Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter VIII

Bunyi bel apartemen milik Zale terus berbunyi tanpa ada jawaban sama sekali. Angin hujan ini membuat lantai koridor apartemen milik Zale ini basah. Tangan kecil yang menggenggam ku mulai bergetar kedinginan karena angin hujan yang semakin menjadi jadi

"Hei pangeran, kau mau bersamaku di pondok kecil ku sambil menunggu orang tua mu, mari kita berteduh disana. Bagaimana?" Tanyaku dengan posisi berjongkok kecil di depan nya. Ia mengangguk lemas dengan pandangan menunduk kebawah.

"Ia kedinginan" Batinku.

[]

Bunyi pin apartemen yang ku tekan memecah suasana koridor ini.

Aku terseok memasuki apartemen ku. Anak kecil nanti tampan ini melepas genggaman nya padaku dan mulai membuka jas hujan nya dan meletakkan di pinggiran tiang dimana tempat ku menaruh payung dan jaket yang kupakai.

"Ah pintar nya" Batinku berucap meleleh melihat sikapnya yang mandiri. Aku sedikit kaget melihat anak itu menatapku. Ia anak Zale dan aku mengajak nya ke apartemen ku tanpa izin ayah nya sama sekali.

"Terserahlah aku tidak peduli jika polisi memborgol ku dan menuduh ku menculik seorang anak kecil bak malaikat ini" Gumamku dalam hati.

"Ayo. Mari kita hangatkan badanmu dulu" Ucapku padanya. Dan membawa nya masuk kedalam apartemen. Ku dudukan ia ke tempat tidurku dan mencari kaos anak kecil yang kubeli sekitar 5-6 bulan yang lalu. Aku membelinya karena gemas akan bentuk bajunya terlebih lagi itu diskon. Alice sempat mengoceh saat aku membeli barang yang tidak akan ku gunakan, tapi untuk saat ini barang yang disepelekan Alice akan sangat berguna.

Aku membuka baju dan memandikannya dengan air hangat. Ia hanya terdiam tanpa kata sekalipun. Anak ini benar benar sangat pendiam sama seperti ayah nya. Aku mengeringkan rambut nya dengan hydryer dan memakaikan kaos berbalut warna biru angkatan laut padanya.

"Ah syukurlah! Ini muat padamu" Ucapku padanya. Ia memandangi baju yang ia pakai, ia melihat sisi samping kanan kiri juga celana berbalut warna putih dan biru itu. Tatapan nya sangat excited.

"Baiklah pangeran. Aku akan membasuh diriku. Kau bisa menungguku di depan bukan?" Ucap ku padanya. Ia mengangguk senang. Ku putarkan serial kartun anak anak padanya dan mendudukkan nya di sofa empuk berwarna abu abu. Di depan nya juga aku siapkan sereal dan sedikit susu hangat padanya. Ia menonton dengan riang dan sedikit malu malu untuk minum susu hangat yang ku sediakan.

[]

Badai topan typhoon makin menjadi jadi, serial kartun yang ditonton teralihkan dengan laporan cuaca yang tidak biasa. Anak yang diam bak pangeran ini sudah tertidur nyenyak dengan memeluk boneka lumba-lumba kecil yang kuberikan untuk menemani nya menonton selagi menunggu ku mandi. Aku menyelimuti nya dengan selimut yang tebal. Dan mematikan TV yang menyiarkan laporan cuaca secara terus menerus.

Jam menunjukkan pukul 18:30 badai typhoon masih berlangsung. Aku masih tidak menyangka bisa sampai di apartemen bersama pangeran kecil yang tersenyum hangat bak musim semi. Menatap nya tertidur dan membayangkan wajah ia tersenyum membuat hatiku meleleh lagi dan lagi.

"Hei pangeran kecil, dimana orang tuamu. Apa mereka terjebak Badai typhoon di luar sana"

"Bagaimana mereka tidak mengkhawatirkan kamu saat ini" Gumamku sambil menyentil pelan pipinya yang berisi. Bulu mata yang panjang dengan kulit yang halus wajah yang tampan dia persis malaikat kecil yang sedang tertidur.

Deras nya hujan sangat jelas terlihat di pintu kaca balkon apartemen ku. Beberapa pohon bergoyang sangat keras. Bunyi letingan besi terus berbunyi nyaring di teras patio. Suasana jalan juga terlihat kosong, hanya air yang deras terus mengalir dan mobil yang berserakan dijalanan. Sesekali aku mengintip untuk melihat mobil ku yang mungkin sudah terseret jauh karna angin badai ini.

"Sudahlah, paling orang asuransi yang bakal menelpon ku" Gumamku sambil menyeruput teh jasmine yang beruap-uap.

Aku terduduk dibangku tinggi sambil melihat pangeran kecil tertidur pulas. Sambil menyeruput teh, pikiran ku terbang kemana mana. Bagaimana dengan keadaan teman dan orang tua ku saat badai ini? Aku ingin mengabari nya. Sial nya handphone dan tas ku berada didalam mobil.

Pukul 19:30

Aroma telur goreng juga beberapa nugget dan sosis menyeruak didapur. Pangeran kecil terduduk rapi di bangku meja makan menunggu makanan yang akan ku hidangkan. Ia terlihat sangat lucu saat matanya sedikit mencuri-curi pandangan saat aku sedang membolak-balikkan daging beef yang ku panggang dengan mustard. Tangan nya yang kecil memegang besarnya sendok dan garpu. Tatapan nya makin membesar saat piring berisikan telur goreng, sosis juga daging beef, brokoli rebus beserta mayones dihidangkan tepat didepan nya, ia menatap ku seakan meminta izin. Aku menangguk pelan dan ia langsung melahap nya dengan cepat, aku duduk disamping nya sambil memakan sereal. Alasan aku memakan sereal karna makanan yang kulkas tidaklah cukup, dan aku belum belanja bulanan setelah pindah ke apartemen ini.

"Setidaknya melihat kau makan membuat ku kenyang" Batin ku

"Egh! Kenapa pikiran ku seperti mempunyai anak sendiri" Tambah lagi batin ku sambil menggelengkan kepala ku agar tersadar. Bahwa ini anak Zale dan Zale sudah mempunyai istri.

"Sadarlah Veddira" Ucapku pelan. Tanpa sadar ucapan ku membuat pangeran yang tidak ku ketahui namanya ini menoleh ke arahku. Ia menatapku lalu memberikan ku sepotong sosis panjang.

"Kau memberikan nya untukku" Ucapku pelan padanya. Ia meangguk, Seandainya ia tersenyum seperti saat hujan tadi aku akan benar benar memeluk nya sampai ia kesusahan untuk bernafas.

"Thanks u darling" Gumamku dengan mulut penuh sosis yang ia suapkan untukku.

[trakk-cssss]

Bunyi air kran berhenti saat celana piyama yang ku pakai ditarik pelan oleh pangeran tampan ini. Ia membawakan ku piring kotor yang makanan nya sudah ia habiskan. Hatiku meleleh lagi dan lagi melihat tingkah mandiri nan pintar nya ini.

"Kau ingin mencoba mencuci nya sendiri? "

Tanyaku padanya. Ia menatap dengan wajah yang penasaran. Aku menangkat tubuh kecil nya dan memberi arahan agar ia tau apa saja yang ia akan lakukan untuk mencuci piring. Memang dasar nya pintar ia menyelesaikan nya dengan cepat.

"Terimakasih telah membantuku kapten! Kau kapten yang hebat!" Ucapku dengan lantang sambil memperagakan hormat seperti petugas-petugas negara. Ia berlari ke ruang tengah dan duduk dengan lucu sambil mendengar lagu anak anak yang diputar di channel kartun. Entah kenapa aku merasa ia sedikit terbuka.

Malam mulai menjelang, badai typhoon sudah berhenti. Bunyi jangkrik yang nyaring mulai terdengar lebih kuat dari biasanya. Bulan bersembunyi hanya bintang bintang yang bersinar, Bunyi kendaraan damkar mulai terdengar untuk memperbaiki mobil yang berserakan dijalanan juga pohon-pohon yang tumbang. Dengan memakai jaket tebal aku menutup pintu apartemen ku sambil menggenggam pangeran kecil ini. Aku berinisiatif untuk ke apartemen Zale mencoba mengetuk nya kembali berharap ada yang menjawab.

"Belum ada orang" Gumamku. Pangeran tampan ini sedikit menunduk pandangan nya saat tidak ada yang menjawab atau membukakan pintu apartemen nya.

"Mungkin ayah atau ibu mu sedang berusaha untuk pulang, sementara itu? Kau mau menemani ku belanja" Tanyaku pelan padanya. Ia menangguk.

"Kemana Zale"

"Setidak nya, dimana ibu pangeran kecil ini. Apa ia tak mengkhawatirkan anak nya sekecil ini" Tambah lagi batinku.

"Baiklah kapten! Tuntun aku" Ucapku semangat. Ia menarik sambil sedikit tersenyum.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel