chapter 4
Di sebuah ruangan yang bertebaran para wanita malam dan minum beralkohol dengan beraneka kadar tinggi, klub malam dengan kualitas kelas atas, mampu menarik para petinggi di negara ini atau semua orang yang ingin menghilangkan penat dunia.
Tempat yang aman untuk mafia, bandar narkoba ataupun para pembunuh bayaran, berkumpul memberikan informasi. Bahkan para pekerjaan di pemerintahan terkadang bekerja sama dengan mereka untuk menginginkan sesuatu dengan cara mudah, sangat buruk sekali. Tapi inilah yang terjadi dan tidak bisa dihindari di setiap negara.
Liam bertemu dengan kakak angkat. Ya, itu adalah Johan Greyson. Tidak ada ikatan darah di antara Liam dengan Johan, tapi ada alasan kenapa mereka bisa menjadi kakak dan adik di depan publik.
Alasan kenapa Liam belum juga mengambil alih perusahaan Ayah, yang saat ini masih di pegang oleh Johan.
“Dalam waktu dekat aku akan dipromosikan." ucap Johan. Begitu Liam masuk dan baru saja duduk di kursi, Johan langsung mengatakan inti tujuan pertemuan ini, agar tidak membuang waktu banyak.
Johan memang sudah memperkirakan langkah selanjutnya, di mana Johan akan menjadi menteri pertahan dalam waktu dekat dan segera menyerahkan posisi direktur pada Liam.
"Jadi apa perintah yang harus aku lakukan?” tanya Liam, di rumah dia sudah minum wine, kini di hadapan dengan whisky membuat Liam sulit mengabaikannya.
“Tidak. Aku hanya membutuhkan laporan kemarin,”
"Aku lupa membawanya, tapi aku sudah berhasil membunuh Marlon. Aku juga membawa putrinya sebagi tawanan saat ini, aku ingin memanfaatkan.”
“Itu pemikiran bagus, apakah kamu mau bersulang untukku? anggap saja perayaan untuk promosi yang akan aku dapatkan segera,”
Johan Greyson dan Javier Liam mengangkat gelas yang ada di tangan, lalu bersulang dan meneguk whisky bersama. Itu bisa dibilang adalah ciri Khas dari pertemanan mereka yang terjalin secara tidak sengaja, pertemuan pada 8 tahun yang lalu membuat keduanya menjadi seperti ini sekarang.
“Bagaimana jika kamu sekarang menempatkan posisi direktur?”
“Wow. Johan, ini terlalu terburu-buru untukku.”
Liam hampir saja tersedak, Liam tahu jika cepat atau lama posisi akan segera dia genggam, tapi bukan berarti itu akan langsung dilakukan hari ini bukan? Liam baru saja menyelesaikan misi terakhirnya, tidaklah ada istiahat yang Liam dapatkan?
“Usiamu sudah 26 tahun bukan? kenapa tingkahmu seperti umur 18 tahun, mau sampaikan kamu akan lari dari tanggung jawab Liam?"
Johan tahu jika Liam belum siap, tapi saat Johan di angkat menjadi menteri, tidak ada waktu untuk Johan untuk mengajari Liam, jadi Johan berpikir untuk memanfaatkan waktu yang ada.
"Perasaanku jadi buruk sekarang, aku butuh waktu." Karena suasana hatinya menjadi buruk, Liam jadi kesal dan minum whisky langsung dari botol, ini bisa membuat Liam cepat mabuk dan pertemuan jadi akan kacau.
"Liam, sampai kapan kamu ingin membuatku menjadi kakakmu? kamu tidak bisa menghindari hal ini, sejak awal ini seharusnya memang milikmu dan perusahaan ayahmu, itu adalah tanggung jawabmu, Liam."
Johan hanya bisa menghela nafas, melihat Liam selalu berakhir kesal jika sudah membahas perusahaan peninggalan ayahnya, padahal Johan ingin hanya membahas hal ini secara terbuka tapi Liam selalu salah paham.
“Ingat Liam, kamu tidak boleh mabuk. Jika seperti ini kita akhiri saja pertemuan,”
Johan terpaksa meninggalkan kursi untuk melepaskan botol yang masih menempel di bibir Liam, hanya selalu membuat Liam selalu terpuruk pada kematian ayah dan ibunya, kapan Liam akan keluar dari perasaan dendam itu.
“Kenapa? Sayang jika kita sudah memesannya tapi tidak dihabiskan.” Liam masih mencoba untuk menolak, walau kini kepala mulai terasa pusing.
"Sudahlah kita pulang saja, aku akan mengirimkan dokumen besok pagi."
Johan membantu Liam untuk keluar dari ruangan VIP, Liam bukanlah seorang peminum yang baik dan sangat mudah mabuk, Liam akan menjadi orang yang sulit dikendalikan, lalu dengan segera Johan membawa kembali Liam pulang, padahal tadinya Johan mau memperkenalkan seseorang pada Liam.
Di bantu pelayan, akhirnya Liam bisa masuk ke dalam rumah, Liam menatap Keira yang kebetulan sedang ada di ruangan tengah, tanpa rasa Liam mendekati Keira dalam keadaan kesadaran yang hampir hilang.
"Kau! Diam disana,"
Keira yang sedang menuangkan air ke gelas langsung mengalihkan pandangan, Liam terlihat sangat berbeda dari cara menatap Keira, hingga dalam satu tarikan tubuh gadis itu sudah ada di dalam dekapan.
Dan Keira terkejut dengan bau alkohol dari Liam yang menandakan saat ini sedang mabuk, jika Keira melakukan perlawanan maka ini akan membahayakan Keira, apalagi Keira tahu dengan jelas Liam sedang menatap dengan kebencian di matanya.
"Kamu harus membayar setiap luka yang telah dilakukan ayahmu. Keira!" Kedua tangan Keira mencengkram kuat bahu Keira, menunjukan jika luka di dalam diri itu sangat besar, membunuh Marlon belum memuaskan semuanya.
"Katakan, hal apa yang sudah ayahku lakukan Tuan Javier."
Keira bisa melihat jelas, ada duka besar di mata Liam, seandainya Liam mau menceritakan apa yang terjadi, Keira bisa membatalkan balas dendam.
Bukan menjawab Liam malah mendorong Keira hingga jatuh dan tubuh membentur meja yang membuat bahu Keira terluka, lalu Liam tanpa rasa bersalah memilih untuk pergi dari sana, dengan langkah yang susah Liam melangkah untuk ke kamar.
Keira merintih kesakitan, melihat bahu yang mengeluarkan darah, Keira hanya bisa menatap bingung pada Liam, setelah mengatakan semua itu, bagaimana bisa Liam langsung pergi begitu saja, Keira tidak bisa hanya diam saja, rasa penasaran Keira semakin kuat dan Keira harus mencari tahu semua yang terjadi antara Liam dengan ayah.
“Nona, biar kami yang membantu mengobatinya.” Para pelayan melihat Keira dengan iba, siapa yang tidak kasihan pada Keira, di bawa kesini untuk menjadi pelampiasan dari kemarahan tidak ada habisnya, apalagi Keira semakin hari tubuh semakin kurus.
“Tidak perlu, kalian seharusnya tidak melihat ini.” Keira merasa malu, Keira memutuskan untuk menolak bantuan pelayan, dengan susah Keira memutuskan untuk kembali ke kamar.
Keira menghela nafas kesal, membalik tubuh dan melihat pada pelayan yang mengikuti Keira secara diam-diam, apa yang sebenarnya mereka inginkan dari Keira?
Keira hanya tidak suka di kasihani dan bantuan apapun, kenapa mereka harus peduli pada Keira?
“Jangan mengikutiku!”
“Kami hanya ingin mengobati bahu Nona, walau Tuan Javier kasar pada Nona tapi kami di sini mencoba untuk melakukan terbaik, jadi tolong jangan menolak Nona Keira.”
Bukan senang Keira malah semakin kesal mendengar perkataan Pelayan, memang apa untungnya menerima bantuan, tidak ada untung Keira semua itu.
“Aku tidak butuh, jika kalian masih keras kepala, aku akan menolak makan!”
Keira kembali ke kamarnya, melihat catatan di buku yang di mana isian itu adalah rencana yang Keira siapkan, apa masalah Tuan Marlon dengan Liam yang melibatkan kedua orang tua Liam?
Apakah di masa lalu Tuan Marlon telah membunuh kedua orang tua Liam?
“Sial, kenapa darah tidak mau berhenti mengalir!”
