Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Apapun Akan Kulakukan Untuk Merebutmu Dari Suami Sintingmu

Bab 9 Apapun Akan Kulakukan Untuk Merebutmu Dari Suami Sintingmu

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini untuk orang lakukan. Jika kita memiliki hati, semuanya adalah mungkin.

-King 2 Hearts-

"Kukira kamu bermimpi tentang kita," kata Allen saat Kiara bercerita mimpinya tadi saat dia tidur di kelas.

"Kurasa itu ingatanmu yang hilang." Naraka mengangkat bahu lalu menyeringai, wajahnya terlihat sedikit menyeramkan. "Ahh, itu hanya awalan. Haruskah aku memberitahumu lebih banyak?"

"Apa maksudmu?" Apa Naraka mengetahui ingatan penting yang dilupakan Kiara?

Tetapi Naraka hanya diam menatap jalanan basah di luar kafe karena hujan.

Kiara mendesah, dia beruntung saat sampai di rumah Raskal belum pulang. Mungkin benar, sekarang Raskal banyak pekerjaan. Bahkan kemarin lelaki itu pulang hampir tengah malam dan membuat Kiara kesal harus menunggu.

"Apa dia akan pulang tengah malam lagi?" tanya Kiara menatap langit-langit kamar. Akhir-akhir ini Kiara sering menghabiskan waktu bersama Raskal-meski kebanyakan lelaki itu tidak bersuara-membuat Kiara sedikit kesepian karena tidak ada seseorang yang biasa dia jadikan omelan.

Kiara bangun, melihat tanggal di jam digital kesayangan Raskal. Sontak saja dia mengerutkan kening bingung melihat tanggal yang tertera.

"Tanggal delapan? Itu berarti ..." Kiara mendesah, Kafka pernah bilang kalau dia akan kembali ke Kalimantan tanggal tujuh bulan sekarang. Itu berarti sekarang Kafka sudah pergi lagi. Kiara menghela napas, tidak ada harapan baginya untuk benar-benar lolos dari Raskal.

Sesaat kemudian Kiara menyeringai. "Ahh bodohh. Sekarang, kan, sudah ada internet. Aku hanya perlu menghubungi bang Kafka lewat skype atau facebook. Ah, kenapa aku melupakan hal sepenting itu."

Buru-buru Kiara pergi ke ruang kerja Raskal, mengejek selera ruangan Raskal yang terlalu sederhana. Dengan semangat dia membuka laman web, namun ketika dia hendak mengetik nama akun skype, senyum di wajah Kiara langsung pudar saat sadar kalau Kafka sangat jarang membuka media sosial apa pun termasuk skype. Apalagi katanya di Kalimantan jarang ada signal saat malam hari.

"Kenapa hidupku apes mulu? Harusnya waktu itu aku nurut pas Bang Kafka nyuruh buat hafalin nomor orang," desah Kiara kesal. "Ughh, lapar. Di kulkas ada makanan tidak, ya."

Kiara pergi ke dapur, mencari makanan atau bahan makanan yang bisa dia masak. Namun tidak ada apa pun, Raskal lupa membeli persediaan sedangkan Kiara malas belanja. Dia takut bertemu dengan Raka dan Allen di tempat umum seperti dahulu.

"Bukannya Raskal punya motor?" Dan Kiara kembali menyeringai lebar saat punya ide bagus dalam kepalanya.

"Mau ke mana?" tanya Raskal, berdiri di belakang Kiara.

Sontak Kiara menjerit ketakutan, dengan kesal dia berbalik dan memukul tangan Raskal dengan kunci motor yang dia pegang. "Ishh, kalau aku mati jantungan gimana."

"Tinggal bawa ke rumah sakit."

Kiara hanya mendesis, kenapa Raskal malah pulang cepat? Dia kira lelaki itu akan pulang tengah malam seperti biasa.

"Kamu mau ke mana?"

Kiara salah tingkah. "Aku-aku mau pergi ke mini market beli makanan. Lapar. di kulkas tidak ada makanan apa-apa."

Raskal menatap kunci yang dipegang Kiara, sontak raut wajahnya berubah saat menyadari sesuatu. "Kamu mau pergi naik motor?"

Buru-buru Kiara menyembunyikan kunci motor ke belakang tubuhnya, dia memandang ke arah lain, sama sekali tidak berani menatap mata Raskal. "Ng-tidak, siapa juga yang mau naik motor."

"Lalu, ini apa?" Raskal menarik tangan Kiara dan menunjukan kunci yang dipegang oleh perempuan itu. "Kamu mau pergi naik motor? Sendirian?" Raskal memejamkan mata sesaat. "Sekarang kamu masuk lagi, biar saya yang beli makanan buat kamu."

Kiara mendelik tidak setuju. "Apaan sih?! tidak, aku mau pergi sendiri. Lagian kamu baru aja pulang, mending kamu mandi terus istirahat."

Tatapan Raskal menajam. "Kamu pikir saya akan tenang istirahat sedangkan kamu pergi padahal lagi sakit. Apalagi naik motor malam-malam, kalau naik motor sendirian nanti kamu tambah sakit. Sudah, biar saya saja yang pergi."

"Siapa juga yang sakit? Aku baik-baik aja, kok."

"Jangan keras kepala!" Raskal merebut kunci motor dari tangan Kiara. "Saya pergi keluar dulu. Kamu jangan ke mana-mana, duduk di sofa dan tunggu. Saya tidak akan lama perginya."

Kiara menatap punggung Raskal, kenapa lelaki itu terlihat sangat berbeda hari ini. Kelihatannya sangat khawatir padanya yang jelas sangat baik-baik saja. Bahkan Raskal terlihat lebih manusiawi sampai-sampai Kiara ... perempuan itu menggelengkan kepala saat pemikiran aneh melintas ke kepalanya.

"tidak mungkin. Aku pasti sudah gila kalau iya," gumam Kiara menepuk-nepuk pipinya sendiri.

"Hei, Putri Tidur, bangun! Sudah malem," kata Reno menggoyangkan bahu Kiara agar bangun karena kelas sudah bubar sejak tadi. "Bagaimana bisa dia jadi asdos kalau kerjaannya tidur mulu." Sekali lagi Reno berusaha membangunkan Kiara. "Kiara! Pak Raskal datang!"

Sontak Kiara langsung bangun sambil mengusap iler, dia melihat ke sekitar yang sepi. Menyadari kalau Reno sedang mengerjainya, Kiara langsung mencubit lengan Reno sekuat tenaga.

"Aw aw, sakit, Kiara!" Reno mengusap tangannya yang sakit, menatap horor Kiara yang kini memasang wajah seseram Voldemort dan Kronos. "aku cuma mau bangunin kamu, kelas udah bubar dari tadi. Tapi kamu masih aja tidur. Begadang, ya, semalem."

"Reno!" Tanpa alasan yang jelas Kiara memukuli Reno dengan buku catatan sampai lelaki itu mengaduh kesakitan. "Jangan ngomong sembarangan!"

"Apaan, sih. aku cuma ngomong begadang. tidak ada yang salah perasaan." Reno menatap Kiara curiga. "Jangan-jangan ... semalem kamu ..."

Wajah Kiara memerah, dia memalingkan wajah dan bergumam kalau semalam dia tidak begadang. Kiara memang punya kebiasaan tidur saat dosen menjelaskan materi. Namun sayangnya Reno bukan tipe orang yang mudah percaya, dia malah terus menggoda Kiara dan membuat perempuan itu salah tingkah.

"Yahh, sayang sekali kamu udah punya pacar."

Kiara mengerutkan kening. "Apa?"

Reno mengangkat bahu sambil tersenyum kecil. "Ya, sayang sekali. Padahal kamu itu-"

"Kiara!"

Kiara dan Reno menoleh ke arah pintu. Reno mengerutkan kening bingung sedangkan Kiara buru-buru bangkit.

"Bukankah kelasnya sudah bubar dari tadi. Kenapa kamu masih di sini?" Tatapan Raskal beralih pada Reno. "Bersama dia?"

Kiara mengerjap saat melihat Raskal memasang wajah dingin, terlihat jelas kalau lelaki itu tidak suka Kiara berdekatan dengan lelaki lain. "Itu ... kami cuma-"

"Kiara ketiduran tadi, saya tidak tega bangunin dia. Makanya saya tungguin Kiara sampai bangun."

Tatapan Raskal sama sekali tidak terlihat bersahabat meski bibirnya menyunggingkan senyum kecil. "Kamu tidak perlu repot-repot nungguin Kiara."

"tidak apa juga, Pak. Mana saya tega ninggalin Kiara tidur sendirian di kelas." Reno mengedipkan mata pada Kiara yang langsung dibalas pelototan oleh Kiara.

Wajah Raskal mengeras. "Sekali lagi saya bilang tidak perlu. Kamu tidak perlu menunggu Kiara. Kalau kelas sudah bubar, langsung pergi saja."

Kiara mengusal leher, merasa sangat canggung melihat Raskal yang bersikap sedikit kasar pada Reno. "Raskal," bisik Kiara berusaha memperingati Raskal untuk tidak bicara lagi. "Dia cuma nungguin aku, kok. Jangan berlebihan deh."

Reno menaikan sebelah alis melihat interaksi Kiara dan Raskal. "Apa kalian saling kenal? Kalian terlihat sangat akrab."

Wajah Kiara memucat, apa jangan-jangan Reno curiga padanya.

"Dia is-"

"Kami sepupuan!" seru Kiara cepat, tidak memedulikan delikan marah Raskal. Untuk saat ini dia hanya perlu melindungi dirinya.

Reno mengangguk mengerti. "Ohh, pantes aja. Kalian terlihat sangat dekat."

Raskal tidak menghiraukan perkataan Reno, dia menarik tangan Kiara lalu keluar meninggalkan Reno yang menatap mereka bingung sebelum menyunggingkan senyum.

"Ahh, perempuan yang menggemaskan," gumam Reno tersenyum sangat lebar. "Sayang, dia udah nikah."

Kiara tidak mampu memandang mata Raskal yang seolah memancarkan sinar laser milik Superman, maka dari itu dia memandang ke arah lain. Dalam hati Kiara menggerutu, kenapa sikap Raskal cepat sekali berubahnya. Padahal tadi pagi Raskal terlihat begitu baik, tapi kenapa sekarang sikapnya jadi sangat beda. Jangan-jangan Raskal punya kepribadian lain.

"Berhenti menatapku seperti itu!" seru Kiara tidak tahan lagi.

Raskal mendengus, dia menyandar ke punggung kursi, matanya menatap Kiara kesal. "Sepupu? Sejak kapan kita sepupuan."

Kiara langsung mengalihkan perhatian ke arah lain, lagi-lagi menggerutui dirinya yang menganggap Raskal keren saat duduk seperti itu. "Kita, kan, memang sepupuan. Nenek moyang kita sama, Nabi Adam, otomatis kita jadi sepupu dari sepupu-sepupu-sepupu lain."

Raskal mengangguk dan memasang wajah mengejek. "Emhh, benarkah? Saya kira kamu lebih dari sepupu." Raskal mengangkat bahu. "Atau kamu malu bilang kalau kamu istri saya? Haruskah saya mengulangi kejadian semalam biar kamu sadar kalau kita lebih dari sepupu?"

Sontak wajah Kiara langsung memerah saat mengingat kejadian semalam. Dia mengeluh dalam hati, kenapa semalam dia bersikap agresif. "Itu tidak ada hubungannya. Semalam aku lagi khilaf."

"Khilaf? Saya malah lebih senang kalau kamu bilang lagi sadar."

Kiara hanya mendesis, pasrah saja saat Raskal mengejeknya sedemikian rupa. "Dasar brengsek!"

Raskal terkekeh, namun sesaat kemudian dia kembali memasang wajah serius. "Jangan pernah sekali pun kamu menyangkal bahwa kamu istri saya, sekali lagi saya mendengar kamu mengaku sebagai sepupu, sahabat, saudara saya. Saya tidak akan segan-segan untuk hukum kamu."

Kiara mengerjap, dia tidak punya pilihan lain lagi selain mengangguk setuju. Kemudian tanpa disangka-sangka, Raskal menarik kepala Kiara dan mengecup bibir perempuan itu.

Raskal menyeringai. "Itu hukumanmu karena mengaku sebagai sepupu saya."

Wajah Kiara semerah tomat, dengan kesal dia melempar tasnya ke perut Raskal. "Brengsek! Beraninya kamu menciumku!"

Raskal malah tersenyum, dia mengacak rambut Kiara hingga berantakan. "Jangan kasar begitu sama suami, nanti kamu dosa." Raskal melihat jam tangannya. "Saya tidak bisa anter kamu pulang, makanya saya pesenin taksi. Hati-hati, jangan ke mana-mana setelah pulang. Diam di rumah dan tunggu saya pulang."

Kiara mendesis, memangnya dia akan menuruti perintah Raskal?

Tanpa memedulikan Raskal, Kiara pergi begitu saja. Masuk ke dalam taksi yang sudah dipesan Raskal. Terus saja menggerutui sikap Raskal yang seenaknya sendiri tanpa memikirkan Kiara.

"Kenapa juga aku harus terjebak dengan lelaki sinting macam dia?!"

"Mau langsung pulang?" tanya sopir taksi.

"Sebenarnya aku tidak mau pulang, tapi lelaki sinting itu pasti marah kalau aku tidak menuruti perintahnya."

"Ya sudah, kita main saja," timpal seseorang.

Kiara mengerutkan kening, merasa familiar dengan suara yang didengarnya. Kiara langsung melongo saat melihat siapa yang duduk di kursi depan. "Lho, kalian ... bagaimana bisa?!"

"Jangan tanya padaku!"

"Tentu saja bisa. Apa pun akan kulakukan untuk merebutmu dari suami sintingmu."

Kiara hanya bisa membenturkan kepalanya ke jendela taksi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel