3. Aku Menginginkanmu
“Apakah kau kurang enak badan, Aurora?” Gianna, bertanya saat melihat Aurora yang tampak memijat kepalanya.
“Aku merasa kepalaku sedikit sakit.” Aurora baik-baik saja beberapa saat lalu, tapi sekarang tidak tahu kenapa kepalanya mulai berdenyut sakit.
“Mungkin karena kau bekerja terlalu keras. Aku seharusnya tidak memintamu untuk menemaniku minum.” Gianna tampak menyesal.
“Tidak perlu meminta maaf.”
“Jadi, bagaimana sekarang? Apakah kau ingin pulang?”
“Ya, maaf karena aku tidak bisa menemanimu.”
“Tidak apa-apa, aku mengerti keadaanmu,” balas Gianna. “Apakah kau menyetir sendiri?”
“Ya.”
“Bagaimana kau akan pulang dalam kondisi seperti ini?”
Aurora merasa kepalanya semakin pusing, ia jelas tidak akan bisa menyetir sendirian karena itu akan membahayakan nyawanya.
“Bagaimana jika kau memesan kamar untuk malam ini?”
“Itu juga tidak apa-apa.” Aurora tidak ingin merepotkan orang lain. Saat ini sudah pukul satu pagi, sekretaris dan pengawalnya pasti sudah tidur.
“Kalau begitu aku akan memesan kamar untukmu.”
“Ya, terima kasih, Gianna.”
“Tidak perlu sungkan, Aurora.”
Gianna keluar dari bar, ia memesan kamar lalu kemudian segera kembali ke sisi Aurora.
Selama Gianna pergi, Aurora merasa tubuhnya semakin tidak nyaman. Awalnya ia merasa kepalanya pusing, tapi sekarang ia merasa sangat panas.
“Aurora, ayo aku antar ke kamarmu.” Gianna membantu Aurora turun dari tempat duduknya.
Saat hendak melangkah, tubuh Aurora seperti melayang. Wanita itu hampir saja jatuh karena kehilangan keseimbangan.
“Aurora, hati-hati.” Gianna memegangi bahu Aurora.
Aurora mencengkram tangannya dengan kuat, kukunya yang terawatt menancap di telapak tangannya. Ia harus tetap sadar. Ia yakin bahwa apa yang ia alami saat ini bukanlah karena kelelahan.
Sebelumnya Aurora juga pernah mengalami hal seperti ini dan itu bukan karena ia kelelahan, melainkan karena minumannya diberi obat perangsang.
Aurora melihat ke Gianna sejenak, tidak ada orang lain lagi yang bisa memasukan obat perangsang ke minumannya. Hanya saja, terlalu sulit baginya untuk menerima kenyataan bahwa salah satu sahabatnya akan melakukan hal seperti ini padanya.
Aurora masih bersikap seolah ia belum menyadari apapun, ia hanya mengikuti ke mana Gianna akan membawanya.
Sampai di kamar hotel, Gianna membaringkan Aurora di atas ranjang. “Apakah kau ingin aku memanggil dokter?”
“Tidak perlu, setelah istirahat aku pasti akan baik-baik saja.”
“Baiklah, kalau begitu istirahatlah. Aku ada di kamar sebelah. Jika kau masih belum merasa membaik segera beritahu aku.” Gianna berkata perhatian.
“Baik.”
“Sekarang tidurlah.”
Aurora segera menutup matanya. Ia tentu saja tidak akan bisa tidur dengan kondisi tubuhnya saat ini.
Gianna menatap Aurora sejenak, ada rasa bersalah di sana, tapi kemudian ia segera berbalik dan pergi. Saat Gianna keluar, Aurora segera turun dari ranjang, wanita itu berdiri di dekat pintu yang tidak sepenuhnya tertutup.
“Aurora sudah berada di kamar yang kau siapkan.”
Kening Aurora berkerut, siapa yang dihubungi oleh Gianna?
Lalu kemudian suara langkah kaki yang semakin menjauh terdengar. Gianna telah meninggalkan lantai itu.
Aurora segera keluar dari kamarnya. Ia tidak boleh masuk ke dalam jebakan Gianna dan orang lain yang tidak ia ketahui siapa.
Obat yang ada di tubuh Aurora telah menyebar, pandangan wanita itu mengabur. Ia kemudian mendengar langkah kaki, meski ia adalah wanita yang selalu tampak tenang, tapi ia mulai merasa cemas sekarang. Dengan kondisinya saat ini akan sangat sulit baginya untuk melarikan diri jika tertangkap.
Aurora melihat ke sekitar, tidak ada tempat baginya untuk bersembunyi. Pada saat yang sama, sebuah pintu terbuka. Aurora segera melangkah dengan cepat menuju ke pintu itu dan mendorongnya, ia masuk ke dalam sana dan kemudian menutup pintu.
Seorang pria yang berada di balik pintu menatap Aurora dengan kernyitan di dahinya.
Aurora mengangkat wajahnya, menatap pria di depannya. Kepalan di tangannya semakin kuat. Aroma tubuh pria di depannya membuat kepalanya seperti akan meledak.
“Apa yang kau lakukan di kamarku, Nona?”
Aurora segera mengangkat tangannya, menutup mulut pria itu dan segera mendorongnya masuk jauh lebih dalam.
Kulit yang bersentuhan membuat keinginan di dalam tubuh Aurora semakin menggila.
“Aku menginginkanmu.” Aurora tidak peduli siapa pria di depannya, ia bisa tidur dengan siapa saja kecuali orang yang mencoba menjebaknya.
Pria di depan Aurora menurunkan tangan Aurora yang menutup mulutnya. “Kau yakin, Nona?”
“Aku yakin.” Aurora kemudian mencium bibir pria asing di depannya dengan agresif.
Senyum tampak di wajah pria asing itu, ia memberikan apa yang diinginkan oleh Aurora.
Sementara itu di kamar yang sebelumnya, dua pria yang harusnya bersenang-senang dengan Aurora mendapati kamar itu kosong. Mereka segera menghubungi orang yang memerintahkan mereka untuk datang.
“Tuan, tidak ada siapapun di kamar.”
“Bagaimana bisa?”
“Saya tidak tahu, Tuan.”
“Segera periksa! Kalian harus menemukan Aurora sialan itu!”
“Baik, Tuan.” Kedua pria itu segera keluar dari ruangan dan memeriksa sekitar, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Aurora.
Gianna yang meninggalkan Aurora sendirian segera naik ke atas. Ia melihat ke kamar dan itu benar-benar kosong.
“Ke mana dia pergi?” Gianna bertanya bingung. Ia jelas-jelas meninggalkan Aurora di sini. Selain itu ia juga meninggalkan Aurora hanya dalam waktu singkat, apakah Aurora benar-benar sudah melarikan diri?
Gianna segera pergi menuju ke resepsionis, ia harus melihat rekaman kamera pengintai. Karena permintaan Gianna, resepsionis memanggil manajer mereka.
“Maafkan kami, Nona. Saya tidak bisa menunjukan rekaman kamera pengintai.”
Permintaan Gianna ditolak oleh manajer hotel tersebut meski Gianna telah menjelaskan situasinya.
“Apakah kau tidak tahu siapa Aurora Keenes? Hotel ini akan mendapat masalah jika terjadi sesuatu padanya.”
“Saya hanya menjalankan sesuai dengan aturan hotel, Nona.” Manajer hotel itu telah menghadapi berbagai orang berkuasa di dunia, tapi tetap saja hotel mereka memiliki aturan.
Gianna merasa sangat kesal. Ia segera meninggalkan meja resepsionis dan kembali ke lantai atas. Wanita itu kemudian menghubungi orang yang tadi ia hubungi.
“Aku tidak bisa menemukan keberadaan Aurora.”
“Gianna, kau benar-benar bodoh. Kau bahkan tidak bisa mengurus masalah sekecil ini.”
Gianna terkejut dengan kalimat yang diucapkan oleh Ares, selama ia berhubungan dengan Ares pria itu selalu memperlakukannya dengan lembut.
“Jika rencana tidak berjalan dengan lancar, maka jangan pernah berharap untuk menikah denganku!”
“Ares, aku sudah melakukan tugasku dengan baik. Mengenai Aurora melarikan diri bagaimana aku bisa memprediksinya.”
“Kau seharusnya memastikan Aurora tidak melarikan diri! Kau benar-benar tidak berguna!” Panggilan itu kemudian terputus.
Kedua tangan Gianna mengepal. Ini adalah pria yang ia cintai dengan sepenuh hati sampai ia mengkhianati sahabatnya sendiri. Pria ini tidak segan memakinya ketika yang sesuatu tidak terjadi sesuai dengan yang ia inginkan.
Di tempat lain saat ini Ares sedang bersama dengan ayahnya.
“Rencana kita gagal, Ayah.” Ares memberitahu ayahnya.
“Sial! Aurora ini benar-benar beruntung. Dia selalu lolos dari bencana.” Marco mengumpat geram.
Lusa adalah hari ulang tahun kakek Aurora. Dan sebelum hari itu tiba, Marco -paman Aurora telah memikirkan cara untuk membuat Aurora terkena skandal.
Ia bukan hanya akan membuat Aurora tampak seperti wanita murahan, ia juga ingin hubungan Aurora dan Savero Dominic -tunangan Aurora, berakhir sehingga Aurora tidak memiliki dukungan dari keluarga Dominic lagi. Bukan hanya itu, dengan skandal itu, Aurora juga pasti akan membuat Savero marah karena dipermalukan. Savero mungkin akan membalas dendam pada Aurora.
Dengan semua hal yang terjadi itu, Aurora pasti akan hancur. Kepemimpinan perusahaan akan jatuh ke tangannya.
Namun, sekali lagi rencana yang sudah disusun matang-matang gagal. Untuk hari ini, Ares -sepupu Aurora bahkan telah merayu Gianna selama beberapa bulan. Mereka benar-benar berharap bahwa Aurora akan jatuh ke dalam jebakan mereka.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Ayah?” Ares merasa kepalanya akan meledak. Ia sangat membenci kenyataan di mana ia tidak bisa menyingkirkan Aurora.
Ia adalah anak laki-laki di keluarganya, ia seharusnya lebih berhak menjadi penerus daripada Aurora yang hanya seorang perempuan.
Marco juga sakit kepala. “Jika tidak ada jalan lain maka aku hanya bisa menggunakan jalan terakhir.”
Sebelumnya Marco hanya ingin membuat masalah sehingga para petinggi perusahaan menilai bahwa Aurora tidak cukup cakap untuk memimpin perusahaan, tapi Aurora bisa membuktikan bahwa ia mampu dan bisa membuat keuntungan perusahaan naik tiga kali lipat dalam masa kepemimpinannya.
Setelahnya Marco mencoba untuk merusak reputasi Aurora, membuatnya citranya menjadi buruk dan tidak pantas memimpin perusahaan, tapi hal ini juga tidak berjalan dengan baik.
Sekarang hanya satu yang tersisa. Jangan menyalahkannya karena sangat kejam. Salahkan saja Aurora yang ingin berebut kekuasaan dengannya.
tbc
