2. Harus Berusaha
Waktu berlalu, hari ini adalah hari pertunangan antara Savero dan Aurora. Pesta pertunangan keduanya diadakan di sebuah aula hotel yang bisa memuat ribuan tamu. Hanya saja saat ini tamu yang datang ke acara itu berjumlah kurang dari dua ratus orang.
Aurora dan Savero sepakat untuk tidak mengundang banyak orang ke pesta pertunangan mereka.
Dari Aurora, kakek dan keluarga pamannya ada di sana. Sementara Savero, ada kakek dan ibu tiri serta putri angkat ibu tirinya. Ia juga mengundang dua sahabatnya, Daxton dan Joaquin untuk hadir di acara pertunangan itu.
Hari ini Aurora mengenakan gaun yang indah, ia tampak seperti lukisan yang halus dan indah. Sementara Savero, dengan setelan itu ia terlihat tampan, berkarisma dengan sentuhan keangkuhan di wajahnya.
Di tempat yang sepi, Ace berdiri memandangi Aurora dan Savero yang saat ini bertukar cincin. Dengan segala upaya orangnya, ia bisa mendapatkan undangan pertunangan Aurora.
Ia sebelumnya memutuskan untuk tidak datang, tapi berubah di detik terakhir. Ia setidaknya harus berusaha untuk mendapatkan Aurora. Jika setelah berusaha ia masih tidak bisa mendapatkan Aurora, maka itu tidak akan menjadi penyesalan baginya.
Tidak apa-apa Aurora bertunangan, selama wanita itu belum menikah masih ada kesempatan baginya untuk mendapatkan Aurora.
Tatapan Ace menunjukan rasa patah hati, tapi itu tidak mengandung kemarahan atau kebencian sama sekali.
Acara pertunangan itu berjalan dengan lancar. Aurora dan Savero kini telah resmi bertunangan.
Paman Aurora yang mengincar posisi Aurora dan selalu meremehkan Aurora karena Aurora adalah seorang perempuan hanya bisa menekan dalam-dalam rasa tidak bahagianya.
Keponakannya benar-benar licik, untuk mengamankan posisinya ia mengincar pria paling berpengaruh di negara itu.
Tidak, dia tidak akan menyerah dengan cepat. Dia pasti akan membuat Aurora ditinggalkan oleh Savero. Jika bisa, ia juga akan membuat Savero berbalik menyerang Aurora, dengan begitu Aurora pasti tidak akan bisa bangkit.
Meski pesta pertunangan itu tidak diadakan secara pribadi, tapi berita dan artikel mengenai pertunangan dua pewaris dari keluarga besar di negara itu telah diterbitkan dan menjadi perbincangan banyak orang.
Mereka semua sepakat menilai bahwa Savero dan Aurora sangat serasai. Keduanya memiliki aura mendominasi yang sama kuatnya.
Setelah acara selesai, Aurora kembali ke penthousenya yang ia tinggali sejak dua tahun lalu. Aurora tidak beristirahat dengan baik selama beberapa waktu terakhir ini, jadi ia merasa lelah. Ia akhirnya mengistirahatkan tubuhnya.
Beberapa saat kemudian Aurora terjaga karena suara ponselnya. Yang menghubunginya adalah Savero.
“Ada apa, Savero?”
“Ada yang perlu aku bicarakan denganmu. Mari bertemu di restoran AA.”
“Baik.”
Aurora segera turun dari ranjang, ia membasuh wajahnya kemudian mengganti pakaiannya lalu pergi ke restoran.
Ia sedikit penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan oleh Savero dengannya.
Tiga puluh menit kemudian ia sampai di restoran lalu kemudian pergi ke ruangan khusus yang telah dipesan oleh Savero.
Di dalam ruangan sudah ada Savero yang duduk dengan tenang. Aurora melangkah masuk lalu duduk di hadapan Savero. “Apa yang ingin kau bicarakan?”
“Aku ingin membatalkan pertunangan.” Savero berkata tanpa basa-basi.
“Savero, kau benar-benar sesuatu.” Aurora tidak tahu harus berkata apa. Mereka baru saja bertunangan beberapa jam lalu, dan sekarang pria itu hendak memutuskan pertunangan dengannya. Bukankah ini sangat sulit untuk dibayangkan? Ia dan Savero hanya bertunangan dalam hitungan jam saja.
“Aku akan memberikanmu ganti rugi yang sepadan. Selain itu aku akan tetap mendukungmu dalam masalah bisnis.” Savero tentu saja tidak akan merugikan Aurora.
“Kau memang harus melakukannya, Savero.” Aurora tidak akan menahan Savero. Selama ia mendapatkan dukungan dari Savero, bahkan jika ia menikahi pria secara acak itu tidak akan menjadi masalah. “Namun, bisakah kau memberiku sedikit wajah, mari umumkan pembatalan pertunangan dua minggu lagi.”
Sepuluh hari lagi kakeknya akan berulang tahun, dan di hari itu kakeknya akan mengumumkannya sebagai ahli waris dan memberikannya saham yang dimiliki oleh pria tua itu. Setelah itu pamannya tidak akan bisa melakukan apapun lagi jika saham yang dimiliki oleh kakeknya telah menjadi miliknya.
“Baiklah.” Savero setuju dengan Aurora.
“Jadi, apa alasan kau membatalkan pertunangan?” Aurora sudah menebak alasannya, tapi ia ingin memperjelasnya.
“Althea.” Savero menyebutkan sebuah nama yang juga dikenal oleh Aurora. Althea adalah mantan kekasih Savero, sebelumnya Savero mengira bahwa Althea telah mengkhianatinya, tapi ternyata Althea melakukan itu karena ia tidak memiliki pilihan lain.
Tujuh tahun lalu mantan kekasih Savero meninggalkannya tanpa mengatakan apapun, membuat Savero salah paham. Dan sekarang Savero telah mengetahui kebenarannya. Savero masih mencintai mantan kekasihnya, jadi ia tidak bisa melanjutkan pertunangannya dengan Aurora.
“Aku sudah menduganya. Aku sedikit penasaran tentang kau dan dia, jadi seperti apa hubunganmu dengan Althea?”
“Aku tidak menyangka bahwa seorang Aurora juga akan mengurusi urusan orang lain.”
Aurora tertawa kecil. “Hanya orang-orang tertentu yang mendapatkan perhatian dariku.”
“Althea adalah cinta pertamaku, tujuh tahun lalu dia meninggalkanku tanpa penjelasan apapun. Aku pikir dia mengkhianatiku dengan menikahi pria kaya, tapi ternyata dia hanya tidak memiliki pilihan lain selain menikahi mantan suaminya, aku telah salah paham terhadapnya.”
“Ah, jadi seperti itu.” Aurora kini sudah tidak penasaran lagi. Sekarang ia sangat mengerti kenapa Savero bersikap begitu dingin pada Althea dan selalu bersikap intim dengannya di depan Althea. “Sekarang kalian kembali bersama?”
“Ya.” Savero menjawab dengan percaya diri. Meski Althea menolak untuk menikah dengannya, tapi ia yakin wanita itu akan segera menerimanya.
“Kalau begitu selamat untuk kalian.” Aurora mengatakannya dengan tulus.
“Terima kasih, aku sangat menghargai ucapan selamat darimu,” balas Savero.
“Apakah ada hal lain yang ingin kau bicarakan?”
“Tidak ada.”
“Kalau begitu aku pergi duluan.”
“Ya, silahkan.”
Aurora segera meninggalkan ruangan pribadi itu lebih dahulu dari Savero. Wanita itu tidak memiliki kemarahan sama sekali pada Savero, mungkin karena ia memang tidak memiliki perasaan apapun terhadap Savero.
