enak hati karena bangun kesiangan. Menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
''Iya, Ris engga apa-apa. Kamu pasti kecapean, ya? Gara-gara kemaleman pulangnya.''
''Rafa kenapa, bu?''
''Dia pengen ke Mall nagih janji kemarin, tapi sepertinya Reyhan masih tidur. Gimana kalo kamu bangunin dia, ibu harus buru-buru pergi sudah ditunggu yang lain soalnya. Rafa bisa ngambek seharian kalo kemauannya nggak dituruti. Reyhan sih pake janji segala jadi gini, 'kan ditagih sama anaknya. Terserah kamu aja deh gimana nenanginnya ibu nyerah yang penting Rafa nggak nangis lagi. Biasanya paling nurut sama kamu.''
''Coba deh Risa tenangin, Rafa dulu.''
''Ya sudah kalo gitu, ibu pergi dulu, ya.''
Deg
Jantungnya terasa mau lepas saat ingat kata-kata Susan yang menyuruhnya membangunkan Reyhan. Padahal sejujurnya ia sedang malas ketemu dan ingin menghindari untuk saat ini. Apalagi jika ingat kejadian semalam, ingin pergi saja dari rumah ini. Coba nggak butuh pekerjaan nggak akan Risa bertahan hingga sekarang.
''Mbak Lisa kok bengong, ayo Mbak kita bangunin, Papa. Semalam janji, kan mau ngajak lafa jalan-jalan sama main sepuasnya. Papa bohong!'' Rafa menggeret tangan Risa yang sedari tadi sibuk melamun.
''Rafa dengerin mbak Risa, ya. Papanya Rafa masih tidur gimana kalo kita ke mall berdua aja, mau? Nanti kalo papanya dah engga cape baru deh nyusul. Sekarang papa biar istirahat dulu oke.''
Rafa berhenti merengek. ''Nggak selu, maunya sama papa juga. Semalam kan papa dah janji mau ngajak Lafa main. Kata papa kalo janji itu halus ditepati.''
''Ya ampun ni anak pinter banget sih,'' ucap Risa gemas mencubit pelan pipinya '' Iya betul janji itu harus ditepati, tapi nanti papa, Rafa sakit gimana? Kalo cape itu harus banyak istirahat biar punya banyak tenaga.''
''Ya sudah, Lafa mau ke mall sama mb Lisa aja. Kasihan papa cape.''
''Nah gitu dong, manisnya. Ayo kita pergi sekarang.'' Akhirnya Risa bisa bernapas lega, Rafa mau mendengar ucapannya.
Syukurlah aku tidak dipecat, tidur aja yang lama Pak Reyhan. Aku mau ke mall sama Rafa, ibunya baik gitu kenapa anaknya menyebalkan sekali tingkahnya. Jangan-jangan Pak Reyhan anak pungut, engga ada mirip-miripnya kelakuannya minus semua. Rafa juga dia manis dan penurut tapi Bapaknya? Risa menggeleng-gelengkan kepala membekap mulutnya sendiri. Mengkibas-kibaskan tanganya diwajah yang terasa panas.
''Rafa tunggu sini, ya? Mbak Risa ambil tas dulu.''
Tak lama Risa kembali setelah mengambil tasnya dan menggandeng Rafa. Baru saja akan membuka pintu utama suara bariton Reyhan menghentikan langkahnya.
''Mau kemana kalian? Kamu nggak berniat bawa Rafa kaburkan?'' tanya Reyhan dari ujung tangga dan berjalan mendekat. Risa memutar bola mata sebal mendengar tuduhan Reyhan yang tak beralasan.
''Iya, saya mau culik Rafa puas!''
''Beneran?''
''Kalo niat mau culik Rafa sudah saya lakukan dari dulu, Pak! Mana ada penculik secantik saya.''
''Lafa mau main ke mall, Pa sama Mbak Lisa. Kata Mbak Lisa Papa lagi capek. Kasihan kalo diganggu, papa dilumah aja istilahat bial enggak sakit.
''Mbak Risa bilang gitu?'' Reyhan menaikkan sebelah alisnya tersenyum miring.'' Papa enggak cape kok, ayo kita ke berangkat.''
''Hole ayo, pa kita pelgi sekalang. Lafa mau beli mainan yang banyak main tampolin, main time zone, beli esklim banyak-banyak,'' seru Rafa bersemangat.
***
