chapter 3
Dua hari berlalu.
Dua hari Keira lewatkan tanpa bisa melakukan hal apapun, pikiran Keira melayang di mana Keira membayangkan, jika insiden di hari itu tidak terjadi apakah sekarang Keira dalam perjalanan ke London?
Tentu karena hal ujian sudah keluar sejak kemarin.
Jika Keira bisa memilih lebih baik tinggal di mansion ayah, daripada terkurung di sini, Keira bahkan tidak punya akses apapun. Sekarang Keira tidak tahu dirinya berada dimana.
“Aku rindu ayah, rindu dengan semua kebebasan yang ayah berikan pada Keira,” Duduk sambil melihat pada luar jendela kebiasan yang Keira lakukan, seperti seorang putri terkutuk yang harus di kurung di sebuah kastil, menunggu seorang pangeran datang menjemput lalu membawa Keira meninggalkan kastil.
Hari sudah menjelang malam, satu hari berlalu dengan membosankan.
“Nona, Tuan Javier menunggu anda untuk makan malam bersama,” seorang pelayan yang datang keruangan Keira tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
“Makan malam?” Keira membalik tubuhnya untuk melihat pelayan, jadi setelah tidak ada kabar, akhirnya Liam pulang juga?
Apakah ini waktunya untuk memberikan keputusan?
“Ya Nona, katakan Tuan Javier menunggu jawaban. Nona harus mengatakan sekarang,” Ucap pelayan.
“Aku akan turun,”
Keira mengambil cardigan, karena Keira sudah berganti dengan gaun tidur, Keira hanya tidak mau ada salah paham nantinya.
Kakinya menuruni anak tangga, melihat Liam. Pria itu yang duduk di meja makan, perasaan gugup memenuhi pikiran Keira, sudah banyak hal yang Keira pertimbangkan dan pikirkan untuk memberikan jawaban, sekarang bukan lagi waktunya untuk lari, apapun situasinya.
Keira harus bisa membalaskan semua dendam ayah.
Liam meneguk wine di dalam gelas, melihat Keira turun dari lantai dua, langkahnya yang sungguh indah dan anggun apalagi gaun malam yang Keira kenakan, itu memberikan kesan yang cantik untuknya di tambah tatapan dinginnya.
Sempurna. Liam mengatakan hal itu dalam pikirannya.
“Bagaimana? Aku penasaran dengan jawabanmu, gadisku.”
“Aku bukan gadismu! Aku akan memutuskan jika anda mengatakan dengan jelas penawaran itu,”
Liam meletakan gelas wine di meja, padahal kemarin Liam sudah menjelaskan dengan baik, karena Keira masih tidak percaya, Liam meminta asistennya membawakan dokumen yang sudah di siapkan sebelumnya.
“Lihat dengan baik,”
Keira mengamati semua tulisan di dalam kertas, tertulis dengan jelas jika Keira akan menjadi bagian dari semua rencana Liam, tidak! bagaimana bisa Keira harus bekerja hampir setiap saat di dekat Liam? di mana waktu dia memiliki kehidupan untuk sendiri, akan sulit bergerak jika Keira menempel pada Liam.
Keira tidak bisa menyusun strategis untuk membalas dendam.
“Menjadi seorang sekretaris? lalu mata-mata negara? ini tidak masuk akal!”
Keira meletakan dokumen itu, ini sama saja bekerja untuk sesuatu yang tidak Keira inginkan.
“Keira, turunkan sikap angkuhmu,” Liam meninggalkan kursinya, melangkah mendekati gadis itu. Sedikit mendekati sampai dia bisa melihat dengan jelas wajah Keira, dengan kedua tangan bertumpu di kursi.
“Aku sudah mengatakan bukan? aku butuh jawaban, bukan negosiasi, suka atau tidak keputusan. Aku akan tetap menganggap kau menerimanya, jadi jangan membuang waktuku. Cepat tinggalkan tanda tanganmu di dokumen,”
Keira membeku, perkataan Liam melumpuhkan setiap saraf tubuhnya, kalimat Liam menekankan dengan jelas, jika memang sejak awal tidak ada pilihan dan jawabannya sudah terlihat sejak awal.
“Ikuti aku!” Dengan kasar Liam menarik pergelangan tangan Keira, membawa gadis itu untuk mengikuti kemana Liam ingin pergi, di mana mereka berdua pergi ke ruangan tengah, ruangan yang memiliki aquarium besar di mana ada peliharaan kesayangan Liam, dua hiu yang selalu kelaparan.
“Sakit, lepaskan tanganku!” Padahal tidak perlu sampai menyeretnya, Keira bisa berjalan mengikuti dari belakang, seketika tubuhnya gemetar melihat yang ada di depan matanya, bagaimana bisa ada di tempat seperti ini? apakah pria itu gila? apa yang mau dilakukan Liam?
“Sean, memberikan kesayanganku makan.”
Liam memerintahkan asistennya untuk memberikan makan kedua hiu peliharaannya, Liam ingin menunjukan pada Keira jika jangan pernah meremehkan sesuatu, karena Liam bukan orang yang berhati baik, jika Liam sudah sangat emosi maka Liam bisa melakukan hal apapun.
“Hentikan! baik aku akan melakukan apapun, tolong! aku tidak mau melihat semua ini,” Keira tahu apa yang di maksud oleh Liam membawa dirinya untuk melihat ini, jadi lebih baik Keira menghentikan semuanya. Membayangkan Keira berada di dalam sana, itu sangat mengerikan.
“Bagus, sesuai dengan keinginanku,”
Keira lemas terjatuh ke lantai setelah pergelangan tangan dilepas, sudah Keira katakan dia tidak suka dengan darah, tubuh gemetar dan memori tentang kejadian itu membuat Keira takut, menutup telinga rapat dan mencoba untuk melupakan kejadian itu.
“Tidak! Ayah!”
Keira pingsan, reaksi berlebihan Keira membuat Liam tidak tahu akan seperti ini, Tuan Marlon adalah seorang mafia sekaligus pembunuh bayaran, tidak mungkin Keira tidak terbiasa dengan mananya darah, apakah benar jika Keira hanya anak manja? rasanya tidak masuk akal.
Liam memutuskan untuk membawa Keira kembali ke kamarnya, setidaknya Keira sudah memutuskan untuk menyetujui penawaran, untuk masalah tanda tangan itu bisa dilakukan nanti.
“Sebenarnya apa alasan aku membawa Keira? padahal aku tidak begitu membutuhkan,”
Liam bingung, akhir-akhir ini pikirannya kacau karena selalu saja berakhir memikirkan Keira.
“Tuan Javier, sudah waktunya untuk pergi,”
Liam menjauh dari ranjang, hampir saja Liam lupa jika dirinya punya janji dengan Johan, Liam menerima jas yang diberikan Sean, meninggalkan kamar Keira, makan malam jadi sia-sia karena Keira malah tertidur.
“Terus awasi, jangan sampai gadisku kabur.”
Menjadi mata-mata negara sejak usia 18 tahun bukan hal mudah, menjadi tangan kanan untuk sebuah negara. Bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan, selain harus terus berganti-ganti identitas, terlibat dalam dunia malam di mana nyawa bukan lagi taruhannya.
Walau memang pekerjaan Liam melibatkan banyak senjata tapi Liam sangat suka mengotori tangan dengan darah, seakan dendam kematian kedua orang tuanya terbalaskan, kesenangan yang begitu aneh.
Padahal ini bukanlah impian Liam, tapi memang tidak ada yang bisa menebak masa depan, ini sudah menjadi garis takdir yang Liam terima.
Liam menerima satu pesan masuk, itu dari Johan. Pria yang memang menjadi pemeran utama kenapa Liam terjun di dunia gelap sampai sejauh ini, seorang kakak angkat yang pertemuan antara Liam dengan Johan benar-benar tidak terduga.
Sampailah Liam di semua klub malam, tempat pertemuan Liam dengan Johan. Dimana kedatangan sudah di sambut oleh pemilik klub malam, mungkin memang sudah dipesan oleh Johan sebelumnya.
“Ikuti saya Tuan Javier, nanti akan saya tunjukan ruangannya.”
“Siapa namamu? apakah kamu bisa di pesan?”
Liam dengan sengaja menggoda wanita itu, melihat suasana klub malam begitu ramai dan berisik oleh musik.
