Aku siap!
Aiden mengangkat tepian meja itu dan mengangkat nya. Setelah meja besar itu terangkat, Aiden mengambil sebuah tongkat kayu yang ada di dalam meja besar tersebut.
Ternyata meja besar itu adalah tempat Aiden menyimpan sebuah tongkat kayu.
Tapi pertanyaan nya adalah, untuk apa tongkat kayu itu bagi Aiden?? Bukankah Aiden lumpuh dan tidak bisa berjalan sama sekali? lantas tongkat kayu itu untuk apa?
"Apa kau berencana menemui Mr.D, tuan Muda?" Tanya Rery yang langsung mengerti apa yang akan tuan Muda nya lakukan.
"Hmm.. kau benar Rery. Sudah aku pikirkan matang-matang tawaran dari Mr.D mengenai operasi itu. Aku akan melakukan operasi yang di sarankan oleh Mr.D pada ku." Jawab Aiden, lalu berusaha untuk berdiri dari kursi roda nya dengan kekuatan nya sendiri.
"Tuan Muda..?!!!" Teriak Rery panik saat tubuh Aiden hampir saja terjatuh.
Tapi Aiden dengan cepat mengangkat tangan nya, melarang Rery untuk menolong nya.
Ya, Aiden selama ini memang diam-diam sudah mengobati kaki nya ke seorang dokter misterius yang di kenalkan oleh sahabat nya Eagle Lou.
Kebetulan Eagle Lou adalah pengawal pribadi dokter misterius itu.
Namun proses nya sangat panjang dan menghabiskan banyak sekali waktu. Hampir satu tahun Aiden berobat pada Mr. D namun Aiden belum juga bisa berjalan normal.
Memang kalau di bandingkan dengan pengobatan di dokter-dokter lain, pengobatan dengan Mr. D ini lah yang terbaik.
Disaat semua dokter yang Aiden datangi memvonis Aiden tidak akan bisa berjalam alias lumpuh permanen, Mr.D dalam waktu kurun satu tahun sudah bisa membuat Aiden berdiri dan berjalan dengan tongkat.
Tapi itu saja pasti nya belum cukup bagi Aiden. Untuk kembali ke singgasana nya, yang barusan dirampas dari nya, hanya bisa berdiri dan berjalan dengan tongkat tidak lah cukup. Aiden harus bisa berjalan normal bahkan kalau perlu berlari untuk menunjukkan pada kakek nya dan seluruh anggota keluarga Gavin kalau Aiden mampu menjadi penerus Tuan Besar Gavin.
Itulah mengapa akhirnya Aiden menyetujui untuk melakukan prosedur operasi yang Mr.D telah sarankan sejak lama.
"Aku akan pergi selama tiga hari dan tugas mu adalah memastikan tidak ada orang luar yang masuk ke kediaman ku dan juga tidak ada orang dalam kediaman ini yang masuk ke dalam kamar ku. Aku ingin tidak ada yang tahu kepergian ku, Rery. Apa kau paham?"
"Aku paham tuan Muda." Jawab Rery sambil membungkuk.
Aiden pun berjalan ke arah rak buku yang ada di dinidng kamar nya yang bersebelahan dengan meja kayu besar tadi.
Ditariknya sebuah lampu hiasan dibagian ujung paling atas. Dan seketika itu juga rak buku itu bergeser sediki sehingga tercipta sebuah rongga kosong antar rak buku tadi dengan dinding kamar.
"Aku pergi dulu Rery. Lou sudah menunggu ku di pintu keluar rahasia. Aku percayakan semua yang ada disini pada mu." Ujar Aiden lalu membuka lebar pintu jalan keluar rahasia nya itu.
Kediaman Aiden memang berbeda dari kediaman yang lain nya. Terutama kamar yang Aiden tempati ini yang merupakan kamar mendiang ayah dan ibu nya.
Kamar ini dahulu nya dirancang oleh mendiang ayah Aiden sebagai kamar nya.
Kamar ini memang dilengkapi dengan pintu keluar rahasia yang mana jika kita ikuti jalan keluar nya akan membawa kita ke belakang buktit yang berada di belakang kediaman ayah Aiden.
Dan hanya ayah Aiden lah yang mengetahui hal ini.
Namun setelah ayah dan ibu nya tiada, Aiden yang memutuskan untuk menempati kamar orang tua nya akhirnya tahu kalau di kamar orang tua nya terdapat sebuah pintu keluar rahasia dari kediaman mereka.
Pintu ini juga lah yang akhirnya selalu Aiden pergunakan untuk keluar dari kediaman keluarga Gavin secara diam-diam.
***
"Kau siap Aiden?" teriak Lou saat melihat Aiden muncul di dari pintu ruang rasia yang terhubung langsung dengan sebuah terowongan rahasia.
"Ternyata dia sudah menunggu dari tadi." Gumam Aiden tanpa menjawab pertanyaan Lou yang seperti nya sudah menunggu kedatangan Aiden di ujung mulut terowongan dengan mobil sports hitam nya, sedari tadi.
Aiden pun terus berjalan hingga dia sampai di mobil Lou. "Kalau aku tidak siap, tidak mungkin aku meminta mu datang menjemput ku tadi malam." Ujar Aiden.
"Bagus lah kalau begitu! Aku pun sudah tidak sabar untuk melihat mu kembali berjalan normal dan mengungkap konspirasi besar di balik kecelakaan mu beberapa tahun lalu. Setelah itu kita akan bayar lunas apa yang telah mereka lakukan pada mu." Uca Lou geram.
"Aku pun demikian. Tapi walaupun kaki ku nanti sudah bisa aku bawa berlari, aku akan tetap duduk di atas kursi roda ku agar musuh -musuh ku mengira aku sudah tamat. Terutama musuh-musuh yang berkedok keluarga." Aiden menajamkan pandangan nya ke depan.
Tekad nya sudah amat bulat saat ini. Resiko yang mungkin saja muncul bila operasi ini gagal tidak lagi mampu menggoyahkan Aiden.
