12. Sekolah
Jam istirahat berbunyi lima menit yang lalu. Kini Kai duduk di kantin bersama Anni sambil beberapa kali menyuapkan Bakso ke dalam mulutnya. Begitu juga yang di lakukan Anni. Mereka berdua larut dalam acara makan siang dengan suasana riuh di kantin Sekolah.
"Anni," panggil Kai di tengah pikirannya yang bingung.
"Iya?" tanya Ane sambil mengusap mulutnya menggunakan sapu tangan.
"Kenapa tadi Ivan tanya soal Aska? Emang kenapa kalo aku berangkat bareng?" Tanya Kai penasaran.
"Oh, mungkin karena Aska kan selama ini nggak pernah ke Sekolah bareng cewek.."
Kai membulatkan matanya tak percaya. Benarkah? Seorang Aska? Di lihat dari penampilannya Aska itu suka bermain wanita. Tapi, kata Anni Aska nggak pernah bawa Cewek naik mobilnya.
"Oh ya?" tanyaku memastikan.
Anni menganggukan kepalanya sambil menyuapkan bakso ke dalam mulutnya.
"By the way, kamu itu sepupu Aska dari mananya?"
Kai tersedak kuah Bakso yang panas dan pedas mendengar pertanyaan dari Anni. Anni panik, dengan segera memberikan jus Jeruk Kai ke arah bibir gadis itu.
"Kamu nggak papa, Kai?" tanya Anni panik.
Kai menganggukan kepalanya sambil memberikan isyarat pada Anni menggunakan tangannya bahwa ia tidak papa.
"Jadi? Kamu sepupu dari mama Aska atau Papa nya?"
Anni mengulangi pertanyaan itu membuat Kai terpaksa menjawabnya dengan kebohongan.
"Ah, aku keponakan dari Mama nya Aska.." jawab Kai dengan senyum canggung.
Anni mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Kemudian mereka kembali larut dengan makanan yang ada di depan mereka.
Namun, tiba- tiba ingatan Kai kembali memutar kejadian saat Aska di hampiri seorang gadis cantik berambut ikal. Apa itu pacar Aska?
"Ann,"
"Kenapa?"
"Aska itu punya pacar ya?" tanya Kai penasaran.
Anni menggelengkan kepalanya sambil mengedikan bahunya acuh.
"Setahuku enggak. Biasanya kalau cowok model Aska punya pacar, beritanya bakal kesebar. Tapi, selama ini aku nggak pernah denger.." jawab Anni acuh.
"Emang dia gimana kalau di Sekolah?" tanya Kai semakin penasaran.
"Dia itu tipe cowok cuek. Dingin sama cewek. Acuh, nggak pedulian sama orang lain. Tapi, kalo sama temen-temen dia bisa ketawa-ketawa, bisa ngobrol. Makannya, tadi pada heran Aska berangkat sama cewek. Siswi baru juga,"
Kai menganggukan kepalanya, jadi itu alasannya mereka menjadi pusat perhatian pagi tadi? Bahkan saat sampai di kelas semua orang menatap ke arah Kai. Bagitu juga dengan pertanyaan Ivan.
"Tapi, tadi aku liat dia di samperin cewek tuh," kata Kai acuh sambil meminum jus jeruk.
"Oh itu. Itu kan Rara, cewek yang ngejar-ngejar Aska."
Kai mengerutkan keningnya. Ngejar-ngejar Aska? Kok bisa? Tapi tadi Rara nggak keliatan lagi ngejar ngejar, dia juga dapet respon dari Aska.
Huft, Kai pusing.
"Itu dia juga kelas dua belas?" tanya Kai lagi.
"Iya, dari kelas sebelas suka sama Aska.." jawab Anni jujur.
"Kayaknya kamu tuh ngerti banget ya gosip-gosip di Sekolahan?" Kekeh Kai ke arah Anni.
Anni mendengus kesal sambil berdecih ke arah Kai.
"Aku itu pendiem. Tertutup orangnya. Males berteman sama cewek yang suka teriak-teriak alay, nggak jelas. Yang suka nggosip sama ghibahin orang.." jelas Anni.
"Lah, barusan kita itu Ghibahin orang Ann," kata Kai yang di akhiri dengan ketawa yang meledak.
"Ya kan aku jawab pertanyaan kamu,"
Anni menjauhkan mangkuk bakso dari hadapannya kemudian membenarkan letak kaca mata yang melorot dari hidungnya.
"Terus kenapa mau temenan sama aku? Aku tuh juga kadang kebablasan suka ghibah," kata Kai lagi.
"Ya, tadi aku cuma mau temenan dan nemenin kamu. Aku tau rasanya jadi siswi baru nggak punya temen dan nggak kenal siapa-siapa,"
Kali ini Anni yang terkekeh balik menggoda Kai yang mendengus kesal.
Di tengah candaan mereka, tiba-tiba suasana kantin kembali riuh. Mereka menatap kagum ke arah pintu kantin. Di sana ada tiga cowok yang baru saja datang dengan tampang keren, cool, dan wajah tampan.
Anni ikut melihat ke arah tiga cowok itu. Berbeda dengan Kai yang memilih bermain ponsel di tangannya.
"Kai, itu Aska.."
Kai melirik sekilas ke arah Aska yang berjalan bersama dua temannya. Kemudian kembali acuh dan bermain ponsel miliknya.
Aska, Rayno, dan Kikin berjalan menuju meja yang kosong. Di iringi tatapan kagum siswi perempuan dan tatapan iri siswa laki-laki.
Aska mengedarkan pandangannya. Mencari seseorang yang beberapa hari ini dia kenal.
Dan tatapan mereka bertemu, Aska berdehem saat Kai memutuskan kontak mata dengannya.
"Kenapa lo, Ka?" tanya Kikin saat Aska tidak berkedip sama sekali.
Rayno melihat ke arah tatapan mata Aska. Matanya melihat ke arah gadis berambut panjang dengan kulit putih. Rayno tertegun sesaat menganggumi kecantikan gadis yang baru pertama kali dia lihat di sekolah ini.
"Ka, lo liatin apa sih?" tanya Kikin lagi dengan nada penasaran.
"Gila, cantik banget sumpah.." gumam Rayno tanpa berkedip melihat ke arah Kai yang sedang tersenyum menanggapi ucapan Anni.
Aska tersadar mendengar gumaman dari Rayno, kemudian melihat ke arah sahabatnya itu dengan tatapan dingin.
"Kalian liatin apa sih? Apa yang cantik? Bagi-bagi ke gue dong," kata Kikin merusak suasana.
"Bentar diem dulu napa sih becak andong!" jawab Rayno sambil menjitak kepala Kikin.
"Bangke sakit kursi roda!!"
"Siapa yang lo maksud?" tanya Aska dengan tatapan datarnya ke arah Rayno.
Rayno tidak perduli dengan tatapan datar dari sahabatnya itu. Baginya itu adalah hal biasa. Bahkan cowok itu tidak menghiraukannya.
"Itu, cewek cantik yang duduk di sana. Dia anak baru ya?" Kata Rayno jujur.
"Halah cewek kayak gitu cantik dari mananya?!" kesal Aska kemudian memainkan ponsel di tangannya.
"Cewek cantik mana sih lo berdua? Bagi tau gue dong. Jangan pelit-pelit," kesal Kikin sambil terus mencari cari dengan matanya.
"Itu bego. Yang rambut panjang senyum nya manis banget," timpal Rayno lagi sambil menarik kepala Kikin asal untuk melihat ke arah Kai.
Aska menghela napasnya berat tanpa memperdulikan celotehan dari kedua temannya.
"Emang lo kenal dia, Ka?"
"Enggak, tapi gue tau," jawab Aska acuh.
"Siapa namanya?" tanya Kikin yang ikut antusias.
"Kaira,"
