Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Bab 3

Setelah anak-anak tidak mau lagi ku jenguk, aku pun menyendiri di rumah kontrakan ku, yang sebelumnya kami tempati bersama dengan mas Seno dan anak-anak.

Aku bagaikan orang linglung tak tahu mau berbuat apa.

Aku merasa bahwa hidupku tidak berarti lagi setelah ditinggalkan anak-anak dan Seno mantan suamiku.

Aku seringkali meneteskan tanpa menyadarinya dengan pandangan kosong.

Mila sahabatku yang dari dulu, yang sering memperhatikan keadaan ku, tiba-tiba sudah berdiri di depan ku tanpa aku sadari.

Aku yang biasa di panggilnya dengan sebutan kak Atik, walaupun usiaku dengan Mila hanya berbeda lebih tua sekitar satutahun.

Kak Atik, kamu jangan terlalu sedih lagi, tiba-tiba Mila sudah muncul di hadapanku.

Bagaimana aku tidak sedih Mil, dengan keadaan ku ini, ucap ku pada Mila.

Coba saja kalau kamu di posisiku tambah ku lagi.

Lagi-lagi Mila memelukku.

Ayolah ikut denganku, kata mila lagi.

Aku malas ucap ku pada Mila yang berusaha menghiburku.

Ayolah,,, ucap Mila lagi sambil menarik tangan ku.

Aku Pun berdiri dibantu Mila, ku ambil gembok pintu yang tergantung di paku ruang tengah, ku gembok pintu, lalu aku dan Mila pergi jalan kaki menuju rumah Mila.

Sesampainya di rumah Mila, tak lama kemudian, teman-teman Mila datang satu persatu. Sehingga berjumlah kurang lebih tujuh orang.

Aku merasa heran dengan kedatangan teman-teman Mila yang jumlahnya cukup lumayan banyak menurutku. Tapi aku diam karena aku sudah lama sekali tidak jumpa dengan Mila dan kurang tahu tentang kabar Mila selama ini.

Mila adalah sahabat lamaku sewaktu aku belum menikah dengan Seno mantan suamiku. Aku dan Mila kenal di satu lingkungan.

Mila dan orang tuanya bertempat tinggal di lingkungan tersebut, sedangkan aku hanya sebatas anak sekolah yang kost di sana, yang datang dari sebuah dusun yang terpencil.

Setelah aku menikah dengan Seno, aku sudah jarang sekali berjumpa dengan Mila. Hingga aku dan Seno pindah rumah ke lingkungan yang dimana Mila tinggal sekarang. Sejak saat itulah aku dan Mila mulai sering jumpa, karena Mila sering datang ke rumahku. Sedangkan aku jarang sekali keluar karena sibuk mengurus anak kembarku.

Teman-teman Mila bercerita sesama mereka tanpa beraturan dan banyak yang tidak aku mengerti apa kata mereka.

"Ambillah kartunya Mil" kata seseorang pada Mila yang baru saja selesai menyapu rumahnya.

Cepatlah Mil, seseorang menimpali pula.

Sedangkan yang lainnya berjoget-joget sambil bernyanyi-nyanyi dengan semaunya.

Nampakku Mila pergi ke kamarnya, dia menarik kaleng dari bawah tempat tidurnya.

Apa itu Mil..? Tanyaku padanya.

Mila menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, nanti kamu tahu sendiri, ucap Mila pelan dan akupun diam.

Mila keluar dari kamarnya menuju ruang tengah, dimana teman-teman Mila sudah menunggu di sana.

Mila memberikan kartu tersebut pada seorang temannya.

Kumpul…kumpul.. Ucap teman Mila yang sudah memegang kartu tadi, sambil mengangkat tangannya menampakkan kartu sudah di pegangnya.

Semuanya berkumpul dan duduk berlingkar.

Sepertinya mereka sudah biasa dengan hal tersebut.

Aku mulai memperhatikan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

Teman Mila yang dari tadi memegang kartu tersebut, membagikan kartunya pada yang lainnya.

Tapi diantara mereka ada juga yang belum ikut main, nunggu ada yang kalah,baru gilirannya ikut main.

Aku melihat kartu yang dibagikan teman Mila, yang dipanggil dengan sebutan boss itu ternyata kartu judi,yang aku tidak paham memainkannya.

Joker..!!! Kata seseorang dengan suara keras dan girang.

Aku diam memperhatikan mereka, walau aku tidak mengerti sama sekali.

Beberapa waktu kemudian,nampak ku ada seorang diantara mereka yang mengambil uang yang sudah dikumpulkan sebelumnya. "Oh… ternyata mereka pasang taruhan" gumamku dalam hati. Dan ada pula yang berganti untuk bermain. Aku perhatikan mereka asyik dan sibuk dengan permainan mereka, yang sama sekali tidak kumengerti.

Tik.. Tolong dong,,,beliin rokok untuk kita, ucap seorang teman Mila yang biasa dipanggil Dewi. Aku diam dan menyerngitkan keningku dan melebarkan sedikit mata ku, agar dia tahu aku kurang suka dengan sikapnya.

Tolonglah… .kata Mila padaku, sambil menyodorkan uangnya dengan wajah memelas yang membuatku tidak dapat menolaknya.

Akhirnya aku pun berdiri mengambil uang yang mila sodorkan.

Apa yang mau di beli? Tanya ku pada Mila.

Rokok surya satu bungkus, ucap Mila, dan kembaliannya bisa kau jajanan apa maumu sambungnya lagi.

Akupun mulai berjalan dengan malasnya, kalau bukan Mila yang minta tolong,aku tidak akan mau belikan ini pikirku dalam hati.

Di seberang jalan rumah Mila, nampak ku ada warung yang buka.

Aku segera bergegas kesana menyeberangi jalan tersebut.

Dengan pikiranku yang tidak menentu dan berangan-angan, seeetttt… aku terkejut melihat pengendara motor yang hampir menabrakku.

Kalau jalan pake mata !!! Bentaknya kemudian lalu ia pergi.

Aku Pun melanjutkan perjalananku amat hati-hati menuju warung di seberang jalan.

" Rokok surya ada kak..? Tanyaku pada seseorang yang sedang makan siang, duduk di bangku tapa meja.

Seketika wanita yang ku panggil kakak itu, berdiri dan meletakkan piringnya di atas bangku tempat duduknya, segera menuju instalasi rokok dan mengambil rokok surya satu bungkus.

Sementara aku pun memilih jajanan roti.

Ku berikan jajanan roti ku pada kakak penjaga warung.

"kak,,, berapa semua? Tanyaku.

Surya satu bungkus, di tambah… di tambah, dia menghitung dengan teliti. "Rp 20.000"ucapnya sambil menyodorkan kantongan plastik yang warna biru, yang sudah berisikan rokok surya dan jajan yang ku ambil.

Ku rogoh saku ku, ku keluarkan uang yang Mila berikan, Rp20.000 sebanyak dua lembar, yang tukaran sepuluh ribuan.

"Terima kasih ya kak, ucapku pada kakak penjaga warung lalu aku pamit.

Sekarang aku hati-hati menyeberang jalan karena aku takut kejadian tadi terulang.

Aku masuk dan memberikan kantongan plastik itu pada Mila.

Lama kali we… seorang dari mereka yang bernama Erni mengatakannya sambil menarik kantongan plastik itu dariku.

"dasar gak tau terima kasih " gumamku dalam hati.

Erni pun duduk sambil membuka bungkus rokok suryanya. Dia mengambil sebatang rokok dari bungkusnya, lalu meraih mancis di dekat temannya yang aku belum tahu namanya. Lalu Erni pun menyuguhkan rokok surya di bibirnya sambil menyalakan mancis dan membakar rokok tersebut.

Dia pun mulai menghisap rokoknya dan mengeluarkan asapnya dengan perlahan lahan,seolah merasakan nikmatnya rokok.

Kemudian Erni meletakkan bungkus rokok itu di lantai tempat mereka duduk, lalu Dewi juga mengambil sebatang rokok dari bungkusnya sambil menyalakannya, sebagaimana Erni menyalakan rokoknya tadi.

Lalu Dewi juga menghisap rokoknya perlahan dan mengeluarkan asap rokoknya pelan-pelan. Uuuuh… ..suara Dewi mengeluarkan asap rokoknya.

Kemudian teman Mila yang lain ikut juga melakukan hal yang sama, mereka bergantian satu persatu mengambil rokok dan menyalakannya, hingga menghembuskan asapnya.

Mila yang paling terakhir mengambil rokok surya tersebut.

Saat Mila mengambilnya, dia menatapku seakan ragu.

Aku melihat Mila dengan diam, dan membiarkan Mila mengambil rokoknya.

Dalam hati aku berkata"kenapa Kamu lakukan itu sahabatku ".

Aku tercengang melihatnya yang mulai menyalakan rokok, aku terdiam.

Nampaknya Mila juga sudah mulai candu merokok.

Padahal aku masih ingat jelas, waktu masih SMA dulu, Mila itu seorang gadis baik-baik.

Gadis pendiam, penurut pada orang tuanya dan juga gadis yang selalu memakai jilbab.

"Hei… ..hei… pulang yuk, ini sudah menjelang magrib" kata si boss mereka yang bernama Deli.

Erni, Dewi, Deli, dan teman Mila yang lainnya bergegas pergi kerumah mereka masing-masing, Mila berdiri di depan pintu masuk mengantar teman-temannya keluar, sedangkan aku duduk di dalam rumah menatap Mila yang berdiri di depan pintu.

Teman mu itu gak ada yang beres ya Mil? Ucapku pada Mila setelah semuanya bubar.

Mila melempar senyum lembut padaku, kenapa Kamu bilang gitu kak tik? Tanya Mila kembali.

Yang merokok lah, main kartu judi lagi, apa itu beres Mil ? Ucapku pada sahabatku itu.

" Itu hal biasa kak tik" kata Mila lagi.

Walaupun mereka tampaknya seperti tak beraturan, tapi hati mereka itu baik, Timpal Mila.

Aku merasa nyaman berteman dengan mereka, sambungnya kemudian.

Sepertinya Mila tidak senang kalau teman-temannya aku anggap sebagai orang yang tidak beres.

Aku Pun memilih untuk diam, daripada harus membuat Mila tersinggung.

Sepulangnya teman-teman Mila, kami tinggal berdua di rumah Mila.

Aku lihat dia mengambil dompetnya lalu mengajak aku ke warung di seberang jalan depan rumahnya.

"Kak rokok surya dua batang ya" katanya pada wanita penjaga warung tadi siang. Wanita itu pun segera beranjak dari tempat duduknya menuju instalasi rokok dan mengambil rokok surya yang diminta Mila.

Kamu mau beli apa kak atik, ucap Mila.

Gak.. Aku gak beli apa-apa, jawabku.

"ambil sajalah Aku yang traktir kok, ucap Mila setengah memaksa. Aku pun memilih jajanan yang beraneka macam.

Makasih ya kak, ucap Mila pada penjaga warung itu setelah dia membayarnya. Lalu kami kembali ke rumahnya bergandengan tangan sambil menyeberangi jalan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel