Pustaka
Bahasa Indonesia

My Cold Duda

51.0K · Tamat
JiaaRee
45
Bab
27.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

"Pada akhirnya aku tidak dapat melawan godaan ini, kan? Namun bila itu terjadi resikonya sepadan dengan apa yang akan ku dapatkan" Kepindahan Veddira ke Apartemen baru membawa ia kepada sosok Zale yang sangat dingin. Kenyataan bahwa Veddira menaruh rasa pada Zale yang juga ayah dari seorang anak tidak bisa terelakkan. Zale yang membangun dinding yang tinggi juga kokoh di antara mereka berdua mempersulit Veddira menyatakan perasaan nya. Menjadi pengagum rahasia memang tidak mudah di saat tubuh dan pikiran ingin selalu berada di dekat nya. . Veddira hanya bisa berpura-pura, tidak bisa banyak bicara, dan tidak semudah yang dipikirkan. Ia juga tidak ingin anak manis bak malaikat ini menjadi korban yang tersakiti. Di sisi lain juga Veddira bertanya-tanya, bagaimana status pernikahan Zale? Apakah cinta Veddira bertepuk tangan saat ini?

One-night StandTuan MudaRomansaMetropolitanSweetDewasa

Chapter I

Bunyi truk pengangkut barang mulai terdengar berhenti di depan gedung apartement yang cukup besar dan baru, dibarengi suara karyawan yang mulai sibuk meneriaki salah satu teman nya agar cepat bekerja sesuai yang sudah tertera.

Pertama kali pindah dari apartemen lama adalah hal yang diluar dugaan ku. Siapa sangka aku menangi lotre dengan hadiah apartemen yang cukup mewah di kawasan elite yang membuat ketiga teman ku saling menyoraki tak percaya akan keajaiban yang terjadi padaku.

"Oh ayolah Alice. Aku bahkan belum memarkirkan mobilku dengan benar dan kau sudah membanjiriku dengan teleponmu ini" Ucapku sembari melirik kaca spion untuk melihat bagian mobil agar tidak membentur trotoar. Ayah akan marah kembali jika aku membenturkan mobil yang baru saja ia belikan untuk ku, dan bagian belakang mobil ku sudah cukup rusak karna keteledoran ku.

"Apa aku bisa kesana malam ini? Aku ingin sekali melihat apartment mu itu" Sahutnya. Terdengar suara nya yang sedikit nyaring yang membuat aku mengerutkan wajah ku dengan spontan.

"Berisik!! Aku tutup teleponnya, kau benar-benar mengganggu konsentrasi ku saat ini" Bentak ku yang dijawab nya dengan tawa tanpa rasa bersalah sama sekali.

Tampak karyawan pengangkut barang tersebut melambai tangan padaku yang baru saja menutup pintu mobil, menunggu aku mengkonfirmasi bahwa apartemen yang ku tinggal benar benar berada di lantai 8. Apartemen yang membuat aku sedikit terpukau karena kemegahannya. Desain yang sangat modern juga sangat besar dan mewah, dewi keberuntungan berada di pihak ku saat ini.

"Wow" Ucapku terpesona.

"Baiklah. Kami akan mulai memindahkan barang nya nona" Ujar sopan karyawan bernama Luwis, aku bisa mengetahui nama nya dari papan nama yang ia pakai. Terbilang cukup gagah walaupun ia mempunyai kulit berwarna coklat.

"Vedirra" Teriakan tersebut membuat aku bergidik kaget. Jelas, aku mengetahui pemilik suara tersebut

"Yang benar saja" Ucapku dengan memutar bola mataku dengan malas.

"Taraa…!!!"

"Aku disini untuk membantumu " Ujar Alice dengan melompat kegirangan dan membentang kedua tangan nya dengan lebar. Sedikit aku melirik mobil biru yang ia lakukan cukup jauh dari mobilku. Benar saja, ia mengikuti dari tadi.

"Untuk apa aku menyewa para pria ini" Sahutku dengan menggerakkan mata ku ke arah yang sekumpulan pria yang mulai mengeluarkan barang dari dua truk besar.

"Kita tidak bisa membiarkan pria tampan ini kecapean mengangkat barang-barang busuk ini" Jawab nya dengan centil menggelangkan tangan nya di salah satu karyawan yang angkat mengangkat ranjang cukup besar.

"Kau hanya mengganggu disini" Bentak ku dengan menarik rambut nya agar ia melepaskan pria yang ditahan tersebut.

"Bantu aku mengangkat kardus ini" Sahutku pada Alice yang sedang sedikit membenarkan rambutnya. Wajahnya sedikit mendengus saat aku mengatakan bahwa kita menggunakan tangga bukan menggunakan lift yang sedang diperbaharui.

Aku sudah menaiki separuh anak tangga, dengan memengangi salah satu sudut kardus. Kardus ini cukup berat karna berisi buku-buku kuliah ku juga beberapa buku favorit ku. Alice sepanjang jalan mengomel bahwa ia menyesal mengekori ku jika akhirnya ia harus bersusah payah seperti ini.

"Awh!"

"Vedirra! Awas!" Teriak Alice yang membuat ku kaget saat ia melepaskan pegangan kardus, kardus yang kepengangi sontak tergelincir meluncur ke bawah. Dengan cepat aku berusaha menggapainya, namun meleset dan ikut terjatuh. Alice mencoba mengejarku yang ikut terjatuh meluncur bersama kardus berwarna coklat kering yang berdebum di lantai disusul dengan olehku sedetik kemudian.

"Kau baik-baik saja? " Ucap Alice membantuku berdiri dengan matanya memandang kaget.

"Hanya memar di pinggul dan mungkin harga diriku" Gumamku sambil memberi kode dengan mata bahwa ada seorang pria berambut biru gelap berdiri di sisi tangga lain dengan wajah yang tertegun melihat aku meluncur seperti roller coaster.

"Aku akan membantumu mengangkat kardus besar ini" Ucap pria tersebut tanpa permisi sama sekali.

Aku dan Alice hanya kaget melihat sikap pria tersebut, jelas itu bukan sebuah sapaan yang ramah. Tidak ada sapaan yang seperti ku harapkan sebagai penghuni baru di apartemen ini. Pria berambut biru legam itu menghampiri ku yang sedang membelakangi kardus coklat yang untungnya tidak hancur. Ia menggulung lengan kaos nya yang cukup tebal, memperlihatkan lengan atasnya yang mulus menawan juga sedikit kekar.

"Bahkan kulit pantatku tidak semulus itu" Bisik Alice yang berdiri di sampingku membuat ku kaget mendengar bisikan nya.

Lengannya cukup kekar, bahkan terlihat sangat kuat dengan tulang-tulang pergelangan yang menonjol. Jemari nya yang panjang dan tampak elegan. Wajah yang tampan bagai model majalah terkenal dengan hidung mancung juga bibir yang tipis dan manis. Dengan pikiran yang bertraveling aku juga memperkirakan umur nya dan tanpa sadar aku sudah memperhatikan nya cukup lama.

"Hei. Di lantai berapa?" Tanya nya dengan suara yang berat yang membuat aku tersadar kembali dari alam bawah sadarku yang sedang berimajinasi.

"De-delapan" Jawabku gugup. Aku benar-benar salah tingkah saat matanya menulusuri tubuhku. Apa ia mencari sesuatu?

"Maaf merepotkan mu" Ujar Alice memecahkan suasana yang sedikit canggung.

"Tidak apa-apa . Aku hanya tidak ingin ada yang terbunuh di apartemen baru ini" Ucap nya dingin. Dengan melangkah kaki nya dan membawa kardus yang besar dan cukup besar ia berjalan pelan menaiki anak tangga dan meninggalkan kami dibelakangnya.

"Ayo" Ajak Alice. Aku hanya menggeleng pelan dan menunjukkan rok ku yang sobek. Aku tidak mau tetangga baruku melihat celana dalamku yang berwarna kuning spongebob. Alice hanya tertawa keras melihat celana dalam ku berwarna kuning cerah tanpa rasa bersalah lagi dan lagi.

[]

Tanpa sadar semua barang sudah memenuhi apartemen yang cukup besar yang hanya ditinggali aku seorang. Para karyawan pengangkut barang tersebut sudah selesai cepat dengan bantuan Pria dingin ini. Mereka pergi setelah aku membayar sewa tenaga mereka dan juga sedikit tips untuk membeli sedikit pizza dan bir.

"Kau tinggal tepat di atas ku" Sahutnya sambil menurunkan kaos nya menutupi lengan menawan nya. Ekspresi wajah pria itu sama sekali tidak senang.

Sesekali aku melirik Alice yang sudah berada di dalam apartemen dengan tatapan 'ada apa dengan pria ini' Alice hanya merespon dengan mengangkat kedua bahunya dan menghilang dari pandangan ku.

"Namaku Vedirra. Aku berharap kita menjadi tetangga yang baik" Ucap ku memperkenalkan diri yang disambut hanya tatapan dingin yang sangat menusuk itu.

"Dan aku Alice" Sahut Alice tiba tiba dengan menimpali lagi kecanggungan kami. Alice benar- benar penolongku saat ini.

"Zale" Sahutnya. Caranya ia memperkenalkan dirinya sama sulitnya dengan menandatangani sebuah kontrak yang cukup berat dengan jangka waktu yang panjang.

"Aku akan pergi membeli minuman. Jika kau mau--" Sahut Alice dengan cepat sambil membenarkan jaket yang ia pakai.

"Tidak perlu. Aku harus pulang" Jawab nya dengan singkat sambil berjalan membawa sebuah kantong minimarket dan meninggalkan aku dan Alice dengan wajah kesal nya.

"YAH!! TERIMAKASIH DASAR PRIA ANEH DAN TIDAK SOPAN!!" Teriak Alice kesal, bahkan suara nya cukup menggema koridor apartemen ini. Bukan nya marah mendengar perkataan tersebut pria itu terus berjalan meninggalkan kami.

"Pria aneh" Batinku.

"Sial aku kesal. Aku akan pergi membeli bir" Lirih Alice dengan jengkel dan meninggalkan ku dengan cara berjalan yang cukup lucu.

"Isi kantong tadi, bukan nya susu formula?" Lirih ku kembali sembari mengerutkan kening ku memikirkan bayangan dari isi kantong yang dibawah oleh pria dingin tersebut.

Bersambung...