Bab 5
Bab 5
Aku merasa lemas setelah anak-anakku tinggal dengan ayahnya, sehingga membuat aku berhenti sebagai buruh cuci.
Aku terluntang lanting bagai nahkoda tak berarah
Hanya Mila satu-satunya orang yang bisa menampungku saat itu, walaupun aku masih punya banyak saudara, tapi mereka tidak peduli sama sekali dengan keadaanku,meskipun satu diantara saudaraku tinggal satu lingkungan denganku.
Akhirnya aku setiap hari ke rumah Mila,yang mulai bisa membuat hatiku tenang.
Makan tidur di rumahnya seolah Mila menampungku dengan ikhlas. Siang malam aku bersama Mila, hanya sesekali aku pulang ke rumah kontrakanku kalau Anto suami Mila pulang ke rumahnya.
walau aku tetap galau, tapi alhamdulillah dengan keadaanku ini dibanding sebelumnya.
Saat aku tiba di rumah Mila, seperti biasa, teman-temannya datang satu persatu.
Mereka memulai kebiasaan mereka.
Main kartu seharian dan merokok.
Sementara aku sudah mulai terbiasa dengan rokok walaupun aku tidak mau sama sekali menyentuh kartunya.
Suatu hari setelah semuanya pulang, Mila langsung mengambil handuk dan mandi.
Dia pun menyuruh aku mandi setelah dia selesai.
Pas aku masuk ke kamarnya, aku melihat satu stel baju di atas tempat tidur.
"Mil… baju ini untuk ku pakai"? Tanya ku.
Iya kak Ati, jjawabnya dengan jelas. Lalu ku pakai kaos putih dengan celana pendek berwarna coklat di bawah lutut.
Aku pergi menghampiri Mila yang duduk di depan meja riasnya.
Aku melihat ke kaca cermin, tiba-tiba aku merasa bersemangat kembali melihat diriku seperti gadis di depan cermin,walau usiaku sudah mencapai dua puluh delapan tahun.
Setelah aku dan Mila selesai bersolek, Mila mengajakku pergi keluar.
"tapi kita belum makan Mil" ucapku padanya.
"Nanti sajalah" jawab Mila dengan santainya.
Kami pergi ke pasar walau hari sudah gelap.
"disini mas " kata Mila pada tukang becak yang kami naiki.
Tukang becak menghentikan becaknya,kami pun segera turun.
Mila membayar ongkos becaknya dengan uang pas.
Kami pun jalan kaki setelah turun, sekitar dua puluh meter dari tempat turun kami.
Mila menghampiri mobil katana warna hitam dan aku juga mengikuti langkahnya.
Dengan cepat Mila membuka pintu mobil tersebut dan masuk kedalam,"kak Atik ayo masuk" kata Mila sambil menarik tangan ku.
Sementara laki-laki yang di dalam mobil itu diam.
Aku dan mila sudah masuk ke dalam mobil. Mobil katana warna hitam itu meluncur ke sebuah cafe yang terletak di pinggir kota.
Aku dan Mila turun dengan santainya, namun aku heran melihat pria yang umurnya sekitar enam puluh tahunan itu merasa akrab dengan Mila.
Aku hanya diam dan mengikuti langkah mereka,.
Kami bertiga duduk di meja yang sama, kemudian mereka melihat menu dan memesannya.
Mila menceritakan kepada pria itu kalau aku ini sahabatnya sejak dulu masih gadis,dan sekarang sudah menjadi janda. "kasihan Mas " ucap Mila pada pria itu.
Lalu pria itu menyodorkan tangannya padaku, kusambut dengan bersalaman.
"Aku penam " kata pria itu.
Atik sahutku dengan ragu, "siapa pria ini?"tanyaku dalam hati.
Selang kemudian menunya pun datang diantar pegawai cafe.
Aku mulai memakan nasi goreng spesial yang aku pesan.
Nampakku mereka berdua sedang asik berbicara serius, aku pura-pura diam seolah tak mengerti.
Padahal aku sudah mulai paham apa hubungan mereka .
"pulang yuk" ucap Mila.
Aku berdiri dari tempat dudukku, berjalan menuju halaman cafe,sementara pria yang bernama penam itu berjalan menuju kasir cafe, sedangkan Mila mengikutiku.
Aku dan Mila menunggu pria itu di parkiran mobil.
Tak lama kemudian Penam datang."masuk yuk" ucap penam sambil membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan kami masuk.
Lalu kami pun meluncur menuju pulang.Setibanya di gg rumah kontrakanku mobil pun berhenti.
Aku buka pintu mobilnya, sebelum aku turun,Mila berkata"aku lanjut ya kak Atik".
Aku pun tercengang mendengar perkataan Mila barusan.
Aku langsung turun dari mobil, aku pulang sendirian ke rumah kontrakan ku.
Paginya aku pergi ke rumah Mila. Tok… tok… tok…
Assalamualaikum.. Sapaku dari luar pintu.
Waalaikumsalam… jawab Mila dari dalam rumah .
Seketika aku berdiri, pintu pun langsung terbuka.
Aku masuk,Mila pun kembali menutup pintu dari dalam rumah.
Aku ikuti Mila berjalan menuju arah kamar.
Dia menghempaskan tubuhnya di tempat tidur.
"kenapa Mil"? Tanya ku heran.
Biasalah… lagi malas-malasan jawabnya seadanya.
Tadi malam Kamu Kemana? Tanyaku penasaran.
Ada deh.. Jawabnya.
Aku Pun ikutan golek di tempat tidurnya.
"Kamu sudah makan Mil?" tanyaku yang merasa perutku keroncongan.
"Belum kak Atik" kalau lapar belikan saja sarapan lontong, atau nasi semalam masih ada kok" ucap Mila memaparkan.
Aku beranjak dari tempat tidur ke dapur tanpa permisi padanya, kuambil piringku di tempat piring, ku sendok nasi dari magic com, lalu ku taruh ke piring ku, ku buka tudung nasi di atas meja makan, aku tetap bersyukur masih bisa makan pagi ini.
Kembali ku tutup tudung nasinya setelah aku ambil sambal ikannya.
Makan Mil, ajak ku padanya yang tetap golek di tempat tidur dengan malasnya.
"ntar lagi yah, lagi males jawab Mila.
Aku Pun terus mengunyah nasi sambil duduk di depan cermin riasnya.
"Tadi malam aku pergi dengan mas Penam ke sebuah hotel, Mila mulai bercerita tentang perihalnya tadi malam.
Kami disana hingga jam satu dini hari, tambahnya lagi. Aku diantar mas Penam menjelang tengah dua, tutur Mila.
"Ngomong-ngomong kata mas penam ada temannya lho yang lagi cari gebetan?" mau gak… ? Tanya Mila padaku , sambil melebarkan senyumnya setengah menyelidiki.
Aku mengerti apa yang dimaksud Mila, Kamu ajalah dulu, ucap ku pelan, tapi aku takut mengikuti jejak nya.
Kuantar piringku ke kamar mandi, aku melihat banyak piring kotor di sana.
Ku ambil sabut piring dan sabun lalu ku kocok hingga berbusa, ku cuci piring kotor hingga tidak ada yang tersisa.
Mila mulai turun dari tempat tidur, bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka.
"lapar" ucap Mila pelan sambil menyendok nasi ke piringnya lalu mengunyahnya.
Aku yang dari tadi selesai makan hanya bisa menatapnya sambil merokok, menunggunya hingga selesai makan.
Tok… tok… tok… Mila… terdengar suara seseorang dari balik pintu.
Aku yang sudah mulai merasa akrab dengan mereka, berdiri langsung membukakan pintunya.
"kan betul dugaanku mereka yang datang?, gumamku dalam hati.
Masuk… terdengar suara Mila dari ruang makan, menyuruh teman-temannya masuk ke rumah.
Mereka tidak mau mengganggu Mila yang sedang makan.
"Mil,"mana kartunya" ? tanya Erni.
Di kolong tempat tidur er, jawab Mila.
Lalu erni pun mengambil kartu tersebut.
"Hayo… kumpul" kata si Bos, pertanda aktivitas mereka segera di mulai.
Mereka segera kumpul, melingkar seperti biasa, si Bos yang biasa mereka panggil membagikan kartu.
Seseorang membuka pintu ",Assalamualaikum" kami pun menoleh ke arah pintu secara bersamaan,ternyata mas Anto suami Mila sudah pulang dari luar kota,
"Waalaikum salam" kami jawab pula secara bersamaan.
Mila datang dari ruang makan keruang tengah menyambut suaminya yang pulang kerja sebagai supir truk, Mila mengambil tas yang tidak begitu besar dari tangan suaminya dan membawanya ke kamar mandi, teryata isi dalam tas itu, baju kotor suaminya selama di luar kota.
Anto masuk kekamar yang di susul Mila.
Sesat kemudian Mila keluar, " jangan ribut mas Anto istirahat" ucap Mila pada teman-temannya" mereka pun memelankan suara mereka seolah berbisik.
Aku heran dan tercengang "kenapa yah suami Mila diam saja melihat kelakuan ini? " tanyaku dalam hati.
