11. Di Sekolah
Di Sekolah
Aska memarkirkan mobilnya di halaman Sekolah. Setelah mobil di rem mendadak oleh si pengemudi, Kai mulai sadar dari lamunannya.
Kai membuka pintu mobil lalu turun dari mobil saat cowok itu juga turun dari sisi mobil sebelah kanan. Saat Aska tidak peduli, Kai juga berusaha bersikap acuh. Saat Aska tidak membuka suara, Kai juga memilih diam.
Kai heran, kenapa tatapan mata siswa-siswi yang berada di sini menuju ke arah mereka. Kai seperti gadis bodoh saat langkah kakinya menuruni mobil hitam milik Aska.
"Hay, Aska sayang.."
Memutar kepalanya ke arah Aska. Kai melihat seorang gadis cantik berambut ikal cokelat mendekat ke arah Aska sambil memeluk lengan Aska posesife.
Aska melirik ke arah gadis itu, kemudian melihat ke arah Kai yang memandangi mereka. Setelahnya senyum mengembang di suduh bibir Aska sambil balas menyapa gadis yang bergelayut manja di lengannya.
"Hay," jawab Aska.
Kai menghela napasnya sambil memutar bola matanya. Pemandangan yang tidak senonoh di pagi hari. Tanpa berpikir dua kali, Kai segera meninggalkan halaman parkiran mobil dan meninggalkan Aska bersama gadis tadi di bekali tatapan siswa-siswi ke arahnya.
Kai menggendong tas berwarna putih di punggungnya. Matanya menatap keindahan bangunan Sekolah barunya. Sepertinya, ini agak sulit. Dia tidak mengenal siapapun di sini. Suasana di sini juga berbeda dengan suasana di Sekolahnya dulu. Kai menggigit bibir bawahnya dengan langkah kaki yang terus berjalan.
Beberapa siswa- siswi yang Kai lewati melihat ke arahnya dengan berbagai macam ekspersi. Apa mungkin penampilannya kacau pagi ini? Atau, dia sangat jelek? Aish, tingkat kepercayaan diri Kai langsung merendah.
Kai berdiri di depan pintu bertuliskan dua belas IPS 4. Kai masuk ke dalam tanpa basa-basi.
Kebetulan kelas sudah di penuhi siswa yang duduk di bangku mereka, ada juga yang masih sibuk piket. Kai menyapukan padangannya. Dan seketika itu Kai menjadi pusat perhatian di kelas barunya. Orang-orang menatapnya dari atas ke bawah, menghentikan aktivitas sementara mereka hanya untuk melihat Kai yang berdiri di depan pintu seperti orang bodoh.
Ada apa dengan pagi ini?
Perasaan Kai nggak salah apa-apa?
Kenapa sih mereka ngeliatinnya nggak bisa biasa?
Kai menghela napasnya. Kemudian berjalan ke arah bangku yang kosong. Hanya itu yang tersisa. Bangku di tengah bagian belakang.
Kai duduk kemudian meletakkan tasnya ke atas meja tanpa memperdulikan tatapan- tatapan orang ke arahnya. Kai berusaha tidak peduli dan menganggap seolah tidak ada apa-apa.
Gadis mengeluarkan benda pipih di tangannya, memilih untuk bermain HP di banding memperhatikan suasana kelas.
"Hay,"
Tiba-tiba suara seorang gadis mengalihkan fokus Kai. Kai mengangkat kepalanya sambil tersenyum ke arah gadis manis berkaca mata.
"Hay," balas Kai.
"Kamu siswa baru?" tanya gadis itu lagi yang di hadiahi anggukan kepala Kai.
"Nama kamu siapa?" Lanjutnya.
"Namaku, Kai."
Gadis itu menganggukan kepalanya antusias setelah mendengar nama Kai. Sepertinya gadis ini tidak terlalu buruk untuk menjadi teman Kai di sini.
"Kenalin ya, namaku Anni. Bisa di panggil Anne atau Ani atau An-an.." katanya sambil mengulurkan tangan kanannya.
"Iya Anni."
Anni menarik tangannya. Begitu juga dengan Kai. Anni duduk di bangku sebelah Kai sambil membernarkan letak kaca matanya. Tunggu, Anni bukan gadis nerd dia hanya berkaca mata. Itu saja.
"Kamu pindahan dari mana?" tanya Anni yang mulai penasaran dengan Kai.
"Aku, dari SMA Merah Putih."
Anni menganggukan kepalanya antusias. Setelah berselang beberapa menit Kai dan Anni saling larut dalam cerita- cerita mereka. Sampai tidak sadar, bel masuk sudah berbunyi.
Seorang guru pria datang sambil membawa map di tangannya. Suasana berubah hening, semua siswa duduk tegap dengan mata yang memperhatikan ke depan kelas.
Kai ikut duduk rapih. Begitu juga dengan Anni yang berpindah duduk di sebelah Kai.
Saat Pak Guru itu berdehem, matanya melirik ke arah Kai.
"Sepertinya kalian sudah tau kalau di Sekolah ini ada siswi baru," kata pak guru yang entah namanya siapa sambil merapikan lembaran kertas di atas meja guru.
Kai merasa tatapan semua siswa di ruang kelas menuju ke arahnya. Inilah yang tidak dia sukai kalau harus pindah sekolah. Beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
"Kamu, maju ke depan. Perkenalkan diri kamu," kata pak Guru menunjuk ke arah Kai.
Kai menghela napasnya. Berusaha tenang meskipun dia sedikit gugup. Dengan langkah santainya Kai berjalan ke depan kelas. Membuat tatapan mata kembali terfokus padanya. Termasuk tatapan mata siswa cowok dengan senyum di wajah mereka.
"Perkenalkan diri kamu," kata Pak guru dengan datar. Kai yakin, dia adalah guru Kiler dan galak.
"Hay semuanya. Perkenalkan, namaku Kaira Amalia Sanjaya. Panggil aja Kai," kata Kai sambil tersenyum singkat.
"Ada yang di tanyakan?" tanya bapak itu lagi.
Suasana kembali riuh. Mereka memasang ekspresi dan raut wajah yang sulit di artikan. Dengan berbagai pertanyaan yang muncul dari bibir mereka. Kai mulai menghela napasnya, begini rasanya menjadi siswi baru lagi? Kalau bukan karena Kakek, Kai sudah kabur dan pergi ke sekolah lamanya.
"Diam semuanya. Perwakilan satu pertanyaan aja buat dia."
Pak Guru menujuk salah seorang siswa yang duduk dua meja di depanku. Siswa cowok tentunya. Cowok itu tersenyum senang, mendapat kesempatan untuk bertanya pada Kai. Dan dengan semangat cowok itu berdiri dari duduknya.
"Hay, Kai. Nama gue Irvan. Gue mau tanya satu hal sama lo,"
Kai mengerutkan keningnya. Berusaha sekuat tenaga untuk bersikap tenang dan tidak gugup. Berusaha sekuat tenaga untuk menjadi Kai yang cuek.
"Lo siswa baru kan di sini? Lo baru pertama kali sekolah di sini. Lo udah punya pacar belom? Atau Lo pacarnya Aska?"
Kepo banget jadi orang! Apa hubungannya Kai sekolah di sini sama berangkat bareng Aska! Tanya itu, kenapa Kai pindah, dari mana sekolah lama Kai. Bukan pertanyaan nggak penting kayak gitu!Batin Kai kesal.
