Bab 6 Baju Couple
Bab 6 Baju Couple
"Kalau kamu terus berpikir dan tidak melakukan apa pun, kamu akan tertinggal jauh."
–Hunter X Hunter–
Kiara bersenandung ria mengikuti lagu yang diputar di radio mobil, sesekali dia mengajak Raskal bernyanyi meski tidak ditanggapi oleh Raskal, dan hanya melirik Kiara datar. Menyebalkan, tapi Kiara tidak peduli. Dia lanjut bernyanyi sampai mengejutkan seorang ingindara motor yang kebetulan melaju di sisi kiri mobil yang dikendarai Raskal.
"I'll be with you from dusk till down, baby i'm right here." Kiara menyanyikan lirik lagu kemudian tersenyum senang.
"Berisik," omel Raskal mematikan mesin mobil.
Kiara melirik lelaki itu kesal kemudian keluar dari mobil tanpa menunggu Raskal. Dia berjalan cepat masuk ke dalam supermarket, mengambil troli agar bisa menampung belanjaannya yang kemungkinan besar akan cukup banyak. Tidak memedulikan Raskal yang berjalan di samping Kiara, perempuan itu dengan cekatakan memasukan barang-barang yang dibutuhkan.
"Jangan yang itu," kata Raskal saat Kiara hendak memasukan wortel ke dalam troli. "tidak segar, yang ini saja," imbuhnya lalu memasukan wortel yang lebih segar.
Kiara hanya merengut lalu kembali memilih sayuran lagi, sedangkan Raskal sesekali mengoreksi sayuran yang dipilih Kiara. Meski sedikit kesal namun Kiara menurut saja.
"Mana yang bagus?" tanya Kiara, sepertinya mulai terbiasa dengan pendapat Raskal.
Raskal menoleh, melihat Kiara yang menunjukan dua kubis untuk dipilih. "Kamu perempuan, masa tidak tahu."
"Aku memang perempuan, tapi aku tidak teliti seperti kamu."
Raskal hanya memutar bola mata. "Yang kiri lebih bagus."
"Oke ... yang ini." Kiara tersenyum lebar, memasukan kubis tersebut ke dalam troli, kembali meninggalkan Raskal yang sibuk memilih tomat segar.
Bagaimana pun juga sore ini Kiara harus belanja banyak, Raskal tipe lelaki yang cuek. Bahkan Kiara menyangka jika selama ini Raskal selalu makan diluar sebelum menikah. Sebab itulah Kiara harus merubah kebiasaan Raskal yang satu ini. Dibiasakan untuk makan di rumah. Sesaat Kiara mendesah panjang, kalau saja bukan karena Farah, mana mau dia melakukan hal seperti ini. Belanja untuk Kafka saja Kiara malas.
Namun mungkin ini akan jadi pertama dan terakhir Kiara melakukan hal seperti ini. Karena mulai besok, dia akan membuat Farah membencinya sehingga Farah kesal dan menyuruh Raskal untuk berpisah dengan Kiara. Setahu Kiara, kebanyakan mertua yang tidak menyukai menantunya, maka sang mertua akan menyuruh anak lelakinya untul bercerai.
Ahh, ide yang bagus, pikir Kiara tidak bisa menahan senyum lebarnya. Kunci permasalahannya ada pada Farah. Karena Raskal akan melakukan apa pun yang diperintahkan ibunya, dan terutama lelaki itu tidak ingin membuat Farah kecewa.
Sebab itulah pernikahan ini terjadi. Dan sebab itu juga Kiara tidak bisa pergi begitu saja.
"Kenapa kamu beli banyak sikat gigi?" Kiara melihat Raskal yang memasukan sikat gigi lebih dari empat.
"Persediaan."
Perempuan itu mencibir, apa mulut Raskal sedang sariawan? Jawabannya selalu saja pendek-pendek, seperti buta kosa kata. Padahal dahulu saat Raskal menjelaskan banyak hal, Kiara kira Raskal akan mulai banyak bicara. Namun rupanya tetap saja. Irit bicara.
Ketika Kiara melihat seseorang sedang bermain ponsel, dia jadi teringat pada ponsel miliknya yang diambil Raskal dan tidak diberikan kembali sampai sekarang. Meski Raskal memberinya ponsel baru namun tetap saja yang Kiara butuhkan ponsel lamanya.
"Mana ponselku?!" tanya Kiara langsung.
Raskal yang saat itu sedang memilih saus dan kecap menoleh sekilas. "tidak tahu."
"Raskal! Mana ponselku yang dulu? Kamu yang bawa, kan?"
"Untuk apa saya bawa ponsel kamu."
Dilihat dari wajah Raskal, tampaknya ucapan lelaki itu meyakinkan, pikir Kiara ragu. Tetapi, kalau bukan Raskal yang ambil lalu siapa?
"Jangan bohong! Pasti kamu sembunyiin, ya."
Raskal membalas tatapan Kiara datar. "Ponselmu sudah saya buang."
Kiara melongo, terkejut, kesal, dengan kelakuan Raskal yang seenaknya. "Apa? Kamu membuangnya?! Kenapa bisa?!"
"Ponselmu tidak bagus makanya saya buang," jawab Raskal santai.
"Ya Tuhan ...." Kiara tidak habis pikir dengan jalan pikiran Raskal. Apa lelaki itu tidak punya hati.
Kiara berusaha menahan emosi, dia menatap Raskal dengan sangat tajam kemudian mendorong troli ke arah tempat cemilan. Memasukan banyak makanan ringan, juga minuman yang disukai Kiara sebanyak mungkin.
Kiara tahu dia tidak bisa marah begitu saja dengan perbuatan Raskal yang seenak jidat membuang ponselnya, namun dia akan membalas kelakuan Raskal dengan caranya sendiri.
Membuat lelaki sinting itu bangkrut!
"Hallo, lagi harga promo. Beli buah apel dan jeruk dapat bonus baju couple. Ayo sini, mbak-mbak cantik dan mas-mas tampannya."
Langkah Kiara dan Raskal yang saat itu sedikit berjauhan terhenti saat sales yang tadi berteriak mencegat mereka dengan menawarkan buah-buahan.
"Kalian pasangan yang serasi, tapi kenapa malah berjauhan?" Sales itu tersenyum sangat lebar. "Awal pernikahan memang terkadang menyulitkan. Tapi percayalah, terkadang kesalah pahaman bisa diatasi dengan mudah."
Kiara melongo, ada apa dengan sales tampan satu ini? Sekilas dia melirik Raskal yang juga sama melongonya seperti Kiara. Sepertinya kelakuan sales aneh satu itu mampu membangkitkan ekspresi di wajah datar Raskal.
Tunggu! Kenapa sales itu bisa tahu masalah mereka? Ini sungguh mencurigakan, pikir Kiara pasti.
"Sungguh sangat disayangkan jika waktu berharga kalian dihabiskan dengan pertengkaran tidak jelas. Pasangan suami-istri baru itu harusnya bermesraan."
"Apa?" Kiara semakin melongo, tidak habis pikir dengan tingkah sales itu. Dia mau jualan atau jadi psikolog?
"Dan salah satu cara penunjang langgengnya pernikahan ... yaitu dengan ... membeli aneka buah yang kami tawarkan, lagi diskon juga, lho, kami."
Ingin rasanya Kiara memukul sales muda itu saking gemasnya. Apa hubungannya pernikahan dengan buah-buahan yang mereka jual? Ya ampuun, Kiara benar-benar tidak habis pikir dengan anak muda zaman sekarang, tapi tunggu! Bukannya Kiara juga masih muda, ya. Perempuan itu hanya mendesah.
"Lihat ini, apel merah yang manis ini akan mampu memaniskan hubungan kalian yang pahit. Dan rasa asam-manis di jeruk ini, akan mampu membuat suasana hati kalian nano-nano. Senang dan bahagia." Sales itu mendekati Kiara dan tersenyum lebar. "Jika kalian beli jeruk dan apel, kalian juga akan mendapatkan bonus kaus couple yang sangat cocok untuk pasangan yang sedang bertengkar seperti kalian.
"Coba bayangkan keuntungan yang kalian dapat dengan membeli apel dan jeruk kami. Selain hubungan kalian jadi sangat erat dan manis, kalian juga bisa memakai kaus couple sehingga kalian tampak lebih serasi lagi. Dan tentunya jadi ketahuan, dong, kalau kalian adalah sepasang suami-istri yang bahagia-atau kebalikannya, mungkin."
Biarkan Kiara memukul sales aneh itu sekali saja! Ketika Kiara hendak meninju sales itu, Raskal langsung memegang tangan Kiara. Raskal melihat sales yang sedang tersenyum lebar, seolah tidak bersalah setelah mengatakan hal yang tidak masuk akal.
"Kami beli," kata Raskal membuat sales muda itu tersenyum sangat lebar.
"Oke, untuk mbak cantiknya, silakan pergi ke sana untuk mengambil bonusnya."
Kiara tidak mau, tapi setelah Raskal meremas tangannya seolah bilang 'tidak apa', perempuan itu pergi menghampiri seorang lelaki yang berdiri di belakang dengan wajah datar, untung tampan, pikir Kiara.
"Lho, Naraka?!" Kiara terkejut saat tahu siapa lelaki itu.
Naraka tetap memasang wajah datar, dia hanya mengangguk sekali lalu tanpa berkata-kata dia memberikan kaus couple yang dimaksud oleh sales muda tadi.
Kiara ragu untuk memulai pembicaraan, Naraka terlihat susah untuk diajak bicara. Wajahnya terlalu datar, sedatar tembok. Melihat Naraka, Kiara jadi berpikir kalau Raskal lebih manusiawi karena setidaknya Raskal selalu bicara walau pendek-pendek.
"Kamu ... kerja di sini?" Kiara memberanikan bertanya, rasanya tidak enak jika dia tidak mengacuhkan Naraka padahal baru tadi pagi dia bertemu dengan Naraka.
Naraka mengangkat kepala dan mengangguk.
Kiara tambah tidak nyaman. "Apa Jared juga kerja di sini."
"Tidak."
Kiara mendesah lega, dia kira Naraka tidak bisa bicara karena dari tadi hanya diam terus. Setelah membayar Kiara hendak pergi sebelum suara berat tapi lembut memanggilnya.
"Kiara."
Kiara menoleh menatap Naraka. Ada yang aneh dengan mata lelaki itu, kenapa warna mata Naraka berbeda. Hitam dan abu-abu.
"Sekeras apa pun kamu mencobanya, pada akhirnya kamu akan gagal."
Kiara hanya berdiam diri kebingungan, apa Naraka barusan bicara padanya? Dengan kalimat sepanjang itu? Sungguh luar biasa! "Apa maksudmu?"
"Ada baiknya kamu menerima saja. Kamu tidak akan bisa menghindar dari semuanya."
Kiara semakin kebingungan. Apa maksud Naraka mengatakan hal itu? Apa yang harus dia terima dan tidak menghindar dari apa? Apa jangan-jangan Naraka tahu masalah yang dihadapinya?
Sedangkan Raskal yang masih berada di tempatnya semula-bersama sales muda tampan yang sedikit aneh-terlihat tidak nyaman saat sales muda itu terus-terusan bicara dan sesekali melihat Kiara bersama lelaki lainnya.
"Mempertahankan perempuan itu memang sangat susah," kata sales itu tersenyum miring. "Lebih baik Anda melepaskan dia, jika Anda hanya mempermainkannya saja."
"Apa Anda bilang?!"
Sales muda itu mengangkat bahu tidak peduli. "Sangat disayangkan jika perempuan secantik dia hanya dijadikan permainan. Lebih bagus jika dia bersama saya saja."
Tatapan Raskal menajam namun sales muda itu tidak terpengaruh, dia malah tersenyum miring. "Anda tidak tahu apa-apa tentang saya atau istri saya. Ada baiknya jika Anda tidak berkata demikian."
"Benar juga," timpal sales itu, "apa saya terlalu kasar? Tapi benar kata Naraka. Kalau kalian." Sales itu mendekati Raskal. "Ada apa-apanya. Kalau benar iya ... ahh saya bisa membuat kalian segera bercerai dan membuat istri Anda jadi milik saya. Nanti saya undang Anda ke pernikahan saya."
Raskal mengerjap, ada apa dengan sales aneh satu ini? Dari tadi bicaranya membuat siapa pun kesal mendengarnya.
"Mas, beli jeruk sama apel dapat kaus couple, ya." Tiba-tiba seorang ibu muda datang bersama anaknya.
Sales itu menaikan sebelah alis, menatap ibu muda dan anaknya bergantian. "Ya, tapi itu khusus untuk pasangan. Kalian ... tidak boleh."
"Kenapa bisa begitu?"
"Tentu saja, kalian bukan pasangan baru, kalian juga bukan suami-istri. Jadi kalian tidak berhak mendapatkan kausnya."
Sontak ibu muda itu kesal, dia pergi begitu saja meninggalkan sang sales, sementara Raskal hanya melongo kaget. Adakah yang menjual buah seperti itu? Sepertinya penjual buah-buahan ini salah memilih para pegawainya.
"Allen, Naraka, sudah kubilang; jangan ganggu para pelanggan!" tegur seseorang, yang sepertinya atasan mereka.
Sales aneh bernama Allen itu terkejut, dia tersenyum lebar dan menunjuk Naraka yang masih tetap memasang wajah datar. "Jangan salahkan aku, Naraka yang menyuruhku untuk melakukannya."
Atasan Allen dan Naraka yang kemungkinan berusia 30 tahun memandang Naraka, lelaki datar itu bicara dalam bahasa Rusia yang sama sekali tidak dimengerti Raskal dan Kiara.
"Saya Noah, atasan mereka. Maafkan para pegawai saya. Mereka baru dalam hal ini."
Kiara yang berhasil menguasai diri tersenyum. "Tidak apa-apa, kok." Dia memegang tangan Raskal, memberi kode pada lelaki itu untuk segera pergi sebelum kepalanya pecah menghadapi tingkah nyeleneh Allen dan Naraka. "Terima kasih untuk semuanya."
"Saya tunggu kalian berpisah!" seru Allen. "Jangan lupa untuk memberi tahu saya jika kalian bercerai nanti! Dan, jangan anggap bercanda omongan Naraka. Dia serius. Jadi hati-hati!!"
Raskal yang mulai kesal, memegang tangan Kiara dan berjalan cepat menuju kasir.
