Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter XI

Bunyi nyaring terdengar saat aku menutup pintu apartemen ku. Dengan berlari menuju lift apartemen aku merapikan baju kerja ku sambil terburu-buru menuju lapangan parkir. Tidak ada waktu untuk sarapan, dan rasa lapar membuat ku sangat jengkel.

"Hari ini aku berharap Yuri akan membuat ku sedikit cemilan" Gumamku sambil mengemudi mobil Jack yang ku pinjam. Yuri berusia lima puluh tahun, dan bekerja sebagai juru masak di daycare Owl Moon. Ia selalu mencekokiku dengan makanan.

Didepan pintu masuk daycare aku bisa melihat Emma yang sudah berdiri menyambut anak anak yang mulai berdatangan. Aku memakirkan mobil ku dengan cepat dan menutup pintu nya dengan kencang. Langkah kaki ku siap berlari dan terhenti di depan mobil saat aku melihat secarik kertas yang diselipkan dikaca depan nya.

"Brosur?" Ucapku sambil bertanya-tanya.

'Maaf, aku tidak sempat berterimakasih dengan mu dengan benar. Dan maaf kita tidak bertemu semalam. Aku pulang terlambat'

Jantungku berdebar sepuluh kali lebih cepat. Darah mengalir begitu cepat, aku bergidik merinding. Aku menelan ludah. Semalam ku pikir hanya akulah yang berharap bisa bertemu dengan nya. Sedangkan Zale pasti menanggap ku tetangga yang menyebalkan yang selalu ingin tahu urusannya.

"Mungkin ia juga senang mengobrol dengan ku kan?" Batinku bertanya-tanya.

"KYAAAAAAAAAAAAA" Teriakku keras.

Aku bisa melihat Emma yang sedikit mencuri-curi pandang untuk melihat ku yang terus melompat-lompat seperti domba. Aku berlari kencang dengan menggenggam kertas kecil ini. Secarik kertas kecil itu memercikkan semangat yang menemani ku untuk menenangkan bayi bayi kecil di pagi hari ini dan kuliah ku sore ini.

Hari ini kelas tidak begitu ramai karna beberapa orang tua masih bersama anak nya dan mengambil libur karna dampak badai kemaren. Tapi tidak mengurangi semangat anak anak yang masih berlarian kesana kemari sambil menunggu jam makan siang. Sambil membagi-bagikan makanan kepada anak anak aku sedikit mencari tau keberadaan Jacen.

"Jacen mengambil cuti 3 hari untuk berkunjung kerumah kakek dan nenek nya" Ucap Ms. Megan kepadaku.

"Terimakasih telah mengantarkan nya. Ayah nya membanjiri ku dengan telpon dan mendobrak pintu daycare hingga pecah hanya untuk mencari anak nya. Jika tidak ada kau daycare ini pasti terkena masalah" Tambah lagi Ms. Megan aku yang mendengar penjelasan nya menganga kaget. Di malam itu, wajah Zale begitu panik dan cemas aku benar benar merasakan apa yang ia rasakan. Aku akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi pada anakku, bahkan bisa lebih gila.

[]

Kelas daycare diakhiri lebih awal. Anak anak berpamitan satu persatu, melambaikan tangan dengan ceria. Aku pamit lebih awal pada Emma karna mengejar kelas kuliah ku yang akan dimulai. Hari ini adalah perkenalan untuk tahun ajaran baru sekaligus terakhir. Dan selama satu semester kedepan para profesor dan dosen akan membebani kami dengan tugas-tugas. Kelas di akhiri dengan tenang.

17:45

"Aku pulang" Ucapku pelan sambil terseok lambat memasuki apartemen. Di lapangan parkir aku berharap menemukan mobil Zale yang bernama hitam namun mobil itu tidak ada. Zale pernah mengatakan ia mengikuti kuliah malam, Tapi aku tidak tau hari apa saja ia mengikuti kuliah malam itu.

"Oh ayolah kenapa isi kepala ku berisikan hal tentang Zale" Gerutuku. Semakin banyak hal yang ku ketahui tentang Zale. Semakin besar rasa penasaran ku untuk menggali informasi lebih banyak tentang nya. Juga dengan status pernikahannya.

Aku membersihkan diriku dengan berendam di bathub. Dengan aroma strawberry yang menyeruak diseluruh sisi kamar mandi membuat diriku sedikit rileks dan tidak memikirkan hal apapun tentang Zale. Jam demi jam ku lewati dengan setumpuk materi kuliah, membaca materi teks Intruksi membaca dan menulis untuk murid dengan gangguan kognitif ringan dan menyelesaikan beberapa materi dengan lancar. Hingga tidak terasa langit sudah gelap, dan rasa lapar yang menyerang tidak bisa ku tahan lagi

"Aku bosan dengan makanan ini" Ucapku dengan berdiri di depan kulkas besar dan mengamati seisi kulkas. Tidak ada yang membuat ku menarik perhatian untuk dimakan.

"Paket ibu!" Gumamku semangat yang baru teringat bahwa ibu bilang akak mengirim ku paket. Mungkin saja paket itu sudah tiba.

"Rosees kacang butter cups, aku datang," Gumamku dengan semangat. Tepat saat aku sedang membuka kotak surat, dengan pintu depan terbuka. Zale lewat bersama seorang anak laki laki yang ku kenal yang mempunyai senyuman termanis yang pernah ku lihat. Otomatis aku tersenyum balik kepadanya, dan anak itu Jacen melambaikan tangan nya kepadaku sedangkan tangan yang satu lagi memeluk sebuah boneka dinosaurus. Zale sebaliknya, ia bersikap dingin. Bersikap seolah tidak melihat ku. Ia hanya mengedikkan kepala nya sedikit, kemudian mereka berjalan melewati lorong koridor, seolah semalam tidak pernah terjadi. Kami tidak berteman dan berhubungan satu sama lain dalam bentuk apapun dan ia tidak pernah menulis secarik kertas itu. Dan Alice mungkin benar dengan perkataan nya.

Perasaan yang menggebu-gebu sejak didadaku sejak tadi, lenyap seketika.

[]

"Ah terserah lah. Aku tidak tertarik bermain tarik ulur dengan nya" Gumam ku sambil mengambil beberapa surat dan paket dari ibuku lalu kembali ke dalam apartemen untuk makan malam.

Bunyi percikan-cikan telor yang goreng juga

daging panggang beserta sosis ayam. Roti yang melompat dari pemanggang juga selain kacang coklat buatan Ibu teroles sangat banyak di atas nya segelas sprite yang mengeluarkan soda busa berbunyi sangat khas.

"Selamat makan!" Ucapku hingga melahap semua dalam hitungan beberapa menit. Air mengalir dan busa cucian penuh ditangan ku, sambil bersenandung pelan ku bersihkan semua kotoran di dapur. Selama sejam berikutnya, aku hanya bermain game, membolak-balikkan halaman salah satu majalah.

"Zale sialan!"

" Berhenti memenuhi ruang di pikiran ku!" Teriakku kesal menggeliat bagaikan ulat yang ingin membentuk kepompong. Mataku menatap langit-langit apartemen pikiran ku penuh dengan Zale tentang kenapa ia bersikap seperti ini kepadaku. Mata ku memicing tajam saat aku memikirkan status pernikahan nya. Bagaimana jika aku menyukai suami yang sudah mempunyai istri?

"Arghh! Vedirra kau benar-benar gila"

"Kau akan terkena banyak masalah dan cinta mu akan bertepuk sebelah tangan tanpa ada balasan dari nya" Gerutu ku sambil mengusap-usap kasar wajahku. Tak lupa, aku juga membuang majalah-majalah yang akan ku baca nanti nya. Aku merengek kesal seperti anak bayi menggeliat kesana kemari tanpa ada rasa capek sama sekali. Pikiran ku penuh dengan Zale malam ini tentang sikap bahkan ketampanan nya. Aku akan benar-benar gila jika aku tidak bisa mengendalikan sikap ku saat ini.

"Huh!"

Aku benar-benar benci perasaan ini

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel