Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter XII

Tak lama kemudian, jam menujukkan waktu yang sangat familiar bagiku. Dengan perasaan mengantuk aku dihadapkan dengan dua pilihan, duduk di balkon atau pergi tidur. Selagi merebus air, benakku masih belum memutuskan apa yang akan ku lakukan dan aku benci saat diriku kebingungan karena hal sepele seperti ini. Dengan terburu-buru aku mencelupkan kantung teh jasmine andalan ku dan memasukkan sedikit gula, dan menuju balkon.

Langit malam cerah tak berawan, tidak ada bulan tapi masih dihiasi kerlap-kerlip bintang di atas sana.

"Indah sekali" Gumamku seraya menatap luas nya langit angkasa raya.

Udara malam terasa segar dan sejuk hanya tinggal dua bulan lagi musim dingin akan tiba dan aku tidak akan bisa lagi menikmati udara malam seperti ini. Dengan memposisikan untuk sedikit berbaring, Kupejamkan kedua mataku sedangkan telingaku menikmati suara gemerisik dedaunan dan paduan nyanyian suara serangga di malam hari. Lalu kudengar suara pintu balkon Zale digeser.

"Apa ia tidur? Cepat sekali" Batinku. Ku anggap suara itu adalah tanda untuk kembali masuk. Bahkan jika Zale ingin mengajak ku mengobrol denganku aku tidak mau. Karena sikap dingin nya dan cuek nya terhadap ku tadi. Jadi aku masuk, membasuh diriku sebelum tidur.

Malam yang singkat.

[]

Selama 1 minggu aku tidak melihat keberadaan Jacen di daycare, Emma mengatakan bahwa Jacen mengambil cuti lebih. Juga aku tidak mengobrol atau saling sapa di balkon seperti sebelumnya nya. Aku dengan Zale seperti tetangga pada umumnya, tidak saling mengenal sama sekali. Rasa sesak didadaku tertutupi dengan kesibukan ku seminggu ini. Dengan banyaknya pekerjaan, kuliah dan juga praktikum, seminggu berlalu begitu cepat. Meskipun aku bohong kalau ku bilang tidak ada semacam perasaan atau percikan yang hilang.

"Oh god! Yang benar saja? Kau akan pergi praktikum hari pertama dengan tampilan seperti ini!" Teriak Alice saat aku keluar dari kamarku.

"Pfffthh, kau persis tukang pizza" Ejek Ben.

"Apa kau mau mati!?" Bentak ku kesal karna Ben tidak berhenti menertawakan ku. Aku memakai rok panjang berwarna biru gelap, blus putih juga dengan memakai sepatu kets.

"Ini cukup oke kan?" Tanyaku sambil berputar bak princess di dalam TV.

"Masuk!" Bentak Alice sambil mendorong ku masuk kembali ke kamar dan membanting keras pintu kamar.

"ALICE!! TIDAK!!"

"DIAM DAN PASRAHKAN DIRIMU!!" Bentak nya. Alice benar-benar mengerikan ia menelanjangi ku hingga hanya berpakaian dalam. Ia mengobrak-abrik lemari ku membuang baju dan celana yang menurut nya tidak cocok, ia juga terus mengomel bahwa pakaian ku sangat kuno. Mencoba berbagai pakaian dan melepaskan nya lagi meluruskan rambut dan membuat ku memakai berbagai hal hal yang tak biasa bagiku.

"Siap" Teriak Alice sambil mendorong ku keluar dari kamar. Tampak Ben menatap ku dengan serius ia bahkan tidak berkedip sama sekali. Alice yang bangga hanya tertawa keras sambil membanggakan hasil kerja nya sambil berkacak pinggang.

"Berhenti menurun kan nya" Bentak Alice sangat keras hingga membuat ku takut akan melakukan nya lagi.

"Aku tidak nyaman" Bisikku padanya.

"Oh ayolah! Ini cuman sedikit lebih pendek dari biasa yang ku pakai"

"Justru kebanyakan senior yang akan membimbing mu akan lebih seksi dari yang kau perkirakan. Baju ini cocok untuk mengimbangi kalian. Percayalah"

"Oh oh, sudah waktunya. Pergi lah! Kau akan terlambat" Tambah Alice mendorong ku keluar dan mengambilkan ku tas penuh buku.

"What the hell" Ucap Jack berada di ujung pintu apartemen, mematung seperti melihat hantu. Aku hanya berjalan dengan gugup melewati Jack benar-benar aku tidak terbiasa dengan tatapan seperti itu

"Siapa yang barusan lewat?" Tanya Jack.

[Drap-drap-drap]

Bunyi langkah kaki ku memecah lobi apartemen ini bunyi detak jam di lengan pun terus berjalan. Dengan bergegas aku berjalan menuju mobilku hingga langkah kaki ku berhenti melihat sosok Zale

"Zale" Batinku reflek mengatakan namanya.

Zale hanya berdiri menatap ku bahkan mata nya menyusuri lekuk tubuh ku lalu turun ke bagian bawa hingga ke ujung kaki ia mematunnmg dengan membawa beberapa kantong belanjaan toserba terdekat keheningan lagi lagi menghampiri kami dengan cepat. Hanya tatapan mata yang berbicara hingga dering telpon membuat ku terkejut.

"Sial. Kau merusak suasana" Gumamku.

"Tidak perlu! Aku bisa berangkat sendiri. Kau benar-benar.. " Gumamku sedikit keras agar Jack mendengar apa yang ku ucapkan sementara mulut ku terus menerus mengoceh pada Jack langkah kaki ku terus menerus berjalan tanpa memperdulikan Zale yang masih saja menatap ku bahkan aku bisa merasakan Zale masih memandangi ku hingga aku memasuki mobil.

"Menegangkan sekali"

"Apa pakaian ini yang membuat nya menatap seperti itu" Tanyaku sendiri sambil melihat pakaian yang kupakai.

"Ah sial, pria mesum"

[]

Setelah sampai di tempat praktikum pertama ku, mataku dimanjakan pemandangan yang indah siapapun akan terpesona melihat nya. Bangunan sekolah yang terbuat dari bata didirikan di tahun lima puluhan. Di dinding tua bangunan nya beberapa tanaman yang merayap memberi kesan yang sangat indah, beberapa bunga yang bewarna warni menyambut ku. Hanya ada satu lantai dan lorong utamanya membentuk persegi raksasa jadi jika kita masuk dan terus mengikuti lorong itu kita akan kembali ke tempat pertama masuk.

"Benar-benar bersejarah"

Berjalan melewati beberapa kelas-kelas dan beberapa murid yang menyapaku. Mata yang terus melihat kanan-kiri terpesona akan stuktur dan desain bangunan sekolah ini. Akhirnya, aku menemukan ruangan guru yang ku cari. Telapak tangan ku mulai berkeringat saat memasuki nya sampai seorang wanita berambut pirang menyambut ku ia tampak begitu anggun dan elegan dalam segi ia bicara. Membuat ku merasa seperti orang kikuk yang seperti seseorang yang sering memecahkan kan perabot dan membuat rumah berantakan. Saat wanita itu tersenyum hangat melihatku segala perasaan canggung ku hilang.

"Kau pasti Anda. Aku Yasmine Cole" Ucapnya elegan memperkenalkan dirinya. Ia mengenakan pakaian yang terlihat mahal dan selera fashion nya cukup membuat aku tenggelam dalam rasa bersalah jika aku memakai pakaian yang sebelumnya.

"Bersyukur pada Alice" Batinku.

"Senang bertemu dengan mu" Ucapnya lagi kemudian kami berjabat tangan. Sekilas matanya bewarna hijau hazel tampak memperhatikan pakaian ku.

"Aku juga senang, percayalah" Balas ku padanya. Tampaknya ia masih berusia tiga puluhan tidak terlalu tua dan tatapan nya mengintimidasi.

"Aku tau kau menganggap ku menyebalkan, tapi aku disini untuk menjadi mentormu. Jadi bisa aku menjelaskan beberapa hal sebelum kita menemui anak-anak"

"Bagaimana kalau sambil duduk"

"Tentu" Ucapku padanya dengan lembut dengan menarik kursi di dekat mejanya dan aku siap mendengarkan.

Ia menjelaskan dengan panjang lebar dan mudah dipahami perkataan dan tata bahasa nya sangat ringan. Apa yang dikatakan nya membuat ku terkesan dan membuang kesan nya yang terlihat menyebalkan. Prestasi nya juga hebat, ia juga memiliki sertifikat mengajar anak anak beresiko dan berkebutuhan khusus, itu tidak lah mudah mendapatkan nya.

"Wow. Kau benar-benar luar biasa" Ujarku sambil mendengarkan dengan seksama

"Satu hal terpenting yang harus kau ingat adalah kelelahan dan kejenuhan sering menyerang guru-guru yang mengajar anak anak. Hanya saja, jangan lupa untuk memperhatikan dirimu sendiri, oke?" Ucapnya dengan lembut dengan sedikit memiringkan kepala nya ia tersenyum hangat mengkhawatirkan ku. Aku teringat ritual ku menikmati secangkir teh sebelum tidur lalu meangguk berterimakasih.

"Nah, setelah obrolan serius tadi. Mari aku ajak kamu berkeliling dan menunjukkan betapa berharganya pengalaman ini. Siap?" Tanya nya padaku.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel