13. Pulang bertiga
Bel pulang sekolah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Sekarang menujukan pukul empat lebih dua puluh menit sore. Kai baru saja keluar dari kelasnya karena jam terakhirnya di isi oleh pak Wisnu guru Bahasa Indonesia.
Kai berjalan cepat menuju parkiran sekolah. Kai takut di tinggal Aska sore itu. Kai juga tidak yakin Aska mau menunggunya untuk waktu yang lama.
Saat sampai di parkiran mobil, Kai kembali bernapas lega karena mobil Aska yang masih terparkir rapih di tempatnya semula.
Kai mengedarkan pandangannya mencari sosok empunya mobil yang tidak berada di dalam mobil. Namun, tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata itu lagi. Aksa berdiri agak jauh dari parkiran bersama dua teman yang tadi bersamanya di kantin.
Kai berjalan menuju samping mobil Aska. Berniat menunggu Aska di sana dan tidak mengganggu obrolan Aska bersama teman temannya.
Namun, saat langkah kaki Kai sampai dan berdiri di samping mobil Aska, matanya tidak sengaja melihat ke arah seorang gadis yang datang ke arah Aska lalu dengan enaknya memeluk Aska.
Kai memutar bola matanya. Baginya sangat kampungan memamerkan kemesraan di depan umum apalagi saat mereka masih di sekolah.
Kai tidak peduli, tapi rasanya kesal melihat orang yang bermesraan di tempat umum.
Kai melipat kedua tangannya di depan dada sambil menggerak nggerakkan ujung kakinya. Menunggu Aska yang sudah melambaikan tangannya ke arah dua cowok tadi.
Tapi, Aska datang tidak sendiri. Aska berjalan dengan gadis yang menggandeng tangannya. Gadis itu adalah Rara.
Rara melihat ke arah Kai dengan tatapan tidak suka. Kai bersikap acuh seolah tidak terjadi apa apa. Saat Kai hendak membuka pintu mobil bagian depan dekat dengan kemudia. Suara Aska mencegah Kai membuat gadis itu mengurungkan niatnya.
"Lo duduk di belakang. Biar Rara yang deket gue,"
Kai sempat terkejut dengan ucapan Aska. Namun, dengan cepat Kai bisa mengontrol ekspresi wajahnya. Dan berusaha kembali acuh.
"Oh, okey.." jawab Kai kemudian berjalan menuju pintu mobil bagian belakang.
Rara tersenyum penuh kemenangan. Kemudin menatap sinis ke arah Kai dengan seringai di sudut bibirnya sebelah kiri.
Kai duduk sambil melipat kedua tangannya. Saat Rara dan Aska bersamaan masuk ke dalam mobil. Beberapa menit kemudian Aska melajukan mobilnya meninggalkan halaman sekolah.
Kai memilih melihat ke arah luar jendela. Dengan kedua tangan yang terlipat di kedua dadanya. Keputusan Kai untuk berubah acuh dan cuek sudah sangat bulat. Kai memutuskan melakukan itu semenjak menginjakan kakinya ke sekolah baru.
Di tengah perjalanan, beberapa kali Rara mencoba menggoda Aska. Beberapa kali juga Rara sengaja merangkul lengan Aska dengan tangan yang sibuk menyetir.
Kai melihat itu semua. Sangat nyata, di hadapannya. Bahkan itu sangat menjijikan. Batin Kai.
Kai pura pura acuh sambil terus melihat ke luar jendela. Mengabaikan kejadian yang terjadi antara Aska dan Rara.
"Sayang, anterin sampai dalem rumah ya.." kata Rara dengan nada manja.
Ughhh aku pengen muntah!!!! Batin Kai sambil membungkam mulutnya sendiri.
"Ah? Ya oke," jawab Aska cuek.
"Kita mau mampir makan dulu nggak? Aku laper nih,"
Aska menghela napasnya kemudian menggelengkan kepala dengan raut wajah datar. Namun, saat kepalanya menoleh ke arah Rara, Aska tersenyum.
"Nggak dulu ya. Aku udah di tunggu Mama di rumah, ada acara keluarga soalnya.." jawab Aska panjang lebar.
Kai mendengus kesal. Benarkah ada acara keluarga? Kok Kai nggak tau ya..
"Yaudah nggak papa kok Aska sayang. Besok kita pulang bareng lagi ya.." kata Rara sambil memeluk lengan Aska posesif.
Lebay banget sumpah nggak bohong, Kek. Kai eneg dengernya. Kenapa ada cewek yang lebaynya minta ampun. Bikin asam lambung Kai naik langsung!!
Kai tidak mendengarkan jawaban dari Aska. Gadis itu kembali acuh sambil memainkan gantungan kunci di tasnya.
"Tapi, besok nggak usah bawa dia. Ngeganggu banget,"
Kai menatap ke arah kursi penumpang di hadapannya. Rasanya Kai ingin sekali menendang kursi itu agar orang yang duduk di atasnya terpental jauh keluar mobil.
Apa maksutnya? Ganggu? Kai ganggu? Astaga, Kai tidak habis pikir.
Kai berdecih sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Bersikap bodo amat ternyata susah juga. Kai hanya diam, tidak merespon ucapan wanita di hadapannya. Kai malas berdebat, lebih baik Kai menunggu respon Aska untuk menanggapi ucapan Rara.
"Oke, boleh juga.."
Deg
Mata Kai membulat sempurna. Jadi, maksutnya besok Kai harus berangkat sekolah sendiri? Aska mau pergi sama Rara?
Sebenernya di sini itu yang jadi istri Aska, Kai atau Rara?
Udah rebut kursi depan Kai, sekarang mau berangkat bareng Aska tiap hari.
Sabar Kai, sabar. Kalau nggak mau identitas kalian terbongkar lebih baik ngalah. Meskipun rasanya sakit, harga dirinya di korbankan untuk ini.
"Nah gitu dong sayang," ucap Rara senang.
Kai larut dalam pikirannya sendiri. Tidak peduli dengan celotehan manja yang di lontarkan Rara. Nada bicara yang sengaja di buat buat membuat Kai harus beberapa kali menahan rasa ingin muntahnya. Semua itu sangat berlebihan dan menjijikan.
Tanpa dia sadari, seseorang melirik Kai dari sudut matanya dengan kaca sepion tengah mobilnya. Menatap gadis yang duduk sendiri di jok belakang mobil dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.
-----
