Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3. Dientot Pak Joko

Hari yang menyenangkan untuk aku di hari pertama sekolah, mendapatkan sahabat yang ternyata satu sirkel itu berbeda banget dari apa yang kita bayangkan. Malam ini akan di jemput revan pergi, karena katanya dia akan mengajak aku ke sebuah kafe. Bukan yang pertama dalam hidup ini kalau jalan sama cowok, akan tetapi sudah sering kali di sakiti oleh kaum adam seperti itu.

Tepat di dalam sebuah kendaraan, aku pun segera menaiki sebuah kendaraan umum dan pergi dari lokasi sekolah. Di sepanjang perjalanan, aku hanya menatap ponsel sampai menunggu sampai ke rumah. Walau pun keadaan di rumah seperti neraka, bagaimana tidak karena setiap hari pasti ada yang berbeda. Lelaki asing simpang siur datang ke rumah, karena mama sejak di selingkuhi ayah sekarang meraja lela. Padahal mereka belum bercerai, tapi aku tidak menyangka kalau harus mengalami ini semua.

Kini tibalah aku di depan rumah, dan kendaraan umum berhenti seketika. Dengan melangkah masuk, aku pun langsung membuka pintu. Ternyata telah tertutup, dan sekarang sunyi. Tidak seperti biasanya, kalau aku pulang sekolah selalu saja ramai. Bahkan suara disko di dalam kamar milik mama, sampai kuping ini hendak pecah mendengarkannya.

Seraya membuka sepatu, aku mendudukkan badan di atas sofa. Namun, terdapat banyak sekali tisu yang berserakan ke sana dan ke mari. Tisu itu begitu basah, sampai sampai aku penasaran akan aroma apa yang ada di dalam tisu tersebut. Sembari mengambilnya, aku langsung mencium tisu tersebut dari ujung hidung. Dan bau nya tidak enak, ini adalah milik pria.

Dengan cepat aku mengambil tempat sampah dan memasukkan semua tisu itu di dalam nya, perlahan selesai juga dan aku pun masuk ke dalam kamar. Tas yang ada di pundak seketika aku buang di atas dipan, lalu diri ini melompat ke atas dipan. Dan kedua sayap ku mulai merenggang, setelah seharian ini beraktivitas dan sekolah.

“Hadeh … hari ini gak ada tugas sekolah, aku bisa santai aja di rumah,” ucapku sendiri.

Tak berapa lama sebuah ponsel berdering di samping kanan, aku menatapnya dan mencoba melihat siapa yang menghubungi, ternyata dia adalah Mita. Entah ada apa dia menghubungi, dengan cepat aku segera mengangkatnya.

[Hallo mit, kamu kenapa?] tanyaku pada sahabat.

[Kamu ada acara gak Vin malam ini, karena aku lagi bosan nih di rumah. Kalau kamu gak ada acara aku mau ajak kamu main di luar, sekalian belanja biar enak.]

[Hmm … aku gak ada sih acara, tapi kalau kamu mau ajak aku pergi ya gak masalah juga. Ya Udahlah, aku akan share lock ke kamu kalau kita akan pergi.]

[Baik, aku akan segera datang oke. Tunggu aja di rumah ya, kamu siap siap dan dandan yang cantik, karena aku gak mau kalau kamu gak mandi loh.]

[Sialan, aku gak seburuk itu ya. Ya udah sekarang datang, aku mau ganti pakaian juga nih.]

Kemudian ponsel pun mati, aku segera melompat dari atas dipan dan langsung menuju kamar mandi, seraya membersihkan badan di dalam ruangan ini aku tak henti hentinya bersenandung lagu lagu masa kini. Dan ketika selesai, barulah aku masuk ke dalam kamar untuk mencari pakaian yang sesuai dengan tema hari ini.

Ternyata tema nya adalah bunga bunga, akan tetapi aku lebih suka dengan rok pendek. Dengan memakai baju yang warnanya serasi, ini adalah penampilan terbaik aku. Setelah bercermin kembali, ternyata terlihat sangat cantik dan menarik. Aku pun segera ke luar dari kamar, karena suara mobil sudah terdengar keras menggema di dalam ruangan. Kemudian aku membuka pintu, dan Mita sudah membuka jendela kaca mobilnya.

“Hai, cepat ke luar, aku gak mau turun,” ucapnya dengan nada suara berteriak.

“I iya bentar, aku mau kunci pintu dulu,” jawabku, dan kami pun segera menuju ke jalan lintas menuju ke arah perkotaan.

Di sepanjang perjalanan kami berbincang dengan membahas cowok, persahabatan kami ini baru saja terjalin beberapa jam. Namun, aku sudah sangat akrab dengan Mita. Sekarang kami akan menuju ke mall, sekitar setengah jam dari rumah.

“Mita, kamu katanya lagi dekat sama cowok ya? Aku dengar dari sekolah sebelah, katanya kamu lagi dekat dengan orang yang sangat ganteng di sekolah kita?” tanyaku pada Mita.

“I Iya sih, tapi aku gak tahu bagaimana cara nya mendapatkan cowok itu. Apalagi sekarang dia adalah pria paling tampan di sekolah, aku sampai gak bisa berkata kata kalau soal ini,” jawab Mita terbata bata.

“Ya kalau menurut aku sih, kamu gak perlu tunjukkan kalau kamu suka sama dia. Karena kita itu perempuan, gak bagus kalau langsung mengatakan apa yang kita rasakan,” jawabku memberikan nasihat.

Mita pun paham dengan kata kataku, kalau dekat dengan seorang pria jangan murahan dengan mengatakan hal yang sebenarnya. Karena wanita itu bebas memilih, bukan harus menjadi pengemis dalam bercinta. Karena orang kita suka, belum tentu duka juga dengan kita. Begitu pun sebaliknya, karena dunia ini tidak ada yang pasti kalau keduanya sama sama tidak tahu perasaan masing masing.

Akhirnya tibalah kami di sebuah pusat perbelanjaan, dan katanya di dalam sana ada sebuah kafe yang sangat indah. Aku belum pernah masuk, karena uang jajan sekarang sudah banyak di potong oleh mama akibat masalah lalu. Sejak saat aku melawan dengannya, semua fasilitas itu sudah berkurang. Termasuk mobil, dia telah menyita habis apa yang sudah dia berikan.

Orang tua paling aneh, karena aku sempat ke dapatkan apa yang aku mau, termasuk juga lelaki. Namun, belakangan hari kami telah cekcok. Karena cowok yang dekat dengan aku telah di ambil oleh mama, kemungkinan akan tetap demikian terjadi. Seraya berjalan ke depan mall, kami segara menaiki tangga eskalator.

Dan sebuah kafe yang di katakan itu ternyata benar benar ada, membuat aku sangat tertarik hendak bertahan di sini sejenak. Menikmati hidangan yang terlihat sangat enak dari stand paling depan. Seorang pelayan datang membawa buku menu, aku memilih makanan dan juga Mita. Akhirnya kami memilih menu andalan di sini, itu adalah yang terbaik dari rattimg para pengunjung.

“Kamu sekarang dekat sama siapa Vin? Aku lihat kamu santai aja anaknya, seperti gak punya beban pikiran apa pun gitu,” kata Mita, kami baru saja memulai saling bertanya jawab akan masalah pribadi.

“Aku memang gak terlaku prioritas sih dekat sama cowok. Karena apa, mereka itu hanya membuat kita sakit hati. Gak lebih, bahkan aku juga memutuskan untuk tidak lagi pacaran, karena mau fokus sekolah dan berkarier,” jawabku, Mita menganguk.

“Itu lihat deh, ada cowok di sana. Kamu lihat gak, ganteng banget kan? Idih … aku pengen banget deh dapat yang seperti itu,” ucap Mita, sambil menunjuk ke arah lelaki yang memakai jaket hitam.

“Oh, aku lihat kok. Tapi aku gak tertarik, aku gak suka sama cowok seperti itu,” jawabku, lalu Mita kembali menarik lenganku.

“Tipe kamu tinggi banget sih, sampai yang begitu aja bukan tipe kamu Vin.”

“Ya mau gimana lagi, karena cowo yang aku suka itu memang harus sempurna di mata aku. Kalau di mata orang laik biasa saja, tapi paling tidak gak membuat aku merasa ilfil lah,” paparku, dan pelayan tadi datang menemui kami.

Dia meletakkan semua makanan di meja makan kami, dan sekarang adalah saatnya menyantap semuanya. Malam ini, aku akan jalan jalan dan semoga saja Mita dapat pulang lebih awal, kalau tidak kemungkinan akan gagal ketika jalan dengan revan.

Dari arah yang sama, aku melihat sosok orang yang sepertinya aku kenali. Dia adalah mama, menggandeng lelaki yang dulunya pacaran sama aku. Dia telah merebut semua lelaki yang telah aku cinta, bahkan tidak hanya sekali. Melainkan tiga kali, tapi anehnya semua lelaki yang dekat dengan mama mau saja ketika di ajak jalan.

Dengan penuh rasa malu, aku pun bangkit dari tempat duduk dan langsung berjalan ke arah yang berbeda, Mita menatap karena secara spontan aku membelakanginya.

“Kamu kenapa Vin, kok aku lihat seperti orang yang lagi bingung gitu?” tanya sahabat.

“Ak aku … aku lagi gak mood aja nih. Oh ya, kalau begitu aku boleh gak ke sana bentar, mau ke kamar mandi bentar,” kataku sambil menunjuk ke depan.

“Boleh boleh, ya udah kalau kamu mau ke depan, aku akan nunggu di sini. Jangan lama lama ya Vin, entar makanan ya malah dingin loh,” papar sahabat, tanpa mendengarkan apa yang dia katakan, kemudian aku melaju ke depan.

Demi menghindari mama yang telah mengajak pacarku, dan itu sangat memalukan. Dengan sangat kencang, kini tibalah aku di sebuah kamar mandi. Dan ketika diri ini masuk ke dalam, aku menatap cermin yang sangat indah itu. Ternyata wajah ini masih sama, tidak terlihat sedih atau apa pun. Jujur saja aku kehilangan dengan mantan, karena dia lebih memilih mama di hadapan aku.

Padahal yang masih gadis adalah aku, bukan mama. Namun, sepertinya mereka memiliki rencana lain untuk mendapatkan uang dari mama yang menjabat sebagai bos di salah satu perusahaan kosmetik di kota ini.

“Aku masih cantik kok, ya udah lah kalau gitu aku kembali lagi aja di Mita, moga mama udah pergi dari sana,” kataku sendirian di dalam kamar mandi.

Saat kedua kaki ini melangkah maju ke depan, ternyata di balik pintu seorang pria berdiri tegap di sana. Dia adalah Ferdi, mantan yang selalu sayang padaku. Namun, sekarang telah mencintai mama dengan embel embel uang dan kendaraan mobil.

“Vi, Vina. Kamu di sini juga. Kamu ngapain ada di sini, kenapa aku gak lihat kamu masuk tadi?” tanyanya, dan aku pun menarik napas panjang.

“Kami gak perlu tahu aku mau ke mana, kamu juga gak perlu kepi sama urusan aku, kan kita udah punya jalan hidup masing masing. Udah ya, aku mau pergi.”

Ferdi menarik lengan kanan ini, aku berhenti sambil menatap tangannya itu. “Tunggu, kamu kenapa sih sama aku, kamu gak boleh gitu, kalau pun aku menikah sama mama kamu, kan aku adalah ayah tiri kamu Vin.”

Bersambung …

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel