Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 5. Wanita Hamil

"Permisi, Bu....! Mas Eko ada?" Sesosok wanita dengan wajah cantik menyembul dari balik pintu ketika Arini membuka pintu pasca bel di rumahnya berdentang beberapa kali.

"Maaf dia belum pulang dari kantor. Lembur katanya." Arini menjawab dengan perasaan tak enak.

Dan melihat wanita yang mencari putranya sampai datang kerumah.

Wanita cantik yang menurut pandangan Arini tampak pucat itu mengangguk lesu.

"Baik, saya tunggu," sahutnya lantas mengulas senyum.

Deg.

Jantung Arini berdegup lebih kencang dengan mata membelalak.

Otaknya mendadak blank. Masih sulit untuk mencerna maksud perkataan tamunya barusan.

"Ma-maksud, Mbak?"

"Bolehkan aku menunggu Mas Eko disini? Sampai dia pulang?" Tanpa memberikan jawaban jelas, wanita cantik tadi justru membuat Arini makin tercengang dengan permintaan yang membuatnya melayangkan berbagai prasangka buruk.

Apakah wanita ini hamil dan akan meminta pertanggungjawaban putranya..?

"Bo-boleh, tapi kalau boleh tahu, ada urusan apa, ya?" Arini bertanya dengan perasaan gugup yang sulit untuk disembunyikan.

"Hanya urusan kecil," jawab sang tamu dengan menunjukkan wajah yang terlihat santai meski tampak pucat.

Arini mengangguk kaku. Namun, hatinya tak berhenti bertanya tentang maksud kedatangan wanita asing yang tak dikenalnya itu.

Lalu mempersilahkan masuk.

"Tidak usah repot-repot membuatkan aku kopi atau minuman lainnya, ya,Bu." Sebelum dipersilakan, wanita itu menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu kediaman Arini yang mewah.

Wanita itu memandang sekeliling dengan takjub.

Arini mengangguk kaku lantas membiarkan tamunya menunggu putranya pulang. Entah apa urusannya, rasanya tak etis jika harus mengusir tamu yang datang. Sebab itulah, Arini tak bisa berbuat banyak selain mempersilakannya duduk dan menunggu putra nya.

Tak lama suaminya datang dan terkejut melihat wanita yang nampak kelelahan tidur di sofa.

Ghofar lalu bertanya pada Istri nya yang duduk diruang tengah.

" Itu siapa...?"

" Ga tau, nyari Eko, Aku sudah telpon tapi handphonenya tidak active...!" Jawab Arini.

Dua jam berlalu, akhirnya Eko pulang setelah semua pekerjaan di kantor pusat terselesaikan.

Arini bergegas membukakan pintu samping yangbtembus ke garasi menyambut putranya.

" Ada yang mencari kamu, dari tadi dia nunggu sampai ketiduran...!" Ujar Arini.

Perempuan cantik yang sejak kedatangannya ke rumah sukses membuatmembuat hati Arini bergejolak oleh sejuta tanya, mengangkat tubuhnya yang sedari tadi dengan santai duduk dan bersandar di sofa dengan wajah cerah. Muka kusut dan pucat yang ditunjukkan saat awal kedatangannya tadi tak lagi Arini temukan.

Ya, perempuan itu tampak bahagia menyambut kepulangan putranya.

Menghadirkan denyut penuh kesakitan di dada wanita berwajah teduh yang tengah jalan beriringan dengan lelaki yang ia lahirkan.

"Mas …."

Mesra. Itu yang ditangkap oleh pendengaran Arini bagaimana nada wanita itu memanggil Putranya.

"Ngapain kamu ke sini?" Eko tampak melebarkan bola mata saat menyadari siapa yang bertamu kali ini.

"Aku … aku--," balas perempuan itu sedikit gugup.

Siapa wanita itu sebenarnya? Perasaan Arini makin tak karuan dibuatnya.

Ghofar berdiri diruang tamu.

" Ada urusan apa dengan putra saya...!" Tanya Ghofar tegas.

" Saya Utari...!" Ujar wanita cantik itu.

Eko memejamkan matanya. Tangannya mengepal. Ingin rasanya ia menarik perempuan itu keluar dari rumahnya. Menjauh dari hadapan orang tuanya terutama ibunya.

"Ngapain kamu ke sini?" Tanya Ghofar.

Tak ada sahutan dari wanita itu saat Ghofar memberinya pertanyaan.

""Apa tidak ada waktu lain untuk menemui putra ku..?"

" Mas Eko sejak pindah ke Bali handphonenya tidak active, saya dua kaki datang ke kantornya katanya sudah pindah keluar kota. Saya lalu tanya ke security kantor alamat mas Eko, akhirnya saya pitiskan datang kesini...!" Jawab wanita itu dengan berani.

Deg.

Arini terlonjak saat wanita itu menyahut ucapan sang suami.

"Ya ampun, jangan bilang kalau kamu sudah jatuh cinta dengan perempuan itu!" Bisik Ghofar pada putranya yang bersiri tepat disampingnya.

Jantung Arini berpacu semakin cepat.

Ia tidak begitu jelas mendengar bisikan suaminya. Tapi ia yakin pasti hal buruk.

" Terus ada apa kamu mencari putra saya...?" Tanya Ghofar.

" Saya mempunyai Kabar gembira?" Dahi Ghofar mengernyit sementara Arini yang mengamati dari kejauhan juga tak kalah penasaran dengan kabar baik apa yang bakal diungkapkan wanita itu.

"Aku … hamil, Mas." Perempuan itu memeluk erat tubuh gagah Putranya.

Hampir luruh tubuh Arini mendengarnya. Berharap apa yang terjadi sore ini hanyalah sekedar ilusi.

Astaghfirullah. Berkali-kali Arini beristighfar dalam hati melihat pemandangan tak lazim itu.

****

Lusy yang akhirnya dinikahi oleh Ilham walaupun karena terpaksa.

Ilham menikahi nya setelah diancam oleh ayah dan Bunda nya, Bahkan ayahnya mengancam Ilham akan di coret dari ahli warisnya kalau tidak menikahi Lusy.

Malam itu sama seperti malam sebelumnya, Ilham tidak menyentuhnya.

" Kalau kamu tidak mencintaiku ceraikan aku Mas...!" Pinta Lusy.

"Ngomong apa, sih, kamu." Ilham melayangkan protes seperti tak terima dengan ucapan bernada tuduhan yang dilayangkan istrinya.

"Kau tenang saja, asalkan harta warisan sudah kudapatkan sudah pasti kamu kubuang." Meski lirih, Lusy dapat menangkap dengan jelas ucapan suaminya. Ya, sejauh ini pendengarnya memang cukup tajam.

"Lalu kapan? Sudah hampir setahun, l Mas, aku menahan diri., dengan semua sikap kamu" jawab Lusy yang memang hatinya sudah sangat terluka.

" Apa kamu mandul...? Kenapa kamu tidak hamil juga...?" Pertanyaan Ilham benar-benar mengejutkan Lusy.

"Iya mungkin aku mandul mas..! Ceraikan aku karena aku juga tidak mau hamil anak kamu...!" Jawab Lusy.

"Tidak bisa. Aku harus memiliki anak dulu itu syarat yang Ayah berikan."

"Atau jangan-jangan kamu yang, mandul?"

Terlihat oleh Lusy, Ilham mendesah resah.

Bau gosong tercium dari arah dapur. Membuat Lusy teringat pada masakannya, ia pun berlari ke dapur.

Sesaat setelah mematikan kompor, Lusy bergegas menuju kamar. Ya, saat sebuah kenyataan menyakitkan itu telah terpampang nyata, pantaskah kalau dirinya masih berharap pada lelaki yang memang sebenarnya tak pantas untuk dimiliki jika bukan karena sebuah paksaan?

"Lusy apa yang kau lakukan?" Ilham yang merasa terpojok setelah melihat gelagat aneh istrinya, buru-buru menghampiri wanita yang tengah menyibukkan diri dengan menyusun baju-baju miliknya pada sebuah koper besar.

"Rasanya tumpukan baju pada koper ini bisa menjelaskan semuanya, Mas," balas Lusy tanpa menoleh. Sebisa mungkin, Lusy berusaha bersikap tenang, meski sebenarnya ingin memuntahkan segala amarah pada lelaki yang nyatanya menikahi dirinya hanya demi sebuah misi mendapatkan warisan.

"Lusy tolong jangan pergi." Ilham yang merasa misi yang direncanakan sejak awal terancam gagal, berusaha untuk bernegosiasi.

"Kamu tenang saja, Mas. Kamu tidak perlu repot-repot membuang ku."

Tenggorokan Ilham rasa tercekat.

"Dan satu lagi, semoga kamu bisa menjadi suami yang baik, ya, untuk wanita yang kamu cintai," ucap Lusy dengan batin yang terasa perih.

"Aku pergi, Mas." Lusy berpamitan tanpa memandang wajah tampan yang selama ini telah membuatnya terpesona oleh ungkapan cinta yang nyatanya palsu.

"Lusy …."

Ilham tak mampu menghentikan langkah Lusy —wanita yang dinikahi hanya untuk menyenangkan hati Orang Tuanya,Namun, kini mulai membuatnya nyaman secara perlahan. Ya, kesederhanaannya telah mencuri hatinya dalam diam.

Ilham tak mengerti, kenapa melihat punggung Lusy menghilang dari pandangan, membuat hatinya tercabik. Ada yang terasa hilang dalam dirinya.

Lusy memasukan koper kedalam bagasi mobilnya, lalu menjalankan mobil perlahan dari halaman rumah Ilham, tujuan nya apartemen milik Eko Bossnya. Lusy berpikir akan tinggal disan dan tidak mungkin kalau boss nya yang juga sahabatnya itu tidak mengizinkan nya.

Saat Lusy masuk kedalam Apartemen Nina menyambut nya dan membantu Lusy membawa koper besarnya.

" aku mau nginap Nin...!" Ucap Lusy lalu merebahkan badannya di sofa.

Beberapa saat kemudian Eko datang dengan wajah kusut, dn terkejut melihat Lusy ada di apartemen nya.

" Lu kabur...?" Tanya Indra sambil menunjuk koper besar milik Lusy.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel