Bab 2
Bab 2
Sebulan setelah mas Seno memberikan surat talak padaku,Seno pulang ke rumah ibunya. Aku di kabari Anwar sahabat mas Seno. Betapa hatiku girang dan senang mendapat kabar kalau mas Seno pulang kerumah ibunya. Aku Pun pamit pada Atun anak perempuan ku yang sulung, agar dia menjaga adik kembarnya karena aku ada urusan penting.
Aku segera bergegas menuju rumah ibu mertua ku.
Disana aku menemukan mas Seno sedang duduk di kursi, aku menghampirinya dan sengaja aku mengatur senyum manis ku.
Mas….kata orang kamu sudah nikah lagi?
Iya, baguslah kamu sudah tahu, jawabnya dengan jelas tanpa merasa bersalah dan tidak menjaga perasaanku sama sekali.
Aku pegang tangan mas Seno, ayo pulang mas, ajak ku dengan lembut,anak-anak rindu kehadiranmu mas sambungku. Tapi mas Seno melepas peganganku dan berkata"aku kan sudah menalak mu, untuk apa aku lagi kesana! Bentak mas Seno sambil melototkan matanya.
Tapi anak-anak rindu Mas? Kataku dengan memelas, namun mas seno sudah tidak peduli lagi.
Mas mengapa kamu tinggalkan kami? Lagi-lagi aku sapa mas Seno.
Sudah tidak ada lagi peningkatan hidup bersamamu, aku akan tetap miskin kata mas Seno lagi dengan kerasnya. Aku terdiam dan akhirnya pulang dengan kecewa.
Bu….bu… ayah tadi datang ke sekolahku! Rahmat anak laki-laki ku satu-satunya yang masih duduk dikelas satu sekolah dasar, berlari-lari menghampiriku sambil memelukku sangking girangnya. Rahmat merogoh sakunya dan mengeluarkan uang kertas lembaran Rp20.000 an dengan senyum memberikannya padaku dan berkata"ini ayah kasih bu".
Ayah akan menjemputku kalau ayah sudah sukses bu, timpalnya lagi.
Aku Pun menerima uang tersebut dari Rahmat, karena memang sangat aku butuhkan untuk beli beras.
Kalau ayah datang menjemputmu, jangan mau ya nak tuturku pada Rahmat yang berharap ayahnya akan segera datang menjemputnya. Rahmat diam dan menunduk merasa sedih karena ibunya melarang untuk ikut bersama ayah yang di rindukannya.
Selang berapa bulan, mas Seno tinggal kembali satu kota bersamaku. Tapi kali ini dia bukan sendiri, Seno telah bersama istri barunya.
Aku melihat ada seorang wanita yang tidak aku kenal di rumah nenek bersama ayah ,kata Atun kepadaku.
Tapi wanita yang tidak aku kenal itu, tiap hari bersolek bu, ucap Atun lagi.
Aku tercengang mendengar perkataan Atun, dalam hati aku bergumam" mungkin itulah istri barunya mas Seno".
Setelah Seno membawa istri barunya pulang ke rumah ibunya, beberapa minggu kemudian, Seno mencari rumah kontrakan untuk tempat tinggalnya bersama istrinya.
Aku kaget melihat rumahku sepi setelah aku pulang bekerja sebagai buruh cuci.
Aku tidak melihat anak-anakku yang biasanya bermain di sekitar rumah. Aku bingung dan bertanya dalam hati "ada apa ini? Dimana anak-anak? Sambil aku mencari -cari dengan mataku kesana kemari dan berharap semoga anak-anak berada di sana.
Kak… ada nampak mu orang si Atun? Tanyaku pada tetangga sebelah.
Oooo, tadi aku lihat mereka dijemput ayahnya, jawab kakak tersebut. Lagi-lagi aku kesal dan sedih mendengarnya.
Anwar yang sedang mengengkol beca motornya aku dekati, dia melihatku dan langsung menyapaku, kenapa dek? Sapa Anwar.
Kamu tahu di mana rumah kontrakan mas Seno?
Anwar menunjukkannya dengan telunjuk jarinya, ini kesana lurus, baru belok kanan, di sana nanti tanya lagi kata Anwar yang memang ingin membantuku
Aku masuk kedalam rumah itu. Mas..!!kenapa kamu bawa semua anak-anak kesini! Bentakku pada Seno yang sedang golek bersama si kembar ku. Sedangkan Atun di dapur bersama ibu sambungnya yang lagi masak.
Kuhampiri Atun, ku ajak pulang, tapi Atun menolak untuk pulang bersamaku.
Aku disini sajalah bersama ayah, ucap Atun sambil menundukkan kepalanya yang tidak berani menatapku.
Aku seret tangan Atun dan ku paksa untuk pulang ke rumah, namun Atun tetap tidak mau ikut bersamaku dan dia pun menangis.
Hee…! kalau dia tidak mau ikut dengan mu, jangan paksa! Biar saja Atun tinggal di sini saja!!! Bentak Seno terhadapku dan menarik tangan tangan Atun yang ku pegang. Atun pun terlepas dari peganganku.
Sedangkan Rahmat, Seno sembunyikan entah dimana.
Ku angkat anak kembarku satu persatu, tapi Seno melarang dan mengambilnya kembali dari tanganku dan membentakku dengan matanya yang melotot "jangan bawa mereka "!! Kata Seno.
Pergi kau! Pergiii!!! Bentak Seno lagi sambil mendorong tubuhku.
Akhirnya aku tak berdaya dan pergi meninggalkan semua anakku beserta mantan suamiku.
Aku pulang kerumah kontrakan ku dengan kesal dan kecewa untuk kesekian kalinya.
Sampai di rumah kontrakanku, aku merasa sangat sedih sekali, sunyi sepi tanpa adanya anak-anakku bersamaku.
Aku menangis tersedu-sedu, siang dan malam hanya itu yang bisa aku lakukan.
Kulihat ayunan anak kembarku membuat hatiku semakin pilu.
Kulihat bantal dan selimut yang biasa Atun pakai di malam hari, membuat bibirku gemetar dan berkata: teganya kamu mas Seno.
Ku perhatikan tikar yang biasa Rahmat kembangkan di lantai sebagai alasnya untuk tidur, membuat hatiku semakin hancur dan menjerit.
Apa kabar kalian di sana, wahai anak-anakku?
Ibu rindu nak, ucap ku sendirian tanpa ada yang mendengarku.
Apa kalian sudah makan anakku? Sambungku lagi dengan deraian air mata, yang jatuh bercucuran di pipi.
"peluk cium ibu dari jauh untuk kalian semua anakku " gumamku.
Satu minggu kemudian, rinduku pada anak-anakku tidak lagi bisa kutahan.
Aku menangis sejadi jadinya, aku menjerit sekuatnya, aku tidak peduli apa kata orang tentangku, yang jelas ku keluarkan rasa sebak di dadaku agar dadaku merasa lapang.
Kamu kenapa..?
Tiba-tiba sahabatku yang bernama Mila itu datang melihatku sedang menangis meraung raung. Aku langsung diam sesaat melihat kedatangan Mila menghampiriku.
Aku rindu pada anak-anak Mil, ucapku pada sahabat ku itu.
Mila pun segera memelukku, sabarlah sahabatku, ucap Mila.
Sesaat aku melihat Mila terdiam,seolah dia memikirkan sesuatu.
Tik.. Pergilah ke rumah Seno,jemput kembali anak-anakmu, saran Mila padaku setelah dia mendapat ide.
Aku Pun segera berdiri langsung menuju kamar mandi. Ku cuci muka ku dan ku lap dengan handuk kecil ku. Kemudian aku ajak Mila sahabatku untuk ikut ke rumah Seno menjemput anak-anak kembali.
Di tengah perjalanan,Mila sahabatku mendapat ide baru lagi.
Kita langsung saja ke sekolah Atun, ucap Mila padaku.
Aku melihat Atun keluar dari kelasnya serta teman-temannya yang lain. Rupanya kedatangan kami sudah waktunya pulang sekolah.
Aku langsung menghampiri Atun dan ingin memeluknya.
Atun yang masih duduk di kelas tiga sekolah dasar menangis dan tidak mau aku peluk.
Aku gak mau… aku gak mau… .ucap Atun sambil menangis,sehingga membuat ibu gurunya heran.
Guru Atun pun bertanya, ini ada apa bu?!
Aku Pun menjelaskan, kalau aku ini ibunya Atun yang rindu pada Atun, dan bercerita sedikit kalau aku baru-baru ini berpisah dengan ayahnya.
Kalau begitu, aku bicara dulu sebentar dengan Atun, kata guru Atun pada ku.
Ibu guru Atun menarik Atun sedikit menjauhi ku.
Aku memperhatikan mereka berdua bicara pelan-pelan,bisa dibilang berbisik.
Ibu gurunya datang menghampiriku, Atun bilang ayahnya tidak membolehkan Atun
jumpa dengan ibu nya,kata ibu gurunya.
Aku mengejar Atun yang berlari keluar dari pintu gerbang sekolah.
Tapi Atun berlari dengan cepat, sehingga aku ketinggalan dan kehilangan jejak.
Aku dan sahabatku Mila langsung menuju rumah Seno. Memang yang sudah minat dari awal mau ke sana.
Mas..!! Aku mau anak-anak kembali tinggal bersamaku, ujarku pada mas Seno yang sedang duduk bersama istrinya sambil makan gorengan.
Apa katamu..!!? Seno langsung berdiri, pergi kau dari sini…pergi..!!! Ujar Seno lagi sambil mendorong aku.
Istri Seno pun berdiri menghampiri Seno, sudahlah Mas… sudahlah…ucapnya pelan dan lembut pada Seno, seolah-olah dia orang baik yang tak berdosa.
Mila pun hanya bisa terdiam melihat aku di perlakukan Seno seperti itu.
Ayolah pulang Tik ucap Mila sambil menarik tangan ku keluar rumah.
Entah untuk yang keberapa kalinya aku keluar dari rumah itu membawa kesal dan kecewa. Aku dan Mila akhirnya pulang ke rumah kontrakanku dengan jalan kaki.
Sesampainya di rumah ku, mila pamit untuk pulang ke rumahnya.
Aku pergi ke kamar mandi, aku ambil wudhu' dan segera sholat, aku ingin mengadukan nasibku pada Allah subhanahu wa ta'ala dan berdoa.
Ya Allah ya tuhanku, ampunkanlah dosa-dosaku.
Ya Allah ya tuhan kembalikanlah anak-anakku padaku…kembalikanlah ya Allah.
Ya Allah jika kemiskinan ku membuat mas Seno meninggalkan ku, berilah aku kekayaan, agar mas Seno bisa kembali lagi bersama ku.
Aku memohon tiap malam kepada Allah, supaya suami dan semua anakku bisa kembali padaku dan berkumpul seperti sebelumnya.
Tapi aku sadar, tidak semua doa hambanya dikabulkanNya begitu cepat.
Aku Pun akhirnya jera untuk menjenguk anak-anakku, yang tak pernah mau dijenguk. Walaupun sakit yang kurasakan tidak sembuh,tapi aku pasrah dan berserah diri pada Allah, supaya Allah mengatur kehidupanku dengan caraNya sendiri dalam kondisiku saat itu.
