Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

Bab 4

Sesampainya kami dirumah Mila, dia mengajak aku ke dapur. Dibukanya tudung nasi di meja makan,

Ayo kak Atik makan dulu kita,ajak Mila.

Akupun yang dari dulu sudah merasa dekat dengannya tidak menolak ajakannya.

Aku ambil piring di rak piringnya, sekalian aku menyendok nasi dari magic com , kemudian aku kembali ke meja makan.

Ku sendok sayur daun ubi yang ditumbuk beserta sambal ikan teri, ku taruh ke piring ku,kemudian aku makan dengan lahap,karena dari tadi siang baru makan malam ini.

Mila juga mengambil piringnya di rak piring, sama seperti yang ku lakukan. Aku dan Mila makan bersama di rumahnya.

Assalamu alaikum… terdengar suara dari luar pintu.

Waalaikumsalam… jawab Mila yang segera berdiri dari meja makan, buru-buru menuju pintu depan dan membukanya.

Mila dan suaminya berjalan menuju dapur.

Eh… ada tamu,ujar suami Mila setelah melihat ku.

Iya Mas… jawabku merasa malu,

karena kedapatan makan di rumahnya.

Lalu suami Mila yang bernama Anto itu pergi menuju kamar mandi,sekedar cuci tangan dan cuci muka, Anto kembali ke ruang makan untuk makan.

Mila mengambil nasi dan lauk buat Anto suaminya, sekalian mempersiapkan air minum yang hangat.

Aku langsung teringat pada mas Seno, melihat Mila memperlakukan Anto suaminya seperti itu.

"Ya Allah seandainya mas Seno kembali bersamaku" ucapku dalam hati.

Setelah Anto selesai makan di ruang makan, kami bertiga beranjak ke ruang tengah.

Mila duduk di kursi warna merah yang agak lapuk berdekatan dengan Anto suaminya.

Aku melihat kembali Mila mengambil rokok surya yang kami beli tadi di seberang jalan.

Ini mas, rokok batangan ucap Mila pada Anto,.

Anto pun mengambil sebatang rokok tersebut dan membakarnya. Tersisa sebatang rokok surya tinggal di meja.

Kemudian Mila mengambil rokok tersebut dan juga membakarnya.

Aku merasa heran dan bingung menyaksikan suami istri itu sama-sama merokok di kursi, layaknya seorang teman.

Mil.. Aku pulang ya, ucapku pada Mila yang lagi asik menikmati rokoknya bersama Anto suaminya.

"Gak usah pulang kak Atik, kita di sini saja tidur" ucap Mila.

Ahk.. Pulang sajalah aku dulu, ucapku lagi. Aku merasa gak enak pada suaminya kalau tidur di rumahnya, sementara tadi sudah makan di situ.

Aku beranjak dari tempat dudukku menuju pintu keluar, Mila yang melihatku ingin pulang, mengikutiku dan mengantarku hingga halaman rumahnya.

Suamimu gak marah ya Mil, melihatmu merokok? Tanyaku pada Mila.

Sudah biasa… jawab Mila, seolah memang itu sudah kebiasaan Mila dan teman-temannya.

Aku pun sudah mulai malas mencuci pakaian langgananku di tempat kerja ku. Setiap hari aku datangi rumah Mila, dari pagi hingga malam sampai aku pulang.

Setiap hari pula aku melihat Mila bersama teman -temannya,melakukan hal yang sama dengan sebelumnya.

Main kartu dan merokok setiap hari sudah merupakan pemandangan bagiku.

Setiap hari pula Aku jadi suruhan mereka membeli rokok dan makanan ringan yang kami makan bersama.

Ternyata uang yang dibelikan untuk jajanan dan rokok hasil dari uang taruhan kartu siapa yang menang.

Dewi menyodorkan rokok padaku, setelah dia mengambilnya satu batang dari bungkusnya.

Mereka pun tampaknya sudah mulai kompak dengan ku, karena hampir setiap hari jumpa di rumah Mila, tempat mereka berkumpul.

Aku hanya melemparkan senyum pada Dewi yang menawarkan rokoknya.

Coba dulu kak Atik merokoknya, ucap Mila padaku yang melihat Dewi dari tadi telah memberikan bungkus rokok itu padaku.

Kalau orang yang lagi galau… merokok bisa membuat kita tenang dan lupa masalah kita, kata mereka bergantian sambil memainkan kartu yang di tangan mereka.

Aku terdiam mendengarnya, tapi dalam hatiku berkata "betulkah ucapan mereka ini?

Lagi-lagi aku kerumah Mila, setiap hari pula aku jumpa dengan mereka di sana.

Setiap kali ada yang merokok di antara mereka,setiap kali pula aku di tawarkan untuk merokok. Sehingga lebih dari sepuluh kali aku di tawarkan untuk merokok dalam sehari.

Ini rokok, coba dulu kak Atik, ucap Mila padaku setengah memaksa,sambil menyodorkan lagi bungkus rokok surya yang baru dikurangi dua batang itu.

Aku Pun mengambil rokok satu batang dari bungkusnya, dengan rasa ragu,kemudian aku bakar dengan mancis, lalu aku pun mencontoh cara mereka merokok.

Uhuk… uhuk… uhuk… uhuk… Aku batuk seketika.

"Aku gak bisa Mil, ucap ku pada Mila.

Hahaha… hehehehe… .mereka menertawakanku.

Aku mencobanya lagi, tapi tetap membuat aku batuk.

"Memang begitulah kalau kita awalnya merokok, sebentar lagi akan nikmat kok, ucap Mila.

Aku pun penasaran dengan ucapan Mila, kemudian melanjutkan merokok lagi, Walaupun kadang masih terbatuk- batuk.

Kebiasaan mereka teman Mila, selalu menyodorkan rokok gratis, membuat aku terbiasa pula untuk merokok.

Seperti biasanya mereka pulang menjelang magrib, Mila mengantarkannya sampai pintu depan,kali ini aku ikutan pula untuk antar mereka bersama Mila.

Dadaaaa… .mereka melambaikan tangan pada Mila, kemudian kami balas dengan ucapan daaaa.. Juga.

Sekarang aku hanya tinggal berdua dengan Mila di rumahnya, setelah mereka pulang.

Kebetulan Mila tidak mempunyai anak, sehingga dia tidak begitu repot.

Setelah kami selesai makan di dapur, kami kembali ke ruang tengah dan duduk di kursi mereka yang warna merah.

Sambil menikmati rokok kami berdua diam sejenak.

Mil,.. Suamimu mana? Tanya ku, yang dari tadi tidak pernah melihat suaminya.

"Berangkat kerja, cari mamam" ucapnya.

Suami Mila seorang supir truk yang bekerja keluar kota, pulangnya kadang seminggu sekali dan bahkan mau lebih. Sedangkan Mila tidak mempunyai anak yang membuatnya bosan tinggal sendirian di rumahnya.

Mil,... Aku pulang ya, ucap ku.

Gak usah pulang kak Atik, Aku Pun gak ada kawan di rumah, kita di sini sajalah dulu balasnya.

Pulang sajalah dulu Aku, ku ulangi ucapanku.

Tapi Mila tidak membolehkan aku pulang kali ini.

Mila mengambil handuk dari kamarnya, dia menuju kamar mandi.

Serrrrr… .. ku dengar suara air keluar dari kran di kamar mandi.

Oh…" Mila lagi mandi "gumamku dalam hati.

Kuambil rokok yang terletak di meja, kemudian aku mencari mancis, setelah ku temukan mancisnya, kubakar rokok yang kuambil dengan perlahan, sambil menunggu Mila keluar dari kamar mandi.

Mila keluar dari kamar mandi menuju kamarnya melalui ruang tengah.

Dia mengambil handuk yang lain di kamarnya dan memanggil ku," kak Atik, ini

handuk, mandi sana" kata mila.

"Aku gak usah mandi Mil" sudah malam, takut dingin ujarku.

Mandilah,,, ucap Mila, sambil mengernyitkan keningnya dan menatapku dengan membelalakkan matanya.

Aku sedikit berat mengambil handuk dari tangannya dan langsung menuju kamar mandi.

Keluar dari kamar mandi, aku langsung menuju kamar dimana Mila berada, Mila tidak merasa keberatan karena Anto suaminya tidak di rumah.

setelah aku sampai di kamar Mila, aku melihat baju kaos garis-garis beserta celana jeans warna blue diatas tempat tidurnya.

Kak Atik,,, itu saja pakai,ucap Mila sambil menunjuk baju tersebut, ganti bajumu sambungnya lagi.

Aku pun mengambil pakaian itu dan memakainya.

Aku mendekati kaca rias dan memandangku di kaca, ternyata pakaian yang Mila pinjamkan ke aku, sangat pas dengan pastor tubuhku membuat aku menyukainya.

Aku yang selama ini sibuk dengan urusan keluargaku, ditambah lagi anak-anakku yang kembar membuat aku jarang berdiri di depan cermin.

Mila mengeluarkan perlengkapan tata rias,meletakkannya di meja rias.

Dia pun mulai mengambil dan memakainya satu persatu, dari bedak, lipstik, celak dan yang lainnya.

Aku ambil bangku di ruang makan, ku bawa ke depan meja rias.

Aku dan Mila duduk berdekatan sambil bersolek di depan cermin.

"Gini kan mantap" ucap Mila.

"Apa Mil? Aku bertanya apa maksud dari ucapan Mila.

"Aku senang melihat Kamu mulai memikirkan dirimu" semoga Kamu bersemangat" kata Mila.

Aku menatapnya dengan senyum lebar,sambil mengambil lipstik yang akan aku pakai.

Selesai bersolek aku dan Mila duduk di kursi ruang tengah,

Mila mengambil rokok surya dan menyerahkannya padaku.

Aku yang sudah mulai terbiasa dengan rokok gratis, mengambil sebatang rokok dari bungkusnya dan menghisapnya.

Ku letakkan kembali bungkus rokok diatas meja di depan kami, lalu Mila mengambilnya dan juga menghisapnya.

Aku dan Mila terdiam sejenak.

"Mil,,,aku rindu dengan anak-anakku"ucap ku pada Mila, yang sudah hampir bosan mendengarnya karena setiap saat ku utarakan.

"Apa boleh buat, kita kan sudah berusaha untuk membujuk agar mereka tinggal bersamamu, tapi Seno melarang dan anak-anak pun, Seno larang Kamu jenguk"

Mila kembali mengingatkan ku.

Air mata ku pun menetes tanpa aku sadari. Aku kembali sedih mengingat betapa kejam Seno padaku.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel