Part 5. Tentang Kirana
Juan melepas pelukannya kemudian memperhatikan wajah Kirana yang memerah. Pria itu tersenyum miring. Tangannya terangkat untuk mengusap bibir bawah yang belakangan ini menjadi candunya. "Manis."
Kirana memukul dada Juan dan menjauhkan dirinya. "Ayo turun. Mama pasti sudah memunggu di bawah."
Gadis itu meraih tangan Juan dan membawanya keluar dari kamar. Mereka berjalan melewati tangga ke ruang makan yang berada di bagian belakang rumah besar ini. Sekali-kali mereka bertemu penjaga atau pengurus rumah yang bertugas menyapa Kirana, Putri dari pasangan suami istri pengusaha sukses di indonesia. Kirana yang menjadi satu-satunya putri mereka membuat kedua orang tuanya overprotektif kepadanyanya, belum juga kakak laki-lakinya yang sedang bersekolah di luar negeri. Jika bukan karena Kirana yang tidak ingin meninggalkan Juan, bisa dipastikan gadis itu sudah bersekolah di luar negeri bersama kakak-kakaknya.
Mereka sampai di ruang makan di mana Poppy, Mama Kirana yang duduk bersama anak lelakinya yang baru saja berumur lima belas tahun, Ethan.
"Mantu Mama akhirnya datang juga." Sahut Mama Poppy sesaat wanita modis itu melihat Juan yang masuk bersama anak gadis nya.
Juan tersenyum sopan, melepas genggaman tangannya pada Kirana dan menghampiri Mama Poppy, "Halo, Ma. Apa kabar?" Katanya sambil mencium tangannya.
"Baik, sayang. Ayo duduk kebetulan Mama baru saja selesai masak."
Sebelum duduk, Juan menghampiri Ethan dan bertos ala jantan. Juan sangat dekat dengan keluarga Kirana. Pria itu bahkan sudah menganggap keluarga mereka sebagai keluarga kedua setelah Bunda dan Ayah.
Juan mengambil duduk di samping Kirana. Sesaat setelah dia duduk, pelayan-pelayan dengan baju khususnya berjalan melewati pintu membawa makanan dari dapur. Mereka meletakkan makanan tersebut di atas meja hingga hampir memenuhi meja yang besar itu.
"Juan, sayang. Cobain masakan mama." Juan tersenyum dan menganggukan kepalanya. Kedua tangannya bergerak untuk membalikan piring kosong di depannya.
Kirana mengambil alih piring tersebut, mengambilkan Juan beberapa daging yang dilumuri saos dan sayuran-sayuran.
"Makasih." Juan mengacak rambut Kirana saat gadis itu meletakkan kembali piring yang sudah terisi di depan pria itu.
Juan memotong daging dengan pisau dan garpu kemudian memakannya. Rasa daging pedas manis langsung terasa dilidah pria itu. Masakan Mama Poppy memang tidak diragukan lagi, selalu berhasil memanjakan lidahnya. Tidak ada pembicaraan saat makan, hanya bunyi denting pisau dan garpu yang bergesekan dengan piring mengisi keheningan ruang makan yang sangat luas ini. Hal yang menjadi budaya keluarga Kirana.
"Kalian ada rencana hari ini?" Tanya Mama Poppy. "Kalau tidak ada, Mama ingin mengajak kalian ke pesta teman mama."
"Aku tidak akan pergi." Sahut Kirana.
Juan menatap Kirana. Gadis itu memang kurang menyukai pesta dan semua hal yang berkaitan dengan keributan. Gadisnya itu menyukai keramaian tapi tidak menyukai keributan. Aneh memang karena keramaian identik dengan keributan. Kirana hanya akan bertahan lima sampai sepuluh menit sebelum memilih pergi.
"Kirana akan keluar malam ini dengan Juan."
Mama Poppy tersenyum memaklumi. "Ya sudah, sayang. Kamu bisa pergi. Biar Ethan yang menemani Mama malam ini."
Ethan berdecak. "Aku juga tidak mau pergi, Ma. Di sana membosankan. Sangat kaku. Aku nggak bebas ngelakuin apa saja." Ujar Ethan memprotes
Juan hanya diam. Pria itu sudah beberapa kali pergi pesta perusahan menemani Bundanya sebelum dia menikah. Dia setuju kalau pesta dari kalangan atas sangat membosankan. Pembicaraannya sangat kaku seputar perusahaan. Selain itu, melalui pesta juga perjanjian pernikahan antara keluarganya dengan keluarga Febbi terjalin hingga akhirnya Juan terjebak dalam tali pernikahan yang sangat dia tidak suka.
Jadi itulah mengapa sekarang ini Juan juga kurang suka dengan pesta.
"Ma, Kirana ke kamar dulu."
Juan menghembuskan nafas lega. Kalimat yang sedari tadi dia tunggu akhirnya terucapkan. Bukannya dia tidak ingin berlama-lama di sini, tapi Juan sudah sangat ingin berduaan dengan Kirana.
Jangan berpikir yang macam-macam, Kirana memang memiliki pengaruh tersebut kepada Juan. Saat pria itu berada dekat dengannya, rasanya maunya nempel aja terus.
Setelah pamit pada Mama Poppy dan Ethan, Juan mengikuti langkah Kirana untuk kembali ke kamarnya.
.
.
.
Febbi baru saja selesai menjemur pakaian di belakang rumah saat Bunda masuk melewati pintu rumah dengan belanjaan di kedua tangannya. Gadis itu dengan cepat mengambil alih belanjaan tersebut. "Bunda kok nggak ngajak Febbi?"
Mereka berjalan masuk ke dapur. "Bunda perginya sama teman. Udah janjian dari kemarin. Bunda tahu Febbi akan bosan kalau ikut sama Bunda makanya Bunda nggak ngajak."
Febbi meletakkan belanjaan Bunda di atas meja dan membongkarnya. Satu kresek bahan makanan mentah seperti daging dan sayur-sayuran sedangkan di kresek satunya lagi makanan siap saji seperti beberapa mie dan susu kotak. Juga beberapa camilan untuk seminggu ke depan. Febbi kemudian memasukkannya ke dalam kulkas.
Setelah memastikan semua pekerjaan sudah beres, gadis itu kembali ke kamar. Dia mengerutkan dahi saat notifikasi pesan Whatsapp tidak berhenti berbunyi. Febbi mengambil ponselnya yang dicarge di atas meja belajar kemudian membuka aplikasi whatsapp.
Grup Calon Peserta BCR
Kak Arul Hut 017
Pemberitahuan.
Salam Rimba!
Diharapkan untuk semua Calon Peserta BCR untuk mengikuti latihan fisik pada :
Hari : Sabtu
Jam : 14.00 WIB
Tempat : Lapangan Fakultas.
Satu jam sebelum jadwal latihan fisik, calon peserta BCR harus sarapan terlebih dahulu.
Sekian dan terimakasih.
6282xxx
Siap, kak.
6285xxx
Siap, kak.
Kak Arul Hut 017
Jangan lupa sarapan adik-adik manisku.
Siap, Kak.
Setelah membalas pesan grup, Febbi menatap pada jam di ponselnya. Pukul 11.40. Gadis itu kembali meletakkan ponselnya dan berjalan ke tempat tidur lalu membaringkan tubuhnya yang lelah karena pekerjaan rumah hari ini. Febbi jatuh terlelap tidak lama dari itu dan terbangun pukul 1 siang.
Langsung saja gadis itu turun ke bawah untuk makan siang. Dia menatap Juan yang duduk di kursi meja makan tengah memakan sarapannya.
Febbi berjalan masuk sambil berdehem. Juan hanya melirik gadis itu sebentar sebelum kembali menikmati makanannya.
"Aku membelikanmu Nasi Padang."
Febbi yang baru saja akan ke dapur menghentikan langkah untuk berbalik menatap Juan yang mengedipkan bahunya ke arah kresek di atas meja makan. "Bunda juga. Tapi Bunda sudah memakannya tadi."
Febbi mengangguk dan berjalan mendekat padanya, menarik kursi tepat di samping pria itu. Gadis itu meraih piring kosong untuk memindahkan nasi padang.
"Kamu sudah melihat grup?" Tanya Juan.
"Hm.. Latihan fisik."
Juan mengangguk. "Sama siapa ke kampus?"
"Sendiri."
Febbi memulai makanannya.
"Mau bareng, nggak?"
Febbi yang mendengar itu sontak tersedak. Gadis itu bahkan terbatuk-batuk keras. Juan menyodorkan gelas penuh berisi air yang diambil langsung olehnya. Febbi meminum air sampai gelas itu kosong. Sedangkan Juan menepuk-nepuk punggungnya.
Febbi meletakkan gelas di atas meja sedikit kasar hingga menimbulkan suara. Gadis itu kemudian memposisikan tubuhnya menghadap Juan. "Kalau bertanya tuh dikondisikan!" sahut Febbi dengan tatapan sinis. Tekanan darahnya selalu naik jika itu berurusan dengan Juan.
"Lah.. Bertanya pun harus dikondisikan?" Juan menggeleng tidak percaya.
"Iyalah. Bagaimana kalau tadi aku mati tersedak karena mendengar pertanyaan mu."
Juan menyentil dahinya yang membuat gadis itu meringis sakit. "Sakit tahu."
"Bodoh juga dikondisikan!" Balas Juan. "Aku kan cuma nanya mau bareng ke kampus, nggak?"
Fabbi menahan nafas mendengar pertanyaan dari pria itu. Pertanyaan itu tidak aneh sama sekali. Hanya saja yang membuat gadis itu terkejut adalah Juan! He.. Juan mengajaknya ke kampus bareng?
"Nggak. Nggak. Aku nggak mau. Bisa tenar mendadak aku kalau jalan sama kamu." Febbi menggeleng dengan ngeri. Membayangkannya saja dia bergidik.
"Lah.. Aku cuma ngajak kamu berangkat bareng. Siapa juga yang mau ngajak kamu jalan? Mimpi!" Setelah mengatakan itu dengan suaranya yang serak-serak basah yang terdengar seksi, Juan meninggalkan Febbi yang terbengong-bengong memandang pria itu mengomel.
Bersambung...
