Bab 7 Saya Tidak Peduli Kalau Kamu Menghabiskan Uang Saya
Bab 7 Saya Tidak Peduli Kalau Kamu Menghabiskan Uang Saya
"Carilah teman, tidak masalah seberapa banyak ... tapi pastikan mereka adalah teman yang bisa kamu percaya, walaupun sedikit itu sudah cukup."
–Naruto–
Kiara mendesah panjang, kedua matanya melihat langit-langit kafe dengan pandangan kesal. Dia sudah berusaha untuk membuat dirinya jadi buruk di mata Farah, mulai dari menjadi istri yang centil dan menyebalkan, jadi menantu matre dengan menghabiskan semua uang Raskal.
Namun segala usaha yang dilakukan Kiara sia-sia belaka. Saat dia bersikap menyebalkan di depan Farah, wanita paruh baya itu malah senang karena ada perempuan yang berani bermanja dengan Raskal yang dingin seperti batu es. Lalu saat Kiara dengan sengaja mengajak Farah belanja gila-gilaan menggunakan kartu kredit yang diberikan Raskal, Farah malah senang dan mendukung Kiara untuk menghabiskan uang anaknya.
Tampaknya Farah sama sekali tidak terganggu dengan sikap Kiara. Perempuan itu sampai tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan agar Farah membencinya. Semua yang dilakukan Kiara sia-sia saja.
"Sekeras apa pun kamu mencobanya, pada akhirnya kamu akan gagal."
Kiara memejamkan mata, teringat dengan perkataan Naraka tempo lalu. Apa mungkin hal ini yang dimaksud oleh lelaki itu? Jangan mencoba karena pada akhirnya Kiara akan gagal terus? Ya ampun, bagaimana bisa Naraka tahu hal ini? Apa jangan-jangan Naraka seorang peramal? Kemudian Kiara ingat lagi teriakan Allen yang mengatakan kalau kata-kata yang diucapkan Naraka tidak pernah salah.
"Apa?!" tanya Kiara saat mengangkat telepon dari Raskal. Apa lelaki itu tidak bosan meneleponnya terus?
"Di mana sekarang?"
"Di hatimu," jawab Kiara asal. Dia sedang kesal dan Raskal membuatnya tambah kesal saja.
Lama Raskal menjawab, sepertinya lelaki itu sedang bicara dengan seseorang. "Jangan kemaleman pulangnya."
Kiara menatap ponselnya, Raskal meneleponnya hanya untuk mengatakan hal itu? Menyebalkan, pikir Kiara menyumpahi sikap Raskal yang akhir-akhir ini sedikit berubah. Jadi menyebalkan dan sedikit cerewet.
"Kiara, kita ketemu lagi!!" seru Jared tiba-tiba, dia tersenyum lebar melihat Kiara, dan duduk di meja Kiara tanpa permisi.
Kiara sedikit terkejut, dia mencoba untuk tersenyum. "Oh, hei. Kamu ..." Kiara sedikit lupa dengan orang di hadapannya.
Jared memutar bola mata cemberut. "Yahh, masa sudah melupakanku begitu saja?! Ini aku, Jared, yang tidak sengaja menabrakmu seminggu yang lalu."
Kiara baru ingat. "Eh, iya. Kamu, Jared."
"Kalau sama aku ingat tidak?" Allen datang dan duduk di depan Kiara, disusul oleh Naraka yang hanya menatap Kiara tanpa berniat untuk menyapa.
"Kalian ... berteman? Tunggu, rasanya aku tidak asing lagi dengan kalian."
"Kita pernah ketemu," kata Allen.
Kiara menggeleng. "Bukan itu, tapi aku sering lihat kalian, tapi tidak tahu di mana. Aku lupa."
Allen dan Jared berpandangan curiga, Naraka hanya memandang keluar kafe. Kemudian Allen dan Jared tertawa senang dan menatap Kiara penuh minat. Allen berdehem kemudian menyanyikan lagu yang sering didengar oleh Kiara. Sontak perempuan itu berteriak heboh.
"Astaga, kalian-kalian itu yang ... astaga kalian Another band? Ya Tuhan!" Kiara menutup mulut, tidak memercayai apa yang sedang dialaminya. "Ini-"
Bagi para penggemar rock pasti akan tahu siapa Another, band asal Kanada yang berhasil mencuri perhatian orang hanya dengan satu single lagu. Dan sayangnya para personil Another sangat tertutup, makanya jarang ada orang yang tahu wajah mereka selain yang punya album dan nonton konser Another secara langsung.
Dan Kiara sangat beruntung bertemu dengan para personil Another yang ternyata masih muda. Allen bilang kalau usianya baru 23 tahun, Jared 22 tahun sedangkan Naraka yang paling muda 20 tahun.
"Dia bukan hanya yang paling muda, tapi paling nyebelin, datar, tapi pintar." Jared melirik Naraka yang terlihat enggan masuk ke dalam obrolan.
"Pantas saja aku tidak-maksudku, tidak asing lagi dengan kalian. Karena kalian itu, astaga. Aku benar-benar tidak percaya dengan semua ini." Kening Kiara berkerut. "Tapi bagaimana bisa kalian pandai berbahasa Indonesia? Lalu apa kalian tidak berencana membuat album baru lagi? Terus kenapa kalian ada di sini? Bahkan aku melihatmu jualan apel."
Jared dan Allen tampak kesulitan mencerna perkataan Kiara. Mereka bilang kalau Naraka menguasai banyak bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Karena mereka ada proyek di sini, mereka meminta Naraka untuk mengajari mereka bahasa Indonesia.
"Mungkin kami akan pergi satu bulan lagi. Dan waktu itu, kami memang sengaja melakukannya. Noah-pria yang punya banyak sekali uang-menyuruh kami untuk melakukan itu demi popularitas."
Kiara mengerti. Perasaannya meluap-luap. Sudah sangat lama dia menyukai lagu-lagu yang dibawakan oleh Another. Meski Kiara tahu banyak orang yang bilang kalau para personil Another sengaja menutup diri karena mereka orang jelek tapi punya suara bagus. Namun rupanya, anggapan orang-orang itu salah.
Allen, Jared, terutama Naraka memiliki wajah yang sangat, sangat tampan. Sikap mereka juga jauh dari kata sombong. Lalu kalau begitu kenapa mereka malah menyembunyikan diri.
"Berhentilah berpikir tentang kami!" Untuk pertama kalinya Naraka bersuara, dia terus menatap keluar kafe tanpa berniat melihat Jared, Allen, dan Kiara yang melongo.
"Jangan begitu, Naraka. Bagaimana pun juga Kiara ini fans kita-dilihat dari ekspresi wajahnya saat melihat kita-jadi, perlakukan dia dengan baik."
Naraka hanya melirik Allen tanpa berniat membalas.
Kiara hanya diam, masih tidak percaya dengan apa yang dialaminya saat ini. Mimpi apa coba Kiara bisa bertemu dengan para personil Another secara langsung.
"Kamu dari mana saja? Itu apa?" Jared bertanya.
Kiara ikut melihat kantung belanja yang disimpan di ujung meja. "Buku."
"Buku? Sebanyak itu?" Allen menggelengkan kepala tidak percaya. "Selesai berapa bulan itu?"
Kiara terkekeh, "Sesungguhnya aku tidak berniat membeli banyak buku."
Mata Allen menyipit. "Jangan-jangan kamu benar-benar melakukan rencanamu? Untuk membuat, siapa itu, ibu me-mer-tau benci padamu, kan."
Senyum Kiara melebar saat Allen berkata salah. "Mertua, bukan mertau." Allen hanya tersenyum. "Tapi ... kamu tahu dari mana? Aku bahkan tidak mengatakannya pada siapa pun."
Allen menarik bahu Naraka sambil tersenyum sangat lebar. "Asal ada Naraka, kami bisa mengetahui apa pun." Melihat Kiara memasang ekspresi tidak percaya, Allen menambahkan, "Naraka ini bisa mengetahui pikiran setiap orang. Dia juga, bisa tahu masa depan orang. Aneh, kan."
Kiara mengangguk setuju, dia memandang Naraka penuh selidik. Apa benar lelaki datar itu bisa mengetahui pikiran dan mengetahui masa depan setiap orang? Tapi apa mungkin? Adakah orang seperti itu di dunia?
"Awalnya kami juga tidak percaya. Mana ada orang bisa mengetahui pikiran dan mengetahui masa depan setiap orang. Tapi, setelah Naraka menunjukan kemampuannya, kami jadi percaya."
Sedikit masuk akal, pikir Kiara setuju. Lalu apa Naraka melihat masa depannya sehingga melarangnya untuk melakukan hal yang akan sia-sia. Pantas saja. "Tapi, tetap saja. Benar-benar tidak dipercaya."
Allen dan Jared mengangkat bahu bersamaan. "Sudahlah, jangan terlalu percaya juga. Oh iya." Jared menatap tumpukan buku milik Kiara. "Aku hanya memberi saran, jangan membeli buku kalau ingin dibenci oleh ibunya Raskal. Wanita matre itu biasanya selalu beli baju, sepatu, tas, dan sebagainya. But, book? Are you kidding me?!"
"Harusnya kamu jadi profesor saja daripada jadi wanita matre."
"Nyonya Farah menyukai buku, usahamu sia-sia saja." Naraka ikut berkomentar, nadanya datar dan sedikit tidak menyenangkan.
Kiara memercayai, pantas saja selama ini Farah tidak keberatan jika Kiara menghabiskan uang Raskal. Harusnya sejak awal dia tidak membeli buku tapi barang-barang wanita seperti yang disebutkan Jared tadi.
Usaha Kiara kali ini gagal lagi.
Perempuan itu merengut, sepertinya dia memang harus bersabar menunggu Keyra kembali.
Jared dan Allen memperhatikan Kiara yang berjalan pergi. Mereka berkomentar tentang mood Kiara yang cepat berubah. Padahal tadi Kiara terlihat sangat senang saat bertemu dengan mereka, tapi setelah diberi tahu kalau Kiara melakukan kesalahan moodnya langsung down seketika.
"Padahal aku sangat menyukainya. Kapan dia cerai dari Raskalnya?" Allen mendesah.
"Kata Naraka, mereka akan berpisah setelah Keyra kembali."
"Kalian tidak akan tahu apa yang akan terjadi nanti." Naraka ikut berkomentar.
Malam itu Kiara sedang membereskan buku yang dibelinya tadi siang ke lemari yang baru dibeli Raskal kemarin lusa khusus untuk buku fiksi milik Kiara. Perempuan itu melihat Raskal yang akhir-akhir ini sering mengunjungi perpustakaan kecil, biasanya lelaki itu lebih suka duduk di depan laptop daripada duduk manis sambil membaca buku.
"Raskal, tebak! Tadi siang aku bertemu dengan siapa?" Kiara memulai pembicaraan, dia mendekati Raskal yang sedang membaca buku-yang tidak dimengerti Kiara-setelah mengambil buku yang belum dibaca.
Raskal hanya melirik Kiara sekilas. "Saya tidak tahu."
Kiara mencebik kesal, tidak bisakah Raskal menebak sedikit saja bukan langsung bilang tidak tahu. "Tadi siang aku ketemu sama Another band. Whoahh, mereka tampan-tampan. Kamu masih ingat tidak, sama laki-laki yang ngasih kita hadiah pas beli apel? Mereka itu personil Another. tidak nyangka sekali bisa ketemu sama mereka!!"
Raskal masih terlihat tidak tertarik. "Mereka hanya personil band urakkan."
"Kata siapa urakan?! Mereka itu baik sekali, ramah, apalagi mereka itu band asal Kanada. Sudah terkenal, tapi tidak sombong. Terbuka sekali."
"Kalau memang mereka terkenal, mereka tidak akan bisa sebebas itu."
"Bukan gitu, hampir semua orang tidak ada yang tahu rupa para personil Another, makanya mereka bisa bebas."
"Kamu percaya sama mereka, padahal kamu juga tidak tahu rupa mereka seperti apa. Pembohong!"
Kiara kesal, kenapa Raskal malah menjelek-jelekkan para personil Another yang baik. "Bukan pembohong. Aku mendengar Allen nyanyi, suaranya sama seperti vokalis Another."
"Suara bisa ditiru sama siapa pun."
Kiara benar-benar kesal, ingin rasanya dia memukul kepala lelaki itu agar cepat sadar dan memperbaiki kesalahannya. Tapi Kiara tidak melakukannya, dia malah tersenyum sangat lebar saat menyadari sesuatu.
"Apa kamu sedang kesal padaku?" tanya Kiara tiba-tiba.
Raskal tidak melirik Kiara sama sekali. "Kesal kenapa?"
"Kamu pasti kesal karena aku menghabiskan uangmu, makanya kamu nyangkal setiap kali aku memuji Another. Apa kamu ada rencana untuk menceraikanku."
Raskal malah tersenyum miring, dia menutup buku dan menatap Kiara dari jarak sangat dekat. "Saya tidak peduli kalau kamu menghabiskan uang saya. Karena saya masih punya banyak uang untuk kamu habiskan."
Kiara merengut mendengar perkataan Raskal, tambah kesal lagi saat lelaki itu menyentil keningnya. Kenapa Raskal punya banyak uang? Padahal Kiara banyak menghabiskan uang Raskal, tapi lelaki itu malah baik-baik saja. Aneh. Kiara melihat Raskal yang pergi kemudian datang lagi sambil membawa sesuatu yang membuat Kiara terkejut setengah mati.
"Ini ... bagaimana bisa?"
