Chapter VI
Zale.
"Za-zale!" Kaget ku hingga terloncat dari bangku santai yang berwarna coklat kehitaman.
Mataku mencari sosok Zale tepat dibawah balkon apartemen ku. Dan benar, Zale sedang duduk bangku anyaman bewarna putih susu yang lumayan panjang hingga ia bisa meluruskan kaki jenjang nya yang kejar. Sambil menggambar dari Macbook nya yang menyala, kepala nya tertunduk sehingga cahaya bulan terpantul dari rambut biru legam nya yang seperti tembaga.
"Sangat merindukan mereka?" Tanya nya kembali tanpa mendongak dari Macbook nya. Tangan nya masih sibuk menggambar dan menyusun yang tidak ku mengerti sama sekali. Suaranya begitu pelan, nyaris tidak terdengar.
"Tentu, khusus nya ayah" Jawabku dengan yakin.
"Apa kau juga merindukan mereka, orang tua mu" Tanyaku pelan sedikit ragu. Ia hanya terdiam tanpa menjawab sama sekali. Entah kenapa aku merasa percakapan ini bersifat rahasia.
"Ma-maaf" Ucapku lagi. Pertanyaan ku tadi tentu sangat salah dengan bukti ia hanya terdiam saat aku menanyakan tentang keluarga nya.
"Verra. Kau bodoh sekali" Batin ku.
"A-apa yang sedang kau lakukan?" Berani ku lagi bertanya.
" Materi untuk pekerjaan besok " Zale menjawab nya lebih pelan, seolah ia ragu untuk meneruskan percakapan ini. Ku putuskan untuk tidak akan bertanya lagi pada Zale. Rasanya pertanyaan ini begitu canggung.
Angin malam dan suara gemerisik pohon yang tertiup angin menemani malam yang cukup panjang ini. Bunyi gemerincing bel besi berbalut warna pink juga beberapa aksesoris burung tergantung berbunyi saat angin menyentuh nya. Aku dan Zale tidak dapat melihat wajah satu sama lain, hanya suara yang terdengar di malam yang dingin ini. Di hiasi harum bunga bunga yang bermekaran di balkon nya. Dalam diam, aku menghirup dalam-dalam udara.
"Bagaimana dengan mu?" Tanya nya lagi. Seolah memang bisa membaca pikiran ku ia bertanya lagi.
"Aku bekerja juga kuliah"
"Oh. Kau masih mahasiswa"
"Kau benar, mahasiswa tingkat terakhir"
"Jadi, kau bekerja sambil mengikuti kuliah? Apa jurusanmu" Tanya nya lagi. Kini percakapan Zale kepadaku terdengar seperti sebuah interogasi.
" Ya. Aku mengambil jurusan pendidikan anak usia dini"
"Hm. Menarik" Jawab singkat padat dan jelas. Lagi dan lagi. Keheningan menusuk lagi, entah ini ke berapa kali dan aneh nya aku sudah mulai terbiasa dengan keadaan semacam ini.
"Aku akan masuk sekarang Zale. Selamat malam " Ucapku berani mengatakan perpisahan yang singkat ini.
"Zale" Sahutku lagi.
"Eghh!!"
"Dasar pria ini" Gerutuku kesal saat melihat bangku kosong tanpa sosok Zale. Bahkan lampu ruangan tengah Zale sudah dimatikan nya. Benar-benar pria yang dingin.
[]
Air hujan yang terus menerus turun mulai membesar, awan yang mendung makin memikat, juga angin yang kencang membuat hujan ini akan menjadi badai. Laporan cuaca yang keluar dari radio mobil juga mengatakan hal yang sama.
Ku Parkirkan mobil ku dan berlari cepat menuju daycare sebelum baju ku akan basah.
Tampak Emma sudah berpakaian rapi untuk menyambut murid yang akan datang di pagi yang hujan ini.
"Tidak ada ramalan bakal hujan hari ini" Ucap ku pada Emma sambil memakai seragam khusus dan ikut menunggu Emma menyambut anak anak.
"Tiba tiba saja. Bahkan ini akan berlangsung seharian jika sederas ini" Jawab Emma sambil mengintip keluar berharap ada seseorang yang berjalan menuju pintu daycare yang terbuka lebar.
Hujan yang deras juga beberapa petir yang menyambar tidak menyulitkan anak anak yang datang ke daycare penuh senyum dengan memakai baju hujan bermacam macam warna membuat mereka terlihat sangat lucu. Dengan menyipak-nyipak kan genangan air hujan dan memegang tangan orang tua mereka. Mataku begitu terpesona melihat malaikat-malaikat kecil ini menghampiriku dan menyapaku dengan bahagia.
"Miss Veddira. Lihat" Ucap salah satu anak bernama Helen yang memakai jas hujan berwarna pink polkadot.
"Oh lihatlah.. kau tampak begitu imut. Boleh aku memelukmu?" Ucapku sambil merentangkan tangan bersiap memeluk nya.
"Tentu" Katanya dan sigap berlari ke arahku dan menghantam ku dengan pelukan nya. Aku tersenyum padanya dan menyentil hidung yang membuat ia tertawa lucu.
"Baiklah, sudah cukup untuk pagi ini. Jumpa di kelas Heilen" Ucapku padanya. Ia hanya mengangguk dan melambaikan tangan nya padaku dan berlari ke dalam daycare menghampiri beberapa teman kecil nya.
Aku berdiri kembali dan melihat sosok Zale sudah berdiri di ujung pintu memakai jas setelah hitam dengan memegang payung cukup lebar dan memegangi seorang anak lelaki berjas hujan biru terang. Tampak ia sangat takut akan dunia baru nya ini.
"Hei! Anak anak jangan mainan ke koridor ayo kembalikan ke dalam! Vedirra, tolong sambut beberapa anak lagi aku akan urus yang disana"
"E-emma" Teriak ku pelan.
Zale berjalan pelan memasuki daycare dengan menutup payung nya. Wajah nya yang sedikit basah karena air hujan terlihat sangat menggoda. Aku hampir lupa bahwa ia mendaftarkan anaknya di daycare ini. Dengan kecanggungan malam kemarin membuat aku salah tingkah dengan hanya melihatnya.
"Hai"
"Aku Veddira. Baiklah, siapa namamu boy" Sahutku pelan pada anak lelaki yang wajahnya sama seperti Zale.
"Jawablah" Sahut Zale dengan sedikit menggerakkan tangan anak lelaki ganteng ini. Ia hanya terdiam dan menundukkan pandangan nya dari ku.
"Maaf" Lirih Zale.
"Tidak apa apa. Ia hanya kaget melihat lingkungan baru nya" Pelan ku bicara agar Zale mengerti juga situasi ini.
"Baiklah. Mari kita jumpa teman teman baru mu, mereka menunggumu" Ucapku Lembut sembari mengulurkan tangan kepada anak lelaki tersebut. Walaupun ragu ia dengan berani menyentuh tangan ku dan menggenggamnya dengan hangat. Aku hanya menatap sekilas Zale dan berfokus pada anak berambut legam ini. Zale hanya menatap kami berjalan masuk dan menghilang dengan cepat saat aku melihat nya lagi.
"Baiklah pangeran, ini kelas mu. Mari kita bermain dan belajar bersama. Siap?" Ucapku lembut lagi ia hanya saling bertukar pandang melihat kelas yang penuh anak anak seusia nya dan kembali menatap ku lagi hingga ia mengangguk pelan dengan penuh kewas-wasan.
Hari berjalan begitu cepat anak anak hari ini sangat mudah di atur walaupun ada sedikit kekacauan saat mengatur mereka untuk makan siang dengan beberapa anak yang sudah tertidur karna cuaca yang dingin membuat mereka begitu cepat mengantuk. Jam 16:30 semua murid sudah dijemput para orang tua mereka walaupun hujan masih terus turun seperti pagi tadi. Hanya saja di jalan dipenuhi ranting pohon yang jatuh karna badai hujan kali ini benar-benar sangat mengerikan dibanding tadi pagi. Hanya tersisa dua murid yang terlambat dijemput dan ketikan ayahnya menjemput ia menangis sekencang-kencang nya dan ayah nya mengeluhkan jalanan yang macet karna badai yang menerjang.
"Veddira"
"Bagaimana? Hanya tersisa dia. Emma sudah pulang"
"Aku sudah berulang kali menghubungi orang tua nya. Tiada jawaban" Ucap Ms. Megan kepala sekolah daycare Owl Moon ini. Aku memandangi anak berambut biru legam terduduk di meja belajar sambil mewarnai.
"Ia akan pulang bersamaku"
Bersambung...
