live With?
"jelaskan sesuatu padaku?" Asyla menatap tajam, menarik Risa kedalam toilet wanita adalah satu-satunya cara cepat mewawancarai sahabatnya.
Risa menggigit tangannya "dia pria arogan yang menyebalkan itu."
"apa?"
"Ya, dia pria menuduhku menculik anaknya."
"Dan sekarang dia menyuruhnya menemuinya di ruangnya."
"Apa yang harus kulakukan Asyla?"
Risa berusaha menyembunyikan ketakutannya, kemarin dia punya sedikit keberanian karena tidak tahu siapa yang dia hadapi sekarang? Bahkan untuk menatap wajahnya saja Risa takut.
Grew Sean, pria itu berusia 27 tahun tapi masih terlihat pria yang berusia 21 tahun, mulut Risa bahkan tidak berhenti percaya saat Asyla menceritakan biografi singkat Sean, pria itu termasuk kedalam 100 orang berpengaruh di dunia. bukan hal yang aneh mengingat Grup Grew adalah perusahaan besar yang mempunyai peran penting di Inggris.
"Temui dia sekarang, sebelum kamu mendapatkan masalah!!"
Tangan Risa mengeluarkan keringat dingin, detak jantungnya tak beraturan seperti biasanya, gadis berambut coklat yang menunggu di depan ruangan Sean menyuruhnya masuk, dalam langkah anggun gadis yang mengenakan blazer hitam itu menuntun Risa masuk kedalam ruangan Tuan Grew Sean.
"Duduklah," setelah menyuruh Risa duduk diatas sofa, perempuan itu meninggalkan Risa dalam sejuta kebingungan.
Risa menatap sekeliling ruangan yang cukup luas ini, tidak ini bahkan cukup bisa dikatakan cukup luas untuk dihuni seorang diri.
"Risa," Ucapan itu mengejutkan kesadaran Risa, matanya menatap pria yang baru saja masuk.
“kurasa pertemuan kita kemarin tidak terlalu baik," Sean melangkah mendekati sofa, dia duduk tepat di depan Risa.
"kamu tahu, aku bukan pria yang senang berbasa-basi, kamu ingat kemarin bagaimana putraku kemarin memanggilmu Ibu."
'ya, itu semua karena kebohongan bodohmu' ucap Risa dalam hatinya.
"aku hanya ingin kamu berpura-pura menjadi ibu Kevin, sampai aku bisa menjelaskan kepadanya tentang kepergian ibunya selama kamu berpura-pura menjadi ibunya Kevin."
"Kamu gila!" ucap Risa tajam.
"Aku jelas tidak akan mau."
"Kamu harus mau, ini salahmu karena muncul dihadapan Kevin, salahmu juga karena memiliki wajah yang mirip dengan mendiang istriku."
"Aku tidak mau, aku sudah memiliki seorang kekasih dan tinggal bersamamu akan membuatnya cemburu. Lagipula kita tidak saling mengenal."
"Kamu tidak memiliki pacar dan aku sudah cukup mengenalmu, kamu anak kedua dari tiga bersaudara" ucap Sean tajam, pria itu berdiri melangkah kakinya ke arah Risa.
"kamu gadis penyuka warna biru, pernah berpacaran satu kali dengan atlet sepak bola di universitas London."
"Apalagi?" Sean berpura-pura memasang wajah ingin tahu sementara Risa diam membeku.
"apakah aku perlu menyebutkan ukuran pakaian dalammu agar kamu merasa bahwa aku sudah mengenalmu?"
"kamu pria gila!!!" ucap Risa dengan tajam.
*********
Tinggal bersama Grew Sean? Kepala Risa berdenyut mendengar penjelasan Sean, walaupun semua ini demi Kevin tapi jika dipikir lagi Risa tidak punya kesempatan menolak lebih dari lima puluh persen.
Kehidupan Sean bukanlah urusan dirinya, begitu pula dengan kehidupan Kevin, Risa tidak punya pengaruh apapun untuk kehidupan mereka berdua dan seharusnya dengan senyum mengembang Risa bisa menolaknya permintaan, ralat mungkin itu termasuk perintah.
Tapi lihat sekarang, Risa tak lebih seperti tikus yang ketakutan berada di sarang ular, keringatnya menetes tepat di pipinya, dia berdiri di hadapannya mempersempit jarak diantara keduanya.
"Jadi bagaimana?"
"Aku menolaknya."
Semoga saja Sean tak mendengar getar dalam suaranya.
"Itu sudah jelas jawabannya, kamu bisa mencari orang lain. Aku yakin akan banyak perempuan mengantri hanya untuk menjadi ibu dari anakmu."
"Tidak!" ucapan Sean membuat alis Risa terangkat, sejak awal pria itu di depannya memang pemaksa.
Risa bahkan tidak habis pikir bagaimana Sean mengetahui segala hal tentangnya, padahal baru kemarin bertemu, sudah jelas pria itu pasti menyelidiki asal-usulnya Risa, tapi untuk apa?
"jadi mana yang akan kamu pilih?" tanya Sean lagi, seharusnya Risa bisa membuat ini mudah hanya dengan mengatakan 'ya' sejak awal.
"kamu tidak membiarkan aku untuk memilih," ucapnya, rasanya Risa ingin sekali menjerit frustasi.
"Aku sudah memberikanmu pilihan, bukan?"
"tidak, kamu hanya mengatakan, 'kamu bisa menjadi ibu dari Kevin dan tinggal bersamaku, atau menjadi Ibu Kevin meski kamu bukan tipe perempuanku yang ingin aku ajak tinggal bersama tapi demi Kevin aku akan menekan egoisku' ”
Risa mendengus kesal, harga dirinya sedikit terluka saat beberapa saat lalu Sean berucap seperti itu.
"coba jelaskan dimana aku bisa memilih?"
"kamu gadis bodoh, itu justru sebuah pilihan!"
"ha? pilihan yang menyuruhku untuk tetap tinggal bersamamu?"
Risa terus berucap seraya tertawa mengejek, Sean mengangguk membenarkan, dia mengamati setiap ekspresi wajah Risa.
"kita cari win win solution?"
"tidak, win win solution itu pasti hanya menguntungkanmu," ucap Risa dengan tegas.
"kamu boleh meminta apapun yang kamu mau."
"aku tidak membutuhkan apapun, hidupku sudah cukup terpenuhi semuanya aku tidak membutuhkan apapun darimu," Risa berbicara dengan begitu percaya dirinya.
"kamu harus mau," ucap Sean tegas, Risa harus mau melakukan ini demi Kevin, dan Sean tak ingin melihat anaknya bersedih.
"dia sedang menunggumu sekarang dirumah sakit, Kevin takut kamu tidak kembali,"
Risa termenung, dia teringat janjinya yang tak akan meninggalkan Kevin, anak itu terlihat begitu menyayangi Risa, Kevin tak ingin kehilangan ibunya lagi.
"temuilah dia sore ini, aku bilang kamu akan kembali sore nanti" suara Sean kali ini terdengar lebih lembut.
"baiklah demi kevin, tapi aku mempunyai beberapa syarat, aku akan memikirkannya lebih dahulu." Risa berpikir tak ada salahnya membantu kevin, ini demi kevin bukan demi pria sombong arrogant.
"baiklah akan kuturuti semua keinginanmu,"
"kamu tidak akan menolaknya bukan? Bagaimana jika aku minta seluruh hartamu, atau sebagian saham-mu, lalu aku akan menjualnya."
Risa mencoba berpikiran picik, padahal dia sama sekali tidak pernah ingin hal-hal seperti ini, Risa hanya meniru salah satu drama dia nonton, seharusnya pria itu marah dan membatalkan kesepakatan seperti yang ada didalam drama.
"kamu tidak akan bisa melakukannya, menggertakku saja kamu tidak bisa apalagi memaksaku." sudut bibir Sean terangkat, dia mendekatkan wajahnya pada wajah Risa, wajah gadis itu merona.
"Lihat baruku dekati kamu sudah gugup seperti ini, bagaimana bisa gadis bodoh sepertimu memaksaku," Risa menggerutu sebelum akhirnya dia punya kekuatan untuk mendorong Sean.
"aku akan menulis list paling atas, jika kamu tidak boleh memanggilku bodoh!" wajah Risa menunjukan ketidaksukaannya saat Sean terlalu sering memanggilnya bodoh.
"kelinci bodoh," bisik Sean tepat di telinga Risa, pria itu berhasil memblokir pergerakan Risa dalam kungkungan lengan panjangnya.
"sepertinya itu cocok, aku melihat sesuatu dibawah sana bergambar kelinci berwarna biru."
di telinga Risa suara Sean lebih terdengar seperti desahan, pikiran Risa masih mencerna ucapan Sean. 'kelinci' berwarna biru? Kelinci berwarna biru? Dalam sekejap Risa merapatkan kedua kakinya.
"kamu pria mesum!!"
Seharusnya Risa memarahi Sean, paling tidak memukul kepala Sean, yang dilakukannya malah menyembunyikan wajahnya di dada Sean, pria terkejut kaget saat kepala Risa bersandar di dada bidangnya.
"kamu mempermalukanku, seharusnya sebagai pria baik kamu tidak perlu mengatakan padaku," Risa merengek malu, wajahnya masih disembunyikan di dada Sean.
"kalau sudah begini aku pasti akan terus mengingat kejadian ini terus menerus, dan merasa kalau aku adalah memang gadis bodoh,"
"kamu terlalu berlebihan, tapi pada akhirnya kamu mengakui kalau kamu adalah gadis bodoh," tanpa Risa sadari bibir Sean tersenyum tipis.
"kau memanggilku bodoh lagi!"
Sean mengacak rambut Risa.
Dia begitu berusaha mengurangi kecanggungan yang terjadi di antara mereka. Takdir tidak pernah bisa ditebak, Sean tidak pernah menyangka jika dia akan berhubungan dengan Risa, orang asing yang terasa begitu dekat, semuanya seperti sudah direncanakan tuhan.
Pertemuan kevin dengan Risa tidak pernah disangka, tapi tuhan dengan begitu ajaibnya mempertemukan mereka seolah terikat sejak lahir.
********
"Apa?"
"kamu bisa membuatku tuli, Asyla!" geram Risa, dia mengaduk-aduk lemon tea miliknya dengan malas, setelah selesai dengan segala urusan di kantor Grup Grew, Risa mengajaknya ke cafe agar Risa bisa menceritakan semuanya.
"Kau?" Asyla mengendus tak percaya.
"Tinggal bersama Tuan Grew? apa yang akan kamu katakan pada ayahmu?"
"Karena itu aku butuh bantuanmu, aku akan tetap mengaku tinggal bersama dirimu, kamu tidak boleh memberitahukan pada siapapun, termasuk kakakku."
"Apa kamu gila?"
"Hanya itu satu-satunya jalan, meskipun aku menolaknya dia akan tetap memaksaku."
"Aku semakin tidak mengerti ini semua, bagaimana kamu bisa memiliki wajah yang mirip dengan mendiang istrinya,"
"Entahlah," Risa menggelengkan tidak yakin.
"Yang jelas ini semua membuatku terjebak dengan pria arogan itu."
"Aku harus kerumah sakit setelah ini," ucap Risa, dia kembali meminum lemon tea miliknya.
"Lalu apa yang akan aku katakan pada manajer kita," tanya Asyla bingung.
"apa saja terserah kamu," Risa beranjak dari kursinya.
"aku pergi dulu."
"hei! Risa berhenti, aku harus berkata apa?" Asyla terus meneriaki Risa, sementara Risa hanya memasang senyum lebar yang menurutnya begitu menyebalkan.
