8. Malam pertama
Kai malu!
Di sinilah Kai sekarang. Rumah mewah dengan lukisan yang bertebaran menempel di dinding dan arsitektur bangunan yang megah dengan tiga lantai.Rumah berwarna white gold ini masih saja membuat Kai menatapnya kagum dari bawah.
Kai berjalan di lantai pertama sambil membawa dua koper di tangannya. Pernikahannya dengan Aska sudah berlangsung kemarin malam di salah satu Hotel bintang lima yang di sewa khusus oleh Pak Reno dan hanya di datangi pihak keluarga dan beberapa rekan bisnis Pak Reno. Pernikahan mereka di lakukan dengan tertutup, dan berlalu bergitu saja.
Beginilah keadaan Kai sekarang, dalam sekejap mata dia sudah menyandang status sebagai seorang istri sah dari Aska Gerald.
Mama Nita terlihat menjemput Kai di lantai bawah sambil tersenyum senang lantaran menantu cantiknya sudah datang.
"Akhirnya sayang.. kamu jadi anak Mama beneran sekarang.." katanya sambil merangkul bahu Kai dan membawa gadis itu berjalan mengikutinya.
Dua pelayan bergegas mengambil alih koper Kai kemudian mengekori majikan mereka.
"Mulai sekarang, anggap rumah sendiri ya.." sambung Mama Nita tanpa memudarkan senyumannya.
Kai mengangguk ragu karena sungkan dengan keadaan yang kurang nyaman menurutnya. Bagaikan sebuah mimpi di siang bolong. Keadaanya dulu yang dibilang pas-pas an kini naik lantaran menjadi istri Aska, anak pengusaha properti yang kaya raya.
"Kamar kamu dan Aska ada di lantai dua."
"Kaa..kamar dengan Aska?" Ulang Kai dengan gugup.
"Iya, Sayang. Kalian boleh pacaran setelah menikah. Tapi, ingat jangan lakukan hal aneh-aneh dulu sebelum lulus sekolah.."
Membayangkan hal aneh-aneh yang di maksud Mama Nita membuat Otak Kai bekerja lebih lambat dari biasanya.
"Besok, kamu juga bisa Sekolah di Sekolah yang sama dengan Aska.."
Kai menganggukan kepalanya pasrah. Sepertinya, jalan hidup Kai sudah di tentukan Kakeknya.
Setelah menaiki tangga menuju lantai dua. Mereka kini berdiri di depan pintu besar berwarna coklat tua.
"Ini kamar kalian," ucap Mama Nita sambil memegang kedua bahu Kai.
"Kamu bisa istirahat, sayang. Kalau ada apa-apa bisa panggil salah satu pembantu di rumah ini. Dan kalau butuh Mama, kamu bisa ke kamar Mama.." jelas wanita itu lagi.
Kai tersenyum kemudian menganggukan kepalanya. Tanpa banyak bicara, ia hanya patuh begitu saja.
"Terima kasih, Ma.."
"Sama sama, Kai.."
"Jangan sungkan sayang, sekarang ini rumah kamu juga. Kamu punya hak di rumah ini,"
Kai tersenyum kecil dengan tatapan matanya yang sayu. Rasanya mustahil, namun inilah kenyataannya. Kai sekarang adalah istri dari seorang putra seseorang yang kaya raya.
"Terima kasih, karena Kai bisa ngerasain punya Mama lagi. Setelah seumur hidup Kai, Kai nggak pernah panggil siapapun dengan sebutan Mama. Dan sekarang Kai ngrasain punya Mama.."
Mama Nita tersenyum. Hatinya tersentuh melihat gadis cantik dengan kulit putih di hadapannya.
"Anggap Mama ini, Mama kandungmu sendiri Kai.." lanjutnya sambil mencium kening Kai sayang.
"Terima kasih, Ma.."
Nita menyingkirkan sebagian anak rambut Kai ke belakang telinga gadis itu, kemudian segera pergi dari sana.
Dan saat itu juga, Kai mulai masuk ke dalam kamarnya.
"Waaah.."
Kamar dengan nuansa putih gading membuat Kai membulatkan matanya. Dua pelayan yang membawa kopernya juga degera berlalu dari sana.
Kai kembali menutup pintu kamarnya. Kemudian kembali memandang takjub ruangan yang sekarang menjadi miliknya.
"Apa ini yang kakek maksud?" gumamnya pelan.
"Kai, akan mencoba semuanya pelan -pelan, Kek. Kai udah terlibat pernikahan ini. Dan terlambat kalau sampai Kai mundur lagi. Mau nggak mau, Kai harus maju ke depan.. meskipun se-sulit apapun nanti.."
Kai menyibakkan rambutnya ke belakang. Pendingin ruangan di kamar ini tidak menyala membuat gadis itu merasa kegerahan. Kai mencari remot AC yang mungkin saja berada di sini.
"Panas.." gumamnya saat keringan mulai membasahi keningnya.
"Nah, ketemu.." lanjutnya kemudian segera menyalakan AC.
"Kai gerah.. apa mandi dulu ya.."
Kai belom mengeluarkan baju-bajunya dari dalam koper. Namun, karena terlalu gerah gadis itu segera pergi ke kamar mandi dan lupa membawa baju ganti.
Kai mulai melepas pakaiannya dan berendam. Merasakan sensasi air dingin yang telah membasahi tubuhnya.
"Kamar mandinya, lengkap.." gumamnya lagi..
Setelah selesai dengan acara berendamnya selama kurang lebih dua puluh menit. Kai beranjak menggunakan handuk berwarna putih yang di siapkan di dalam kamar mandi.
"Astaga, baju ganti.. kenapa bisa lupa.." katanya sendiri sambil menepuk jidatnya.
Kai keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk yang menutupi tubuh jenjangnya.
"Haaaa..." kaget Kai sambil mengeratkan pegangannya pada ujung handuk.
"Aska ngapain di situ?" Tanya Kai dengan mata melotot tajam tidak percaya ada pria yang berdiri di belakang pintu kamar dengan napas terengah.
Aska bungkam. Napas nya semakin terengah setelah kemunculan Kai dari bilik kamar mandi.
Bagaimana bisa gadis itu keluar hanya menggunakan handuk?
"Arggghhh sial" batin Aska sambil membuang wajahnya ke arah lain.
"Lo ngapain keluar nggak pakek baju?" kesal Aska masih pada posisinya.
"Emm.. anu, Kai lupa bawa baju kedalam makanya ini mau ambil.."
"Yaudah buruan!" Lanjut Aska tanpa mengalihkan pandangannya lagi.
"Iya iya.. sebentar.." kata Kai sambil mencari baju ganti di dalam kopernya.
"Astaga..ini apa.. ini juga apa.. astaga.. banyak banget.. ini apaa?" Kata Kai sambil mengeluarka beberapa lingerie dari kopernya di bagian paling atas.
Aska terkejut. Melihat ke arah Kai dengan tubuh polosnya bagian belakang. Di tambah gadis itu mengeluarkan banyak sekali Lingerie dari dalam kopernya.
"Sial!" Batin Aska lagi sambil memejamkan matanya sekilas.
"Cepetan!" lanjut Aska yang membuat Kai berlonjak kaget.
"Iyaa ini nemu..ini nemu.." ucap Kai kemudian berlari ke arah kamar mandi.
Dan beriringan saat itu juga, Aska menghela napasnya panjang sambil berjalan ke arah sofa ruangan itu.
----
