Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter III

"Kau gila" Ucapku pada Ben dengan menendang kaki nya yang sengaja di naik kan nya agar aku berharap menyenggol nya.

[]

Aku berlari pelan ke kamar ku dan meletakkan palu yang sedang ku pegang dari tadi dan memutuskan untuk tidak memaku malam ini. Kembali meraih beberapa kardus dan menata letak ornamen-ornamen kecil dan lilin aroma therapy yang membuat ku rileks. Selama berjam jam, aku menyibukkan diri dengan kamarku, menyusun baju dan beberapa buku yang menjadi teman waktu luang ku, menghiasi meja, dan merekatkan tempelan di dinding. Aku memasang stiker dinding berbentuk batang pohon dengan sangkar burung yang terbuka menggantung di salah satu cabang nya dan beberapa burung terbang keluar dari sana. Aku juga menyusun beberapa patung aneh buatan ibu Jack. Beliau adalah seorang pemahat terkenal di Eropa, ia selalu saja mengirimkan beberapa barang terkenal melalui Jack. Walaupun aku tidak enak menerima nya ibu Jack selalu saja memaksa agar aku menerima pemberian nya. Setelahnya, ku lapisi tempat tidur dengan bedcover yang ku inginkan. Aku begitu girang melihat kamar dan seluruh apartemen bersih dari kotoran yang sempat dibuat oleh ketiga kecoa ini.

"Mereka benar-benar perusuh"

Pukul 22:00. Ku intip dua dari ketiga kecoa sudah tertidur. Bahkan tertidur sangat lelap hingga walaupun kita menyenggol ia tidak akan terbangun. Ku putuskan untuk membersihkan diriku dari gerah nya seharian memindahkan barang-barang, pindah rumah memang sangat menguras tenaga. Aroma sabun dan shampoo yang dipakai menyeruak keluar saat aku membuka pintu kamar mandi. Wangi apel juga strawberry.

"Ah. Dimana Alice meletakkan teh jasmine ku" Gumamku sambil mencari dan membuka semua laci di dapur berharap mendapatkan harta karun milikku.

Ku berjalan pelan melewati Jack dan Alice yang sudah tertidur pulas di karpet abu abu favorit Alice dengan posisi Alice tidur di bahu Ben dan Jack menghilang. Dengan berjingkat pelan aku membawa segelas teh jasmine dan beranjak ke balkon untuk melihat bintang-bintang.

[Drekkk]

Angin malam yang dingin menyapa ku pelan membuat kesan yang sangat hangat dibarengi bunyi jangkrik yang sayup-sayup dibawah oleh angin malam. Bintang-bintang bersinar terang seperti mengatakan selamat malam yang kemudian di ikuti gumaman seorang pria.

"Hm. Siapa?"

"Pasti jendela balkon nya terbuka" Tambah batinku.

Suara yang khas dan sangat ku kenal membuat aku sangat penasaran dengan pemilik suara tersebut. Aku berdiri pelan dan berjingkat pelan melihat ke lantai bawah. Dari nadanya suara itu seperti suara milik Zale dan sepertinya ia sedang membacakan cerita 'good night prince'. Sangat jelas, dari nadanya ia telah ratusan kali membacakan dongeng itu. Dan tanpa menyadari posisiku yang sudah mencondongkan tubuh dari balkon sampai sebuah suara di bawah membuatku membeku. Suara Zale yang disahuti suara seorang anak kecil dan kemudia hening.

"Pasti ada seorang anak dibawah sana, tapi anak siapa" Gumamku sangat penasaran.

Baru ku sadari, sungguh balkon milik Zale sangat indah. Patio balkon nya tampak begitu indah disinari oleh cahaya bulan, lampu-lampu di sepanjang pagar, pot pot tanaman dengan berbagai bunga yang sudah mekar berjajar rapi, keranjang-keranjang bunga yang tergantung dengan bunga yang berwarna-warni berbagai macam jenis nya, dan furniture nyaman yang di lapisi bantal bergaris ungu. Hal yang terbesit di pikiranku adala Zale tinggal bersama seorang wanita.

"Wah… Benar bukan? Pria tidak mungkin bisa merawat patio nya seperti ini kan" Gumamku yang sangat penasaran akan sosok Zale yang disusul aku yang menegur diriku sendiri karena sikapku yang sok tahu.

"Sial. Teh ku jadi dingin" Gumamku lagi sambil meraih cangkir teh dan meminum nya selagi hangat. Angin yang dingin dengan suasana kota yang masih ramai sangat membuat aku lega mendengarnya. Saat aku melamun mendengar desas desus mobil, Zale keluar dari apartemen nya dan menuju ujung balkon dan melakukan hal paling aneh yang pernah ku lihat. Pria berambut biru legam itu menyandarkan kepala nya di sisi pagar kayu. Tangan mengepal, lalu ia menekankan kepala nya keras keras ke tengkuknya.

"Zale. Sakit kepala? " Batinku bingung melihat tindakannya. Tindakan nya memang bukan seperti orang yang lakukan saat sakit kepala. Tindakan nya lebih mengarah ke kelelahan, keputusan atau emosi yang tidak bisa digambarkan.

"Ehhh.."

"Harus nya aku tidak melihat adegan ini terlalu personal, mengintip dari atas itu bisa melanggar privasi orang" Gumamku sambil berusaha tidak melihat ke bawah balkon Zale. Tapi jika aku bergerak sekarang, Zale akan mendengar ku. Situasi yang rumit.

Tepat saat itu, seperti sudah tahu aku memperhatikannya, Zale berbalik dan mendongak ke arahku. Di kegelapan malam yang hanya disinari cahaya bulan, Aku dapat melihat matanya yang berwarna coklat keemasan setajam elang pemburu dan seperti serigala malam yang hendak memangsa. Cahaya bulan memang seakan menyorot nya. Dan entah kenapa, aku tidak mampu bergerak saat mata kami bertemu, aku bahkan tidak berani kembali berdiri tegak.

Aku tak mau dia berpikir bahwa aku stalker apartemen nya, mengintip nya pelan dari atas ini. Tapi aku juga tidak sedang mengintainya. Kami hanya berdiri ditempat masing-masing, tidak berbicara satu sama lain. Ia tidak tersenyum sama sekali raut wajah nya sama seperti aku pertama kali melihatnya. Ketegangan dan kecanggungan muncul dan menyelimuti di antara kami. Seperti terhipnotis akan dirinya mata kami terus menatap satu sama lain.

Lalu ia kembali ke dalam, memutuskan hubungan sesaat kami yang sangat tegang.

"Hah.."

"Awal yang buruk" Ucapku lega juga khawatir melihat kejadian terpergok nya diriku saat mengintip nya dari atas ini.

"Kau disini"

[brakk]

"Kau membuat jantung ku berolahraga malam ini, Jack" Sahut ku melihat Jack tengah mengeluarkan kepala nya di pintu balkon. Sedikit mendengus dan nyeri karna kaki ku menendang pagar balkon yang keras saat Jack mengejutkan ku tadi.

"Ketuklah pintu terlebih dahulu, tidak bisakah kau melakukan hal mudah seperti itu" Tanya ku kesal.

[tok tok tok]

"Baiklah sudah. Kembali ke dalam, angin malam tidak baik untuk kesehatan" Lirih Jack yang meninggalkan ku dengan rasa yang begitu kesal.

"Eghhh"

"Yang benar saja"

[]

Mataku masih saja terbuka memandang langit-langit kamar yang dipenuhi bayangan bintang yang terpantul dari lampu tidur yang sengaja ku beli sebulan yang lalu. Pemandangan seperti ini mampu membuat aku terasa lebih bebas berkeliaran diluar sana. Jack tidur di atas sofa dengan TV yang masih menyala, sedangkan sisa nya masih tertidur dengan posisi yang sama.

Masih terbesit pikiran ku akan tingkah dan sikap Zale tadi. Menunjukkan ekspresi dan sikap seakan akan ia lelah dengan semua ini.

"Apa ia sedang mempunyai masalah? "

Entahlah, itu bukan urusan ku. Ia hanya sebatas tetangga apartemen ku.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel