NYONYA SEYMOUR
"Jadi, bagaimana menurutmu?" Carla taksabar mendengar tanggapan dari lawan bicaranya.
"Aku akan menyelidiki tentang data adopsi tersebut. Jika semua sudah jelas, maka kita akan memeriksa kamar rahasia itu lagi secara resmi." Carlton menekankan setiap kalimat yang diucapkannya, karena tidak ingin Carla menyelidiki sendiri dan serampangan.
"Ingat, sebagai partner, kau harus selalu menginformasikan segala bentuk kegiatan dan juga seluruh rencanamu," lanjut lelaki itu, masih mengingatkan Carla.
"Mengapa kau nampak seperti pacar, daripada partner?" gumam Carla bersungut meledek.
Carlton pun tertawa seraya menyesap jusnya, "Berikan salinan semua data yang kau kumpulkan!" pintanya
"Ok, aku akan mengirimkan salinannya nanti kepadamu" jawab Carla.
Carlton berdiri, karena harus kembali ke kantor. Namun sebelum itu, dia berpesan kembali gadis di hadapannya. "Carla, berhati-hatilah."
"Siap, Kapten!" jawab Carla seraya mengedipkan matan dan memandangi punggung Carlton yang menjauh, lalu kembali serius menatap berkas-berkas yang ada di atas mejanya dan mulai kembali menganalisa, khawatir ada yang terlewat.
Carlton berjalan ke tempat parkir, seraya memikirkan bahwa Carla bukan lagi gadis kecil, walaupun terkadang bergaya sembarangan.
Di dalam mobil, Carlton tersenyum-senyum sendiri, ini kali pertama mereka berdekatan tanpa ada pertengkaran di antara mereka. Tak lama setelah kepergiannya, Carla pun membereskan berkas-berkas dan bergegas pulang. Ketika menuju ke arah parkiran, tanpa sengaja melihat Nyonya Seymour sedang membereskan barang belanjaan yang berserakan.
"Nyonya Seymour," sapa Carla. "Biarkan aku membantumu."
"Ah, terima kasih," jawab Nyonya Seymour.
"Apa Nyonya baik-baik saja?"
"Ya, hanya saja tadi beberapa berandalan menabrakku," ucap Nyonya Seymour. "Biarkan aku mengantarmu."
"Jika begitu aku akan sangat berterima kasih," jawab Nyonya Seymour.
Carla membantu membawakan barang belanjaan wanita itu sampai ke dalam rumah.
"Apakah kau mau secangkir teh?" tawar Nyonya seymour.
"Ah, tidak. Terima kasih, Nyonya," jawab Carla. "Ini kartu namaku. Jika kau butuh bantuan telepon saja aku," ujarnya sambil memberikan kartu nama.
"Jika begitu aku tidak akan sungkan," jawab Nyonya Seymour.
Carla langsung pamit dari rumah Nyonya Seymour dan melajukan mobil kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang gadis itu berpikir jika dalam beberapa hari belakangan ini, dia dan Carlton sedikit menjadi lebih akrab, juga telah berhasil mendapatkan informasi mengenai anak perempuan yang diadopsi oleh keluarga Vlad. Seperti hari ini, mereka sudah ada janji untuk bertemu.
Di salah satu restoran, Carla yang tengah menunggu kedatangan Carlton langsung melambaikan tangan saat melihat lelaki itu memasuki restoran dan langsung duduk di depannya.
"Kau ada informasi apa?" Carla penasaran.
"Hei, kita bahas ini nanti. Aku lapar," jawab Carlton seraya memandangi buku menu yang ada di tangannya.
"Isssh .... " gumam Carla.
Mereka sedikit membahas beberapa kasus kriminal yang terjadi sambil menikmati makanan. Begitu selesai makan, Carlton memberikan file hasil penyelidikan kepada Carla dan gadis itu langsung membacanya dengan seksama, seperti sedang menganalisa.
"Jadi, anak itu adalah anak dari salah satu pelayan mereka. Anak dari sepasang adik dan kakak," ujar Carla. "Adik kakak? Ini berarti pernikahan sedarah."
"Yap," jawab Carlton.
"Apakah dia masih hidup?"
"Sepertinya masih, karena tidak ditemukan catatan kematian tentangnya, maka bisa kita katakan dia masih hidup."
"Apakah kita akan pergi ke keluarga Vlad untuk menanyakan tentang ini?"
“Iya,” Imbuh Carlton
Di tengah-tengah makan malam mereka, Carla mendapat telepon dari Nyonya seymour. “Hallo, ... ”
"Carla, bisakah kau membantuku?"
"Apa kau sedang kesulitan, Nyonya?"
"Aku sedang demam dan membutuhkan obat pereda demam. Bisakah kau membelikannya untukku?" pinta Nyonya Seymour.
"Baik, Nyonya. Aku akan membelikannya untukmu."
Carla langsung bersimpati, karena sama-sama hidup sebatang kara. Setelah menutup sambungan ponselnya, dia langsung bersiap pergi menemui Nyonya Seymour.
"Aku pergi ada keperluan.“
"Mau ke mana?" Carlton bersuara.
"Membantu teman," jawab Carla.
"Aku ikut!" ucap Carlton.
Takingin berdebat, Carla pun mengizinkan lelaki tersebut ikut dengannya. Mereka pergi membeli obat pereda demam dan juga buah-buahan.
Melihat perhatian gadis itu kepada Nyonya Seymour, membuat Carlton bertanya untuk menghilangkan rasa penasaran di dalam hati. "Siapa Nyonya Seymour?"
"Hanya teman yang taksengaja bertemu di jalan," jawab Carla santai.
Sesampai di depan rumah Nyonya Seymour, mereka harus mengetuk dan menekan bel beberapa kali, karena sang pemilik rumah tidak langsung membukakan pintu. Setelah beberapa menit berlalu, barulah wanita tua itu membukakan pintu.
"Nyonya, apa kau baik-baik saja?" Carla melihat Nyonya Seymour berwajah pucat.
"Ya, aku sedikit baik-baik saja," jawab Nyonya Seymour seraya memandangi Carlton.
"Ah, ya. Ini adalah Tuan Carlton. Dia adalah temanku." Carla memperkenalkan.
"Halo, Nyonya. Senang bertemu denganmu," sapa Carlton.
"Silakan masuk," ajak Nyonya Seymour. "Apakah kalian mau secangkir teh?" tawarnya.
"Terima kasih, Nyonya. Tapi tidak dan terima kasih." Carla tidak ingin merepotkan wanita tua itu.
"Jika begitu, aku yang sangat berterima kasih atas bantuanmu," ucap Nyonya Seymour.
"Jangan sungkan, Nyonya. Bukankah aku sudah berjanji akan membantumu, jika kau sedang alami kesulitan?" Carla memberikan senyuman terbaiknya.
"Ya, ya. Kau memang anak baik," ujar Nyonya Seymour.
"Jika sudah tidak ada yang diperlukan lagi maka kami pamit," ujar Carla.
"Ya, kalian berdua berhati-hatilah," pesan Nyonya Seymour.
“ Ya pasti,” jawab Carla.
Carlton terdiam dalam analisanya. Dari gerak-gerik bahasa tubuh Nyonya Seymour, dia menangkap ada sesuatu yang disembunyikan oleh wanita tua itu dan sikap kepura-puraan di setiap gerak-geriknya.
“Kau sudah berapa lama kau mengenal Nyonya Seymour?" Carlton bersuara saat sudah di mobil.
"Hmm, ... " Carla nampak sedang mengingat-ngingat. "Sepertinya sekitar satu bulan lebih."
"Kau baru kenal dengan orang asing, jangan terlalu dekat. Ingatlah, agar harus selalu waspada." Nada bicara dan ekspresi Carlton sangat serius.
"Dia itu hanya seorang ibu tua yang sebatang kara."
"Ish, kau ini! Mengapa selalu saja suka membantahku?"
"Karena hanya kau satu-satunya yang bisa kuajak bertengkar," jawab Carla tertawa.
Carlton pun hanya bisa tertawa mendengar jawaban polos gadis itu, yang sudah dikenal semenjak berusia remaja. Tiba-tiba ponselnya berdering dan terpampang nama Gregory di layar.
“Ya?”
"Kita sudah mendapatkan orangnya," ujar Gregory di seberang sama.
"Baik, aku segera ke sana, lakukan interogasi segera!" Perintah Carlton.
"Apa aku boleh ikut?" Carla bersuara. "Aku hanya ingin lihat bagaimana jika kalian sedang menginterogasi kiriminal.” Otaknya berpikir cepat, agar diizinkan. “Bukankah kita partner?"
"Baiklah, tapi jangan mengangguku bekerja!" "Siap, Kapten!" jawab Carla.
Carla itu duduk di sofa yang berada di belakang kursi Carlton dan melihat Gregory sedang mengintrogasi si pelaku dengan beberapa pertanyaan. Namun, si pelaku itu harus ditanya berulang kali, barulah dapat memahami arti maksud dari pertanyaan.