**
Hari-hari berlalu, pembatalan pertunangan yang dilakukan oleh Savero tidak mempengaruhi hari-hari Aurora. Wanita itu melakukan aktivitasnya seperti biasa.
Namun, sesekali ia akan sangat menyayangkan bahwa hubungannya dengan Savero berakhir sehingga ia harus mencari pengganti Savero.
Cukup sulit baginya untuk menemukan seseorang yang cocok dengannya dalam segala hal seperti Savero.
Aurora menghela napas, ie kembali melanjutkan kegiatannya. Hari ini ia lembur lagi. Ia benar-benar sibuk dengan pekerjaannya.
Ponsel Aurora berdering setelah beberapa waktu. Ia melihat siapa yang memanggilnya. Itu adalah Gianna.
“Ya, Gianna?”
“Aurora, apakah aku mengganggumu.”
“Tidak, ada apa?”
“Bisakah kau menemaniku minum?”
Aurora berpikir sejenak. Gianna sepertinya dalam suasana hati yang kurang baik. Sahabatnya ini sangat jarang minum.
“Jika kau tidak bisa, tidak apa-apa. Aku akan minum sendiran. Savana sedang berada di luar kota dan baru akan kembali besok pagi, jadi dia tidak bisa menemaniku.”
“Aku akan ke sana.”
“Kau yang terbaik, Aurora.”
Aurora kemudian memutuskan panggilan itu. Ia meraih tasnya, memasukan ponselnya ke dalam tas lalu kemudian meninggalkan kantornya.
Dua puluh menit kemudian ia sampai di bar tempat Gianna berada.
“Kalian kembalilah!” Aurora bicara pada kepala pengawalnya. Ia akan menyetir sendiri nanti.
“Baik, Nona.” Kepala pengawal Aurora segera mengikuti perintah Aurora. Sejujurnya ia khawatir pada Aurora, tapi karena majikannya sudah berkata seperti itu maka ia hanya bisa mengikutinya saja. Majikannya mungkin ingin bersenang-senang.
Setelahnya Aurora masuk ke dalam, ia melihat Gianna yang saat ini sedang minum sendirian.
Aurora mendekati Gianna, ia menepuk pundak Gianna lalu kemudian duduk di sebelah Gianna.
“Kenapa kau tiba-tiba minum?” Aurora memiringkan wajahnya menatap Gianna.
“Entahlah, tiba-tiba saja suasana hatiku hari ini tidak begitu baik padahal tidak ada yang terjadi.”
“Mungkin sebentar lagi kau akan datang bulan.” Aurora tidak mengalami perubahan suasana hati ketika ia datang bulan, tapi beberapa wanita mengalami hal itu.
“Ya, aku itu mungkin saja.” Gianna kemudian menyerahkan cangkir yang sudah terisi oleh cairan keemasan pada Aurora.
“Bagaimana pekerjaanmu akhir-akhir ini?” Gianna bertanya dengan perhatian.
Aurora meraih gelas yang diberikan oleh Gianna. “Semuanya berjalan dengan lancar.”
“Itu bagus. Namun, Aurora, kau seharusnya tidak perlu memaksa dirimu terlalu keras. Nikmati hidupmu, kau terlalu gila bekerja.”
Aurora menyesap minumannya. “Aku sangat menyukai pekerjaanku, tidak ada yang bisa aku lakukan tentang hal itu.”
Gianna tersenyum kecil. “Ya, aku juga tahu tentang hal ini.” Wanita itu menyesap minumannya lagi, ia seharusnya tidak boleh minum alkohol, tapi malam ini ia harus meminumnya.
Gianna melihat ke gelas Aurora yang sudah kosong. Wanita itu kemudian mengisinya lagi.
Dua wanita itu minum beberapa gelas lagi. Aurora memiliki toleransi yang cukup baik dengan alkohol, ia tidak akan mabuk hanya dengan satu atau dua gelas kecil alkohol.
tbc
