Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. Pertemuan Keluarga

Pertemuan keluarga

Malam ini adalah saat yang mendebarkan bagi Kaira. Jantungnya tak berhenti berdetak dengan ritme cepat. Bahkan, kesedihannya harus segera terbayar dengan rencana perjodohan ini.

Sudah jatuh, tertimpa tangga. Itulah peribahasa yang bisa menggambarkan keadaan Kai saat ini.

Kai sudah selesai berdandan lima belas menit yang lalu. Dan saat ini ia tambah gugup karena sebentar lagi harus bertemu calon suaminya. Dan juga calon mertuanya.

Dengan berbalut Dress warna Peach yang sederhana sesuai keinginan Kai, gadis itu berjalan anggun menggunakan sepatu kaca berwarna putih bening yang memperlihatkan kakinya yang putih jenjang.

"Kai takut nanti kebelet pup di tengah acara, Kek." Gumamnya sendiri sambil berjalan masuk ke dalam Restoran mewah. Di mana kelurga Pak Reno sudah menunggunya di dalam sana.

Rambut panjangnya tergerai bebas dengan kepangan kecil di belakang. Di tambah make up tipis dengan warna lipstik Nude memberikan kesan Fresh pada wajah Kai.

"Kakek... kakek... Kai harus apaa.."

Setelah menyapu pandangannya mencari keberadaan pengacara kakeknya, pak Rahmat dan beberapa orang di sana. Kai mulai berjalan menghampiri meja itu.

"Jadi ini cucu Pak Marwan? Berbeda sekali dari pikiran saya. Dia sangat cantik.." kata seorang pria berusia setengah Abad yang membuat Kai tersipu malu.

"Cantik ya, Pah. Kalau ini sih, Aska pasti nggak nolak.." lanjut seorang wanita yang seumuran dengan pria tadi.

Oh ya, soal laki- laki calon suami Kai. Di mana cowok itu? Di sini hanya ada Pak Rahmat, Dan sepasang suami istri dengan usia setengah abad. Kai yakin itu adalah pak Reno dan istrinya.

"Sayang.. kita belom kenalan kan? Namaku Renita, panggil saja Mama Nita. Dan ini adalah Papa Reno," kata Nita ke arah Kai.

Kai tersenyum kecil ke arah Nita kemudian berkata. "Kaira.."

Kai masih berdiri di sana, karena tidak ada yang mempersilahkan dia untuk duduk. Jadi, rasanya kurang sopan apabila Kai duduk tanpa permisi.

"Maaf, telat..."

Kai menoleh ke sebelahnya seorang pria yang mungkin seumuran dengannya. Cowok itu menggunakan jas berwana abu dengan dalaman kaos T-Shirt polos berwarna putih.

Tunggu, kenapa jantung Kaira seakan berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya? Benar katanya tadi, Kaira mendadak ingin kebelakang saat ini.

Cowok itu melirik sekilas ke arah gadis cantik berkulit putih yang di balut dress berwarna Peach yang membuatnya salah fokus.

"Aska.. kamu nggak sopan, kenapa telat?" Gumam Nita ke arah anaknya yang tiba-tiba saja duduk mendahuli Kai.

"Macet, Ma.." jawab Aska santai sambil mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

"Kai, ayo duduk.." kata Pak Reno pempersilahkan Kai duduk di sebelah Pak Rahmat.

Kai berjalan anggun untuk duduk di sebelah pak Rahmat. Yang berarti di depan cowok dingin tadi.

Kai menundukan kepalanya, tidak berani melihat ke arah orang yang duduk di depannya.

Kai juga berusaha mengatur detak jantungnya sendiri saat ini. Agar tidak terlihat gugup dan gerogi hanya karena melihat cowok tampan yang wajahnya terukir hampir sempurna.

"Aska.."

"Iya, pa?" tanya Aska ke arah Pak Reno.

"Letakkan ponsel kamu dulu. Kita mau bicara penting.."

Aska menghela napasnya kemudian meletakkan ponselnya di atas meja tepat di hadapannya. Dan saat itu juga, Aska melirik sekilas ke arah Kai yang masih tertunduk.

"Jadi, bagaimana pak Rahmat? Kapan kita bisa melakukan Resepsi pernikahannya?"

Kai dan Aska sontak mengangkat kepala mereka secara kompak ke arah Pak Reno yang tiba-tiba saja berucap.

"Apa, pah?" tanya Aska kaget.

"Resepsi pernikahan kamu dengan Kai.."

Aska kembali melirik sekilas ke arah Kai. Kali ini dengan tatapan kesalnya yang membuat Kai semakin takut.

"Sama bocah ini?" Tunjuk Aska ke arah Kai.

"Aska! nggak sopan kamu!" Bentak Reno ke arah anak laki-lakinya itu.

"Aska, dia punya nama. Namanya Kai.." ucap Nita ke arah anaknya juga.

"Aku nggak peduli nama dia siapa. Tapi, kenapa harus sama dia!" kesal Aska lagi.

"Papa udah jelasin sebelumnya kan, Aska."

"Perjodohan gila!" Kesal Aska lagi.

"Papa nggak mau tau. Menikah, atau kehilangan segala fasilitas kamu dan nama kamu hilang dari kartu keluarga Papa.."

"Itu ancaman gila, Pah. Dan nggak mungkin aku pilih dua-duanya.." kata Aska dengan keras kepala.

"Tidak ada pilihan lain, Aska.."

Aska menghela napasnya kasar. Kemudian kembali melihat ke arah Kai yang masih menundukan kepalanya.

"Kamu nggak nolak buat dateng ke pertemuan ini. Berarti kamu nggak nolak perjodohan ini.."kata Pak Reno bulat.

"Aska pikir kita nggak bakal segera di nikahin, Pa. Aska masih sekolah. Mau kasih makan apa dia nanti?" Lanjut Aska sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Papa pengennya kalian cepet nikah.."

"Aska..Nak, Mama mohon.." kali ini Nita bersuara dengan nada memohonnya. Membuat Aska kembali membuang napasnya.

"Kai.." panggil Nita ke arah Kai.

Kai mengangkat wajahnya ke arah Nita. Dan saat itu juga, mereka semua bisa melihat secara jelas wajah cantik Kai dengan rambut panjangnya.

"Kamu keberatan? Atau kamu juga nggak setuju?" tanya Nita ke arah Kai yang hanya diam sejak sampai di tempat ini.

Kai melihat sekilas ke arah Aska yang juga melihat ke arahnya. Gadis itu terlihat bingung dengan segala keputusannya. Bagaimana jika Kai salah bicara dan malah memperburuk suasana?

"Kai, Kai cuma nurut sama perintah Kakek.." jawabnya kemudian kembali menundukan kepalanya.

Aska terdiam mendengar ucapan gadis cantik di hadapannya. Rasanya sedikit aneh dengan kesehatan jantungnya saat ini.

"Mah.. Mama tau kan type cewekku kayak apa?" Kata Aska membela diri.

"Type cewek bar-bar yang kamu suka nggak cocok untuk anak gantenya Mama. Type cewek Matrealistis nggak cocok dengan gaya kamu yang sekeren ini, sayang.."

"Bukan kayak gitu, Ma.."

"Terus yang apa? Yang bisanya cuma motong kuku sama luluran itu? Tapi nggak bisa ngapa-ngapain?"

Aska berdecih sambil membuang wajahnya sendiri ke arah lain.

"Jadi, menurut mama dia type Aska?"

Nita menganggukan kepalanya penuh keyakinan.

"Enggak, ma.."

"Papa anggap kamu setuju dengan pernikahan ini, Aska. Tidak ada lagi bantahan. Kalau sampai sekali lagi kamu menolak, brarti kamu siap dengan pilihan kedua.." tegas Pak Reno ke arah Aska.

Aska pasrah, bagaimana lagi dengan hidupnya. Orang tuanya yang menentukan.

"Pak Rahmat, tentukan tanggal pernikahan. Dan kepindahan Kai ke sekolah Aska ya.."

Pak Rahmat menganggukan kepalanya dengan tugas barunya.

"Apa? Dia pindah sekolah ke sekolahku, pah?" tanya Aska tak terima.

"Tidak ada bantahan, Aska.."

Aska mengacak rambutnya frustasi dengan nasib hidupnya saat ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel