chapter 2
Semenjak kejadian hari itu Keira benar-benar dikurung di sebuah rumah yang sangat besar dari rumah miliknya, dia dikurung di dalam kamar besar yang tidak memiliki cela untuk melarikan diri, padahal Keira sudah diajarkan oleh sang ayah untuk bisa melepaskan diri jika terjadi sesuatu.
Tapi sepertinya ruangan itu dirancang untuk tidak bisa melarikan diri.
Seminggu sudah Keira berada di sandaran.
“Hei! Buka pintunya!” Tangan Keira mengendur-menggedor pintu. Hal yang Keira lakukan hampir setiap harinya.
“Aku perlu berbicara dengan Tuan brengsek!”
Saat itu juga pintu terbuka, Liam masuk dengan raut wajah dingin dan aura dominan, Liam berjalan dengan pakaian serba hitam dari atas hingga bawah.
Keira menatapnya dengan penuh dendam, orang yang sudah menghancurkan kehidupannya, datang dengan wajah tanpa rasa bersalah, Keira pastikan wajah itu tidak akan pernah bisa datar lagi.
“Apa yang ingin kau katakan pada pria brengsek ini?”
“Lepaskan aku, seperti yang ayahku katakan, aku hanya seorang anak angkat Kau juga sudah membalas semua dendammu.” Ucap Keira, sejujurnya Keira ingin membalas apa yang sudah terjadi, tapi saat ini Keira hanya sendirian, lebih baik Keira pergi dari semua hal ini.
Tapi suatu hari dia akan tetap membalas dendam atas ayahnya.
Liam tertawa mendengarkan apa yang Keira katakan, melepaskannya? lelucon apa yang sedang Keira katakan?
“Aku tidak peduli, kau anak kandung atau bukan, jika sudah bersama Marlon itu berarti kau orangnya.”
Liam mendekati Keira, hanya memastikan saja. “Aku mau menemuimu karena ada perjanjian yang ingin aku tawarkan,”
“Aku tidak tertarik!” Tidak mungkin Keira melakukan kerjasama dengan musuhnya, Keira tahu jika itu sama saja dengan menghianati ayahnya.
“Jangan langsung menolaknya, aku belum mengatakan apapun.”
Tangannya menarik dagu Keira agar melihat ke arahnya, pertemuan pertama setelah beberapa hari Liam sibuk dengan pekerjaannya, benar yang di katakannya, Keira tidak memiliki kemiripan apapun dengan Marlon.
“Dan aku tidak akan mendengarkan apapun.”
Keira menepis tangan Liam yang menyentuh wajahnya, hanya tidak suka dengan tingkahnya yang tidak sopan menyentuh dirinya, tapi Liam malah menarik pergelangan tangan Keira, menatap tidak suka dengan penolak Keira.
“Dengan Keira. Ayahmu yang menghancurkan hidupku, maka kau yang harus menanggungnya.”
Kali ini Keira bisa merasakan ada kemarahan besar di mata Liam, pergelangan tangan terasa sakit karena Liam begitu kuat menggenggamnya.
“Sakit! Lepaskan tanganku.”
“Aku akan kembali nanti dalam dua hari, pikirkan baik-baik. Aku tidak mau mendengarkan ada penolakan lagi.” ucap Liam, akhirnya dia melepaskan tangan Keira, lalu mulai melangkah meninggalkan ruangan, dengan dua tangan yang dimasukan kedalam saku celana.
Keira hanya terdiam melihat Liam meninggalkan ruangan, kenapa hal ini terjadi lagi? Kenapa di dalam hidupnya tidak ada sesuatu yang membuat Keira bersyukur lahir di dunia ini?
Ini terlalu kejam untuk Keira yang bahkan di buat oleh kedua orang tuanya.
Kini kehidupan Keira kembali ke titik dimana dia harus dipaksa membuat pilihan antara bertahan hidup atau mati, jika memilih mati itu sama dengan Keira mensia-siakan kematian sang ayah, padahal ayahnya sudah meninggalkan pesan untuk melakukan balas dendam, jika memilih untuk bertahan hidup dengan menerima tawaran, sama saja Keira membiarkan harga dirinya dikendalikan oleh orang yang sudah membunuh ayahnya.
“Ayah, apa yang harus aku lakukan?” Keira menatap langit kamar berwarna putih, apa yang akan terjadi kedepannya, Keira rasa tidak ada jalan untuk Keira menjalani hidup, sampai kapan Keira akan di kurung seperti seekor burung di dalam sangkar?
Keira melewatkan makan siang dan makan malamnya, sejak Liam meninggalkan Keira, saat itu juga Keira belum menyentuh makanannya, banyak hal yang Keira rasakan entah itu ketakutan dan kebencian yang membuat Keira tidak mampu untuk memilih, perjanjian dan juga balas dendam.
Hingga keesokan harinya Keira masih belum menyentuh sarapan pagi yang sudah disiapkan oleh pelayan, semalam Keira tidak bisa tidur di tambah dengan mimpi buruk semakin membuat Keira berjaga semalaman, wajah pucat Keira mulai membuat para pelayan merasa akan terjadi hal buruk.
Kepala mereka bisa terpegal jika Keira terus menolak makan.
“Nona, tolonglah sentuh sedikit sarapan anda,” ucap salah satu pelayan, seperti wanita yang memanggil Keira 'nona' adalah pimpinan dari semua pelayan yang ada di rumah besar ini, wajahnya yang terlihat berusia 50 tahun, mulai merasa ketakutan dengan apa yang akan terjadi jika Keira kembali menolak makan.
“Aku tidak ingin memakannya, kalian jangan datang lagi.” Keira menolak keras walau kini tubuhnya sudah tidak bertenaga lagi, mulutnya tertutup rapat saat mereka berusaha menyuapi Keira.
“Nona, setidaknya makanlah demi kami, Tuan Javier akan sangat marah jika mendengar laporan jika Nona tidak mau makan lagi, kita semua diancam akan dipenggal kepalanya, jadi aku mohon Nona, Aku masih memiliki dua orang anak yang membutuhkanku.” Ucap pelayan dengan putus asa, hidupnya bergantung di kediaman Liam.
Keira merasa iba dengan apa yang mereka lakukan sampai berlutut, Keira tidak bisa egois sekarang hanya karena tidak mau makan, ada banyak nyawa yang mungkin akan menghilang karena keegoisannya. Keira kembali menatap pelayan itu sedikit tersenyum pada mereka dan mengambil sarapan untuk Keira.
“Aku akan memakannya, kalian bisa kembali bekerja sekarang, aku janji saat kalian kembali aku sudah menghabiskan sarapan.” Memiliki hati yang lembut memang kadang membuat Keira tidak bisa melihat kesedihan orang lain.
Para pelayan yang terdiri dari tiga orang itu bangun dari posisinya, mereka tersenyum senang dengan apa yang Keira karakan, dengan semangat mereka membiarkan Keira sarapan dengan tenang.
Keira kembali merasakan kesendirian di ruangan, Keira menatap tidak minat pada makanan yang ada di tangannya, tapi tetap saja sekeras apapun Keira menolak pada akhirnya perutnya membutuhkan nutrisi untuk diisi dan tenaga untuk bertahan hidup.
Sandwich yang berisikan daging menu sarapan kali ini, sedikit demi sedikit Keira memakannya dengan lahap. Padahal tadinya Keira menolak untuk makan, tapi sekarang Keira seperti menyukai sandwich itu.
Setelah selesai menghabiskan sarapan, setelah terkurung di sini, Keira belum pernah mandi. Jadi sekarang Keira perlu untuk membersihkan diri.
“Apakah ada pakaian untukku?” Keira bertanya, di ruangan ini memang ada lemari, tapi apakah di dalamnya ada pakaian untuk wanita? Keira memutuskan untuk membuka lemari dan melihatnya.
“Apakah semua ini sudah di rencanakan? bahkan ada pakaian dalam juga.”
Keira terkejut karena di dalam lemari itu lengkap dengan pakaian wanita yang tersusun rapi, itu berarti memang semua ini sudah disiapkan bukan? hal ini semakin membuat Keira penasarn. Dendam yang Liam miliki pada ayah, Keira masih belum menemukan titik terang untuk masalah ini.
