Chapter XIII
Beberapa jam kemudian saat aku meninggal kan sekolah tua nan indah tersebut dan menyelesaikan praktikum pertama ku, tubuhku sangat lelah. Aku mengerti maksud peringatan Ms. Yasmine tadi. Meskipun aku sama sekali tidak meragukan komitmen ku dalam mengajar mungkin aku tidak memiliki cukup toleransi atau kesabaran seperti Ms Yasmine menghadapi murid-murid berkebutuhan khusus. Pekerjaan itu memiliki banyak tantangan dan hanya membantu mentorku menyebut tantangan-tantangan tersebut saja sudah membuat ku lelah.
"Kesabaran Ms. Yasmine sungguh luar biasa" Gumamku sambil mengendarai mobil bewarna hitam untuk pulang kerumah.
[]
Menu makan malamku adalah ramen naruto dan setelahnya aku membaca sedikit bahan kuliah dan mulai mengerjakan tugas yang baru akan dikumpulkan dua minggu kemudian. Tidak ada ritual teh malam ini dan pertemuan di balkon karna Alice dan Jack mengajak ku kemall dan menonton bioskop. Tidak ada Ben karna seperti biasa ia pergi berkencan dengan beberapa teman wanita nya. Aku meminta mereka berdua untuk menginap di apartemen ku untuk malam ini karna ini sudah terlalu larut untuk berkendara di malam hari.
“Aku mengkhawatirkan mu Veddira. Kelakuan dan sikap mu semakin tidak terkontrol"
"Apa karna tetangga mu itu" Tanya Alice dengan keadaan ia yang mabuk berat sambil menyeringai lebar yang ku balas acungan jari tengah ku. aku harap ia tidak ingat kejadian ini.
"Yaya. Rerserah kau saja “ Kataku santai sambil menyeruput coffe yang ku beli di mall tadi.
"Jangan begadang terlalu larut" Ucap Jack khawatir berjalan melewatiku meraih sebotol air minum dan bersolonjor disofa tak butuh waktu lama untuk reno terlelap dalam tidur nya mendengar ia mendengkur keras cukup meyakinkan ku bahwa ia sudah menuju alam mimpinya.
[]
Pagi nya aku berangkat menuju daycare dengan mobil Alice. Aku tidak bisa mengendarai mobilku yang penuh dengan muntahan Alice semalam. Aku pergi terlalu awal hari in entah kenapa aku sangat bersemangat hari ini. Tampak Emma sudah berada di daycare lebih dulu dan meminta tolong padaku untuk menyusun beberapa makanan ringan untuk anak-anak nanti. Buah juga beberapa sereal disiapkan dan diletakkan di meja meja setiap kelas. Terlihat juga Yuri sibuk didapur mempersiapkan apa yang akan dimakan anak anak nanti siang. membuat makanan anak anak itu tidaklah mudah karna terkadang beberapa anak suka berganti-ganti rasa setiap harinya dan musuh pertamanya ialah sayuran dan Yuri pandai bahkan sangat alih membuat sayuran tersebut tidak tampak terlihat musuh bagi mereka.
"Kemarilah. Aku yakin kau belum sarapan" Sahut Yuri yang melihatku sedang melihatnya membolak-balikan roti bakar yang beroleskan madu juga mustard. Tentu siapa yang akan menolak makanan gartis dipagi hari ini. Yuri hanya tertawa besar saat aku membuka mulut ku cukup besar dan melahap roti tersebut hingga memenuhi seluruh ruang dalam mulutku.
Jam menujukkan pukul 08:00 waktu nya menyambut anak anak yang datang terlihat Emma sudah membuka pagar daycare dengan lebar. Ms. Megan juga ikut menyambut karna seluruh anak-anak di daycare semua nya masuk hari ini setelah badai typhoon menerjang kota kecil ini beberapa hari yang lalu terdengar suara tawa ceria yang mewarnai pagi ini daycare juga beberapa suara 'sampai jumpa' oleh orang tua yang mengantarkan mereka.
“Dirra apa kau bisa membantu ku menangkat ini “ Tanya Yuri yang membawakan ku sekotak penuh kukis andalan nya yang menjadi salah satu favorit anak anak disini. Aku juga akan merebut kukis ini jika boleh.
"Tolong bagikan ini pada anak anak yang baru saja datang juga kepada orang tua mereka" Suruh Yuri. Aku mengiyakan apa perkataan nya dan menangkat satu dus penuh kukis kering yang sudah tersusun sangat rapi.
"Berhenti menatap kukis itu Dirra" Sahut Emma yang dibarengi suara tawa Ms. Megan.
"Percayalah aku sangat menginginkan kukis ini. Aku akan membayar mahal hanya untuk membeli ini" Godaku pada mereka yang terus tertawa. Mr. Megan menyuruh agar berdiri diluar daycare agar bisa memberi kukis ini kepada orang tua anak-anak. Tampak Ms. Megan dan Emma masih tertawa karna aku menggoda mereka dengan berpura-pura akan memakan kukis yang ku pegang.
"Terimakasih" Ucapku sambil menundukkan sedikit kepala ku saat beberapa orang tua menerima kukis Yuri ini. Beberapa anak-anak juga mengantri untuk mendapatkan kukis ini.
"Ayolah Jim. Aku sudah memberi mu kukis ini tadi padamu" Ucapku pada anak berambut box yang memakai baju bewarna kuning terang bergambar minion.
"Tidak. Miss belum memberikan nya padaku“ Geleng-geleng nya dengan tegas padaku dengan salah satu tangan nya yang menyembunyikan kukis yang baru kuberikan tadi. Aku hanya tersenyum menggoda nya dengan menggerakkan alis ku padanya ia mengekeh keras hingga Emma datang dan membawa Jim bersamanya. Aku hanya tertawa kecil melihat Jim yang merengek sambil menatap ke arahku lebih tepatnya ke arah dus yang penuh kukis.
Aku memfokuskan perhatian ku pada anak- anak yang baru datang dan membagikan kukis ini hingga aku melihat sosok Zale. Ia sedang berdiri dekat pagar masuk dibawah cahaya matahari pagi tangannnya menggandeng seorang anak laki-laki. Rambut keduanya sama sama bewarna biru tembaga yang sangat indah dan senyumku tersungging lebar sebelum aku sempat mengatur ekspresi ku.
Ia berjalan dengan gagah dengan memakai setelan kemeja bewarna hitam dada bidangnya tercetak jelas sungguh pemandangan yang cukup membuat ku canggung. Menatap dan bertemu lagi setelah semua yang terjadi. Sikap nya dingin yang sering berubah-ubah membuat aku tidak memiliki nyali menatap nya.
"Veddira" Panggil Zale dengan nada berat nan menggoda. Hanya dengan memanggil namaku saja membuat badanku merinding dan tulang-tulang ku goyah.
Aku tersadar mengedipkan mataku pelan dan tersadar bahwa Zale sudah tepat berada di depan ku bersama Jacen. Aku yang tidak mau terbuai oleh ketampanan dan keseksian tubuhnya mengalihkan perhatian ku sepenuhnya kepada Jacen. Wajah nya tampak sangat ceria setelah seminggu terakhir aku melihatnya ia tersenyum kecil padaku dan membuka tangan nya saat aku memberikan kukis kering kepadanya.
"Bertemu di kelas pangeran kecil“ Godaku pada Jacen. Ia tertawa menampakkan deretan gigi giginya yang putih nan bersih dan berlari memasuki daycare dengan semangat. Zale sangat terkejut saat Jacen melepaskan tangan nya dan berlari meninggalkan nya. Sejujurnya reaksi nya sungguh lucu.
"Kukis untuk para orang tua murid" Ucapku padanya hingga ia mengalihkan padangan ia ke Jacen padaku sepenuhnya.
"Y-ya!" Bingung Zale saat aku memberikan satu pack kukis padanya matanya yang berwarna coklat keemasan itu masih kebingungan antara melihat diriku atau sosok anak nya yang sedang membuka sepatunya memasuki Daycare.
"Dia akan baik-baik saja" Tenang ku bicara pada Zale yang tampaknya tidak ikhlas Jacen memberikan senyuman manisnya pada orang lain selain dirinya. Ia tampak sangat kacau dan kebingungan.
"Mr Zale" Panggil Ms. Megan. Zale berbicara dengan kepala sekolah daycare dengan wajah yang sangat bersalah dan aku bisa menebak gerak bibirnya bahwa ia meminta maaf.Aku meninggalkan mereka berdua dan berjalan ke dalam membawa dus-dus yang kosong. Yuri akan senang melihat kukis buatan nya habis.
"Vedddira. Boleh bicara sebentar" Sahut Zale.
Bersambung...
