Pustaka
Bahasa Indonesia

Nikmatnya Rudal Suami Tetangga

47.0K · Baru update
Ferdi Andreas
38
Bab
669
View
9.0
Rating

Ringkasan

Mengandung adegan dewasa 21++ “Ach, sayang masukin lagi enak banget,” desah wanita yang sedang berada di ranjang bersama suami orang. “Mantap sayang, jepitanmu nikmat. Mas gak tahan sayang, mau keluar nih,” sahut lelaki perkasa 23Cm itu lagi. Ckop … ckop … ckop … Mantap sayang, enak terus.

RomansaNovel MemuaskanplayboyPerselingkuhanKawin KontrakMengandung Diluar NikahGenitDewasa

1. Bu Guru Idaman

“Ach, sayang masukin lagi enak banget,” desah wanita yang sedang berada di ranjang bersama suami orang.

“Mantap sayang, jepitanmu nikmat. Mas gak tahan sayang, mau keluar nih,” sahut lelaki perkasa 23Cm itu lagi.

Ckop … ckop … ckop …

Mantap sayang, enak terus.

Semula aku tak menyangka kalau semua ini terjadi, jujur saja semua kejadian yang aku alami berdasarkan apa kata hati. Bukan dari eksternal atau lain sebagainya, ini adalah kisahku. Walau masih duduk di bangku SMA, perasaan untuk memiliki tidak pernah pudar bahkan pada seorang guru tampan beranak tiga di sekolah. Dia adalah lelaki yang mamu mengajarkan aku ilmu biologi sampai kami mengalami hal hal indah.

Perbekalan, aku adalah Vina Purnamasari. Biasa di sapa dengan nama Vina, dan sekarang aku masih duduk di bangku SMA, dan tepatnya di kelas sebelas ipa satu. Untuk sekarang kegiatan aku adalah ikut dalam berbagai acara yang di gelar mama, sebagai wanita karir. Bisa di bilang aku adalah wanita yang lumayan memiliki potensi di dunia model, bahkan setiap ajang kecantikan aku selalu hadir dan ikut di sana.

Sehingga tidak ada lagi yang meragukan kalau aku dapat berakting bahkan bisa berjalan layaknya kucing yang sangat anggun. Kami pindahan dari salah satu kota yang ada di Sumatera barat. Memiliki warna kulit khas, dan apalagi ayahku adalah seorang peliput berita. Pekerjaannya yang tidak dapat di tentukan, membuat kami selalu menginginkan dia segera pulang.

Namun, aku tak pernah memaksa nya lagi semenjak ayah sudah punya selingkuhan di luar kota Sumatra barat. Semenjak kejadian itu, hidupku berubah total. Mama yang telah depresi dalam pernikahannya, dan selalu membawa lelaki lain ke rumah ini. Ketika aku hendak makan, bertemu pada lelaki itu. Bahkan sampai sampai dia datang menemui di dalam kamar.

Kisah kehidupan kami sudah seperti ini, mama yang tak mau menikah lagi tetapi masih doyan kumpul kebo selama bertahun tahun lama nya. Dan semua berawal ketika aku masuk ke sekolah baru.

“Selamat pagi anak anak semuanya …,” ucap seorang guru yang saat ini menjadi wali kelas kami, dia adalah bu Sekar. Wanita cantik yang sekarang tengah hamil tua, berdiri di depan kelas.

Lalu aku di samping kanan nya sambil menenteng sebuah tas ransel di pundak, lalu bu Sekar memperkenalkan aku pada semua siswa dan siswi di sekolah baru ini.

“Anak anak, sekarang ibu mau kenalkan sama kalian bahwa kita sedang datang salah satu murid baru dari luar kota. Dia adalah Vina Purnamasari, sekarang kamu kenalkan diri kamu ya,” kata bu Sekar padaku.

“Baik, aku mau memperkenalkan diri aku dulu, nama aku adalah Vita Purnamasari. Kalian bisa panggil dengan sebutan Vina. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara, dan sekarang kami tinggal dekat dengan sekolah. Hobi aku adalah beradu akting dan aku adalah model, terima kasih.”

“Wah, ternyata dia masuk ke dalam Sirkel kita dong,” ucap seseorang dari samping kanan serta kiri.

Suara riuh terdengar dari semua siswa, bahkan anak laki laki pun sempat memuji aku dengan banyak sekali kata kata, salah satunya adalah tinggi badan dan kecantikan. Semua ini di wariskan oleh mama, dan mata yang indah dari ayah yang kebetulan adalah bule.

“Sekarang kamu bisa duduk sendirian ya Vin, di bangku tengah itu. Karena orangnya sudah lama pindah, jadi kamu yang gantikan,” ucap bu Sekar, dan aku menganguk sambil menuju ke tengah bangku tersebut.

Di saat aku sampai, lalu aku menurunkan tas dan menyusun buku di atas meja, kebetulan tidak ada teman untuk bercerita di samping telah kosong. Lalu aku mengambil pena dan mengikuti pelajaran yang di bawakan oleh bu Sekar, dia mengajari matematika. Kami sunyi dan mendengarkan, hingga pada akhirnya bel pun berdering beberapa menit kemudian.

Dari arah yang berbeda, seorang siswi pun datang menemui kami. Mereka mendekat dengan rok sangat pendek, menatap aku secara saksama. Lalu, dia duduk di meja dan para cecunguk ya pun datang juga.

“Katanya kamu anak baru ya di sini, tapi kami gak pernah tuh melihat kamu di sekolah yang kamu bilang tadi,” ucapnya sedikit arogan.

“Iya, aku anak rumahan dan gak pernah ke luar dari ruang kelas juga. Ya sekarang aku tidak di kenal oleh siapa pun, selain dari fans fans di dunia modeling,” ujarku dalam menjawab.

“Oh, kadi kamu modeling. Bagus dong, rambut kamu juga bagus banget ini, aku suka. Mulai saat ini kamu akan bergabung di geng kami, mau?” tanya wanita tadi.

“Gabung di geng?” Aku pun menatap salah seorang yang masuk dari pintu depan, dan dia menemui aku seraya berkacak pinggang.

“Bentar aku mau permisi ke kelas aku dulu, ada pengacau. Kamu jangan ke mana mana kami akan kembali oke,” kata wanita tadi, dan salah seorang yang aku kenal adalah Mita dia ada di kelas ini.

“Ngomong apa anak itu di sini?” tanya Mita padaku.

“Gak ada, dia hanya mengajak aku masuk geng nya. Tapi aku gak mau, karena aku hanya mau sekolah di sini bukan mau buka les karate,” jawabku, dan dengan cepat aku bangkit dari bangku.

Baru hari pertama masuk sekolah aku langsung di sambut tidak enak. Entah siapa saja yang mengajak aku masuk geng nya, padahal aku tak berminat sama sekali. Bahkan sekadar bergabung pun tidak, semua itu hanya buang buang waktu. Masalah di dalam otak ini sidah terlalu banyak, dan jangan di tambah lagi dengan yang baru.

Setelah aku sampai di lantai satu, terlihat dunia yang indah di sini, banyak cowok cowok ganteng berjajar rapi di sepanjang jalan ke arah kantin, dan aku menjadi pusat perhatian, mungkin karena rok ini yang terlalu pendek, entah lah aku tidak tahu juga apa mau mereka.

“Sssuutt … cewek, sombong banget sih, godain kita dong,” ucap seorang siswa yang lumayan tampan, tapi aku gak suka sama dia.

Lalu diri ini mencoba duduk di bangku paling depan, yang terdapat banyak sekali makanan ringan di sana. Dan ketika aku sedang mengunyah, seorang pria mendatangi, entah apa maunya karena dia menatap aku beberapa kali.

“Hai, apakah aku boleh gabung di sini?” tanyanya padaku.

“Boleh aja, silakan. Lagian gak ada siapa siapa juga kok,” paparku, lalu cowok itu duduk di samping kanan.

“Kenalkan, nama aku adalah revan. Kalau kamu siapa?” tanya cowok tersebut.

“Nama akh adalah Vina, kamu panggil aku demikian.”

“Oh ya, kamu anak baru ya di sekolah ini? Karena aku belum pernah lihat kamu,” paparnya, membuat aku menganguk ringan.

Kami menyantap gorengan, dan aku sangat senang ada di sini bukan karena cowoknya yang ganteng. Tapi makannya sangat enak, dan ini adalah hari pertama yang menyenangkan. Walau pun, terlihat di dalam ruangan banyak yang sangat menginginkan aku untuk ikut padanya, untuk bergabung pada mereka.

Kring ….

“Kamu gak masuk kelas, entar terlambat,” kata revan padaku.

“Iya, ini mau masuk kelas kok. Kalau begitu aku duluan ya, van,” kataku menjawab.

Ketika kedua kaki ini melangkah maju, kemudian revan mengejar dari arah belakang. Dan dia mengikuti aku dengan menebar senyuman, diri ini menatap mantap ke arahnya.

“Tunggu tunggu tunggu ….” Revan menghentikan aku.

“Kenapa van?” tanyaku singkat.

“Entar malam kamu ada acara gak, aku mau ajak kamu makan di kafe, kamu mau gak?” ajaknya, dan diri ini berpikir sejenak.

“Gimana ya, aku takut kalau keluar malam sama cowok yang baru aku kenal. Karena kan, di luar itu gak aman banget,” paparku.

“Aman kok Vin, kamu gak akan menyesal deh kalau ikut sama aku. Mau ya, Plis ….”

“Hmm … ya udah deh kalau gitu aku chat aja kamu ya. Soalnya aku harus tanya mama di rumah, kalau dia gak izinkan ya berarti gak jadi.”

“Ya, aku akan menunggu chat dari kamu kok. Ya udah kamu jaik gih, biar aku pun masuk ke kelas.”

Kami sama sama menaiki kelas, berbeda gedung akan tetapi masih satu sekolah. Bahkan aku sempat bertanya tanya, tentang siapa revan. Dari sekian banyak cowok di sini, yang terlihat baik adalah dia. Tidak ada yang lain. Padahal kalau sekadar melihat wajah, aku menilai orang di sini baik baik.

Kini tibalah aku di dalam ruangan, tepat di hari pertama ini waktunya sangat penuh. Sehingga kami sangat sukar untuk bercerita atau pun hanya sekadar bertanya tanya, seorang guru olahraga pun masuk ke dalam kelas. Semula semuanya diam, menjadi sangat bising.

“Baiklah, sekarang kita ganti pakaian. Dan saya akan tunggu di lapangan segera, jangan ada yang telat satu menit pun,” kata si guru.

Karena aku tidak ada pakaian olahraga, kemudian aku pun menatap para sahabat yang simpang siur ke sana dan ke mari. Terliat kalau mereka merasakan hal indah ketika pelajaran ini berlangsung, siapa juga yang gak suka pelajaran olahraga. Karena semua nya menginginkan kalau berada di luar.

“Hei, kamu ngapain di sini terus? Ayo kita ke bawah, kalau telat kamu akan di hukum,” ucap Mita padaku.

“Ta tapi, aku gak ada pakaian olahraga loh. Entar di marah juga mit?” tanyaku lagi.

“Enggak kamu gak akan kena marah kok sama Bapak itu, Udahlah ayo. Entar Pak burhan malah marah sama kita semua,” jawab Mita, dan aku mengikuti mereka dari belakang.

Kami berjalan dari lantai empat gedung sekolah, lalu aku berjalan lambat dan melintasi sebuah gedung yang sangat gelap. Terdengar suara orang sedang beraktivitas, dan nada suaranya sampai ke luar ruangan.

“Ah, Pak em … aku gak kuat,” ucap seorang wanita.

“Bentar lagi sayang, tanggung nih, kamu jangan bersuara aku gak mau kalau ada yang dengar,” sahut seorang lelaki.

“Ta tapi … tapi aku gak kuat Pak, ini adalah hal paling membuat aku gila. Hentikan Pak, em m m m ….”

‘Itu suara siapa ya, apakah dari dalam sini ya suaranya? Ta tapi, pintunya terkunci. Kalau memang dari sini, kenapa semua siswi gak ada yang mendengarkan pada jalan?’ tanyaku dalam hati sambil mengintip dari balik jendela kaca yang transparan.

Bersambung …