Chapter IX
[clashhhh-casss-casss]
Bunyi cipratan air yang dipijak oleh pangeran kecil ini. Dengan memakai kaos berwarna biru dan jaket kecil ia melangkahkan kakinya dengan ringan sambil memegang kantong belanjaan isi sereal yang ia pilih. Walaupun ia sedikit cemberut saat aku menolak untuk memberi kan nya kantong belanjaan yang penuh dengan barang yang kubutuhkan.
'Hujan berbunyi Kodok bernyanyi
Pangeran kecil berlari kesana kemari
Membawa hadiah untuk sang putri
Sambil membawa pedang nan panjang
Ia bernyanyi kegelapan tidak akan membuat nya'
"Berhenti melangkah! Maju maju maju pangeran" Suara kecil nan pelan bernyanyi dengan lembut. Aku berhenti melangkah kan kaki ku saat mendengar suara sang pangeran yang ku dengar untuk menyambung kan lagu yang kunyanyikan.
Langkah kaki kecil juga berhenti melangkah. Di genangan air hujan yang rendah ia berdiri menghadap ku. Angin yang pelan membawa rambut nya yang tebal menari pelan diatas kepalanya, sinar bulan yang terang juga menyinari nya. Dan disaat yang sama di wajahnya terlukis senyum yang sangat indah. Senyum yang ku lihat sama saat ia menadahkan tangan nya untuk melindungiku dari hujan. Senyuman yang selalu membuat aku seakan terhipnotis akan dirinya.
"Nyanyian yang indah" Ucapku lembut padanya. Sambil memberikan ia telapak tangan ku, ia kembali menggenggam tanganku kembali dengan kuat.
[]
" HEI! TUNGGU!"
"KAU.. IYA KAU.. TUNGGU! " Teriakan yang besar dengan suara yang besar membuat ku berhenti melangkah. Dengan baju yang terlihat tidak rapi, keringat yang bercucuran juga wajah yang sangat cemas. Zale, berdiri di seberang jalan dengan nafas yang tidak beraturan. Walaupun malam cukup gelap tanpa sinar lampu yang cukup untuk menerangi jalan, aku sudah tahu itu adalah sosok Zale. Penghuni lantai bawah apartemen ku.
"Anu…" Gumamku pelan, walaupun aku tau itu tidak bakal di dengar nya.
Zale yang berdiri mencoba menghampiri ku, langkah kaki nya mendekat. Hela nafas nya yang belum di atur nya sangat terdengar jelas.
"Ka-kau!" Ucap Zale yang terheran-heran melihat ku. Zale mengarahkan semua pandangan nya ke arahku. Mata nya kaget saat ia melihat aku sedang menggendong pangeran kecil ini di tangan yang tersisa. Sungguh sangat berat karena tangan sebelah ku sedang memegang belanjaan yang sangat penuh dan banyak. Sedikit menyesal saat Alice menawarkanku kereta dorong plastik untuk membawakan semua belanjaan bulanan ku ini.
Dengan spontan aku menurunkan pangeran kecil ini. Matanya tertuju pada Zale. Wajah nya berubah makin kaget saat pangeran kecil ini berlari ke arah belakang kakiku dan bersembunyi di antara cela kaki.
"I-ini.. Aku bisa jelaskan" Ucapku gagap seakan-akan kepergok mencuri barang yang sangat berharga dari pemilik nya. Bukan nya melihat ke arah Zale. Pangeran kecil ini malah makin memeluk erat kaki ku dan menggelengkan kepala nya. Wajah dan ekspresi nya sangat menjelaskan. Ia menolak kedatangan Zale.
"Ma-maafkan ayah Jacen" Sahut Zale dengan pelan dan juga berat. Ia menjangkau anak nya dengan menempatkan lutut nya ke tanah yang masih basah. Dengan mata yang sayu Zale menatap ke arah Jacen, nama pangeran kecil ini yang masih bersembunyi di antara celah kaki ku.
Ia membuka lebar tangan nya bersiap akan memeluk Jacen. Tatapan mata nya penuh harap dan penyesalan, rasa cemas khawatir dan lega juga ikut bercampur di dalam tatapan matanya. Aku yang tidak ingin situasi ini semakin makin memburuk, mencoba melepaskan tangan kecil Jacen yang melekat di kakiku.
"Kita tidak berpisah disini, kita akan bertemu lagi esok" Ucapku pelan padanya. Zale hanya melihat ku yang berbicara pelan membujuk Jacen agar kembali ke ayah nya. Ku lepaskan semua kantong belanjaan ku yang akhirnya berserakan di jalanan yang sedikit basah. Ku genggam tangan kecil Jacen, mataku dan mata kecil sang malaikat ini bertemu dan saling menatap satu sama lain.
"Aku tau kau merindukan nya"
"Kapten yang baik harus bertingkah baik, kau kapten ku yang baik bukan?" Tambah ku lagi. Ia sedikit tersenyum, selama 10 detik aku menatap nya lagi hingga ia mengangguk setuju dan berlari ke arah ayahnya yang menunggu. Entah apa yang ia setujui dengan anggukan nya tersebut.
Dengan mata yang sedikit melirik mencuri pandang. Jacen memeluk ayah nya dengan erat, Zale yang sangat menyesal meninggalkan Ansel di hari pertama nya di daycare memeluk erat Jacen dan selalu mengulangi kata maaf kepada pangeran kecil nya tersebut.
"Vedirra, tunggu" Sahut Zale. Suaranya yang khas membuat bulu kudukku merinding kegirangan. Aku membalikkan badan ku pada Zale yang sedang menggendong Jacen dengan pakaian yang sedikit basah dan kancing kemeja putih yang sedikit terbuka membuat dada Zale yang kotak sangat terlihat jelas.
"Vedirra"
"Ya!" Kaget ku. Dan tersadar bahwa aku lagi lagi tenggelam dalam imajinasi liarku ini.
"Aku berusaha menghubungimu melalui kartu nama ini tetapi jaringan telepon sedikit bermasalah. Maafkan aku telah merepotkanmu"
"Terimakasih"
"A-itu..,"
"Tidak apa apa, aku senang menjaga nya. Jacen anak yang baik siapapun bakal senang bersama nya" Ucapku sedikit gugup dan mengarahkan pandangan mataku pada Jacen yang malu-malu melihatku.
"Kita melewati hal yang sangat menyenangkan bukan?" Tambah ku lagi dengan sedikit memainkan alis ku pada Jacen dan tersenyum nakal. Ia membalas ku dengan senyuman malu-malu kucing khas miliknya. Zale hanya menatap sedikit aneh pada interaksi anak nya dengan ku.
"Sial. Apa aku bakal di borgol. Baiklah, aku bersiap akan memasuki sel penjara" Batinku.
"YOO" Suara yang nyaring terdengar di belakangku, tangan yang panjang dan kekar melingkar di leher ku.
"Aku terus diteror oleh Alice karna kau tidak mengangkat panggilan darinya " Sahut Jack memakai setelan yang rata rata berwarna hitam. Matanya tertuju pada Zale yang berdiri tanpa berkata apapun bersama Jacen kecil di lengan besarnya.
"Sial. Handphone ku berada di mobil ku yang terseret banj-"
"Siapa" Tanya Jack seakan ia ingin membaca situasi saat ini.
"Ini Zale dan Zale, ini Jack. Teman ku"
Terlihat Zale sedikit membungkuk kan kepala nya. Begitu juga dengan Jack hanya saja tatapan mereka sangat-sangat membuat ku tidak nyaman berada di kedua pria besar nan tinggi ini
"Ayo kembali ke apartemen" Sahut Jack sembari mengangkat belanjaan ku dan menarik kepala ku yang ia kepit di lengan nya.
"A-anu, "
"Tunggu sebentar, sebaiknya kit-"
"Ayooo!" Sahut kasar Jack.
[]
Malam itu banyak kejadian yang merubah hubungan ku dengan Zale. Walaupun tidak banyak aku cukup bersyukur, setidak nya julukan penguntit apartemen tidak bersama ku mulai hari ini. Ya setidak nya begitu, aku sempat memarahi Jack karna ia tidak berpamitan dengan sopan kepada Zale. Jack mengatakan bahwa ia lupa karna terburu-buru sebab dingin nya malam mulai menusuk tulang. Terdengar cukup melebih-lebih kan.
Bersambung...
