DATA INFORMASI
"Ya, tentu, Nyonya. Aku akan berhati-hati," jawab Carla santai dan berlalu begitu
Sementara Nyonya Seymour masih terus memperhatikan gadis itu. Meski kecantikan Carla tertutupi, tetapi dalam pandangan matanya tetap wanita yang sangat cantik sempurna.
Di pagi hari, Carla masih terbangun dengan kepala yang masih terasa pusing. Dia berjalan ke dapur, lalu mengambil susu dan menuangkannya ke gelas. Kemudian duduk di sofa dan menyalakan TV.
Gadis itu memijat pelan kedua pelipisnya, berharap bisa meredakan rasa pusing. "hiissh ..." gumamnya ketika melihat berita di TV, yang memberitakan penemuan satu mayat dengan keadaan yang sama, kehabisan darah tak jauh dari tempat bar yang semalam dia datangi.
"Ini sebenarnya apa yang telah terjadi?" pikir Carla seraya memijit-mijit pelipisnya lagi dan tak lama teringat tentang surat adopsi tersebut. Segera saja gadis itu beranjak mandi dan bersiap pergi ke kantor catatan sipil, untuk mencari tahu tentang surat adopsi tersebut.
"Hai, Fred," Seorang gadis menyapa dengan ramah dan senyuman hangat. "Maaf, Fred sedang liburan," jawab Fred acuh tak acuh.
"Ish, kau ini!" seru Carla seraya mencubit tangan lelaki itu. "Ada apa?"
"Bisakah kau membantuku dengan ini?" Carla menunjukan foto di ponselnya. "Tidak bisa!"
"Ah, ayolah, Fred!" ulangnya, kali ini dengan tatapan memohon.
"Carla, tidakkah kau ingin mencari pekerjaan yang normal?" Fred menatap gadis di hadapannya serius. "Kau ini cantik dan pintar, mengapa memilih pekerjaan berbahaya seperti ini? Menguak rahasia orang lain."
Carla menatap Fred dengan mata berkaca-kaca lalu menjawab, "Demi ibuku."
Fred yang melihat tatapan dari kedua mata Carla akhirnya pun luluh, "kirimkan foto itu kepadaku!"
"Kau terbaik!" puji Carla.
Fred hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala, bagaimanapun Carla adalah teman baiknya. Dia benar-benar tidak bisa menolak permintaan gadis itu, meskipun terdengar tidak masuk akal. Namun, akan tetap berusaha memenuhinya.
Fred datang dengan membawa informasi yang Carla pinta dan tak lupa memperingatkan gadis itu. "Listen me carefully, Carla. Kau harus berhati-hati dengan apa yang kau kerjakan."
"Ya, kau tenang saja," jawab Carla seraya pergi meninggalkan Fred dan kantor catatan sipil.
Di dalam mobil gadis itu membaca data itu dan tercatat bahwa keluarga Vladimir pernah mengadopsi seorang anak dari pasangan pelayan yang pernah bekerja kepada keluarga Vlad. Anak yang diadopsi adalah anak perempuan, Jane Seymour.
"Seymour …. " Carla merasa familiar dengan nama ini, tetapi tidak dapat mengingatnya dengan jelas. "Jika mereka berbaik hati mau mengadopsi anak tersebut, lalu mengapa ditempatkan di kamar hantu tersebut?"
Baginya kamar rahasia yang kemarin itu seperti kamar hantu. Tidak ada hawa kehidupan. Bahkan jika sebuah kehidupan masuk ke sana, pasti akan ‘tersedot’ dan membuat jiwa itu seperti mati, mayat hidup.
"Lalu, di manakah dia sekarang?" gumam gadis itu.
Sementara Carlton disibukan kembali dengan penemuan mayat baru. Mereka benar-benar tak menyangka jika rute daerah berubah, tetapi korban yang dipilih tetap profil yang sama. Gadis muda belia dan cantik. Namun kali ini tidak berjarak dekat dengan sekolah.
"Katakan situasinya!"
"Sama dengan korban yang sebelumnya," jawab salah satu dokter forensik. "Kehilangan darah 40% dan bentuk sayatan yang sama."
"Waktu kematian?" tanya Carlton.
"Diperkiran sekitar tiga jam lalu," jawabnya lagi.
"Gregory!" panggil Carlton.
"Di sini adalah titik buta CCTV," jawab Gregory.
"Rapat segera!" perintah Carlton seraya masuk ke mobil dan melajukannya.
Sebelumnya di laboratorium forensik, Gregory mengambil laporan otopsi jenazah untuk materi rapat hari ini dan sedikit membaca laporan tersebut.
Memar?
"Laporan!" pinta Carlton.
Gregory maju dan memberikan laporan tersebut. Carlton duduk dengan tenang sembari membolak-balik halaman per halaman.
"Memar-memar?" tukas Carlton.
"Kemungkinan besar pelaku menaikan tingkat sadistiknya. Jika dilihat dari foto korban yang penuh memar, pelaku sepertinya memukuli korban dengan keras hingga hampir mati, lalu mulai menguras darahnya dalam keadaan hidup-hidup."
Carlton membanting berkas data di atas meja, lalu menatap para anggotanya. "Apa saja yang kalian kerjakan? Kali ini aku ingin kalian bertanya kepada semua saksi yang berada di tempat kejadian, termasuk satu hari sebelum kejadian. Temukan bukti, apa pun caranya!" perintahnya lagi seraya pergi sambil membanting pintu ruang rapat dan berjalan menuju ke ruangan.
Gregory masuk dengan membawa beberapa lembar foto ke ruangan Carlton. "Ini. Kau harus melihat ini!" ujarnya meletakkan selembar foto di atas meja.
"Carla," gumam Carlton mengernyitkan alisnya, lalu memakai jaket panjang dan bergegas ke luar ruangan, "Aku yang akan menanyakan ini padanya
Gregory yang melihat itu hanya tersenyum saja. "Ya. Silakan kau bertanya langsung kepada Carla-mu itu," candanya.
Carlton menyesap jusnya dan menggigit ujung donat yang dia pesan tadi, lalu menjawab dengan santai, "Aku datang untuk menanyaimu sebagai saksi."
"Saksi?" Carla menatap bingung kepada Carlton.
"Kau berada tak jauh dari lokasi kejadian pembunuhan kemarin," jawab Carlton.
"Ah, itu ... pembunuhan berantai itu," ucap Carla seraya menggigiti ujung
pulpennya berpikir tentang misteri pembunuhan tersebut. "Baiklah apa yang bisa ku bantu?" Gadis itu memperlihatkan sikap setuju untuk bekerja sama.
"Apakah kau menemukan sebuah keanehan waktu itu?"
"Tidak ada yang aneh aku rasa," jawab Carla sambil mengingat-ngingat hari itu. "Aku hanya menabrak wanita tua saja," lanjutnya.
Carlton mendengarkan seraya melirik berkas-berkas yang sedang gadis itu selidiki, lalu mengambil salah satu kertas dan membaca dengan seksama. "Surat adopsi? Keluarga Vladimir pernah mengadopsi seorang anak perempuan." Dia langsung menatap gadis di hadapannya, "Di mana kau menemukan ini?"
"Ah, aku … " jawab Carla seraya mengambil kopian surat adopsi tersebut. "Ini bukan urusanmu!"
"Carla, ... " Carlton tak melanjutkan perkataannya, karena melihat leher dan tulang selangka yang begitu indah, sebab gadis itu mengikat rambutnya tinggi- tinggi, hingga lehernya terpampang nyata.
"Apa?" jawab Carla membuyarkan lamunan Carlton.
"Itu, aku akan membantu penyelidikan tentang kasus ibumu, selama kau memberitahuku semua hasil penyelidikanmu ini." Carlton memberikan penawaran seraya mengelus tengkuk lehernya.
Carla memandang Carlton dengan serius. Berpikir jika menerima tawaran ini, mungkin saja bisa mendapatkan informasi penting tentang kematian ibunya. Tidak ada
salahnya menerima tawaran itu.
Di sisi Carlton sendiri, hanya dengan cara ini akan membuat Carla dekat dengannya dan dapat melindungi gadis itu dengan baik.
"Baik, jika begitu kita sepakat," jawab Carla seraya mengulurkan tangan
"Lalu, apa yang sudah kau temukan?" tanya Carlton serius.
"Kemarilah!" Gadis itu meminta Carlton berpindah duduk ke sampingnya dan dengan semangat memberitahukan semua hasil penyelidikan yang sudah ditemukan.
Analisamu tidak buruk, pikir Carlton.
"Hei! Apa kau mendengarkanku?" seru Carla seraya meletakkan berkas yang sedang dijelaskannya kepada Carlton.
"Iya, aku mendengarmu," jawab Carlton.
